Bella libur dua hari. Jika biasanya Bapak akan mengajak liburan pada akhir pekan, kali ini dia pergi ke pasar induk sendiri sejak pagi.
" Beli burung katanya."
Begitu penjelasan Ibu. Bella tak tahu bagaimana pola pikir Bapaknya. Membeli burung bukanlah hal yang keren. Lagipula, jika ia kembali ke Kalimantan siapa yang akan merawat burungnya?
" Bell, kata Bapakmu, jam 10 nanti Aska mau kesini."
Bella tersentak hingga ia tersedak air putih yang baru saja masuk mulutnya.
" Ngapain Bu?"
" Bapakmu bilang, dia sudah pesan model gaun pengantinnya. Kalian tinggal ukur badan."
Bella mengembuskan napas sebal. Ia bangkit dari posisinya dan kembali ke kamar. Ia bahkan tak ingat jika pernikahannya akan berlangsung kurang dari dua minggu lagi.
***
Aska telah kembali ke apartemennya. Kemarin, setelah penentuan tanggal pernikahan, ia benar-benar kacau. Diana yang melihat kekacauan Aska sampai bingung harus melakukan apa untuk membuat kekasihnya kembali normal. Bahkan, Aska tidak mau melakukan apapun bersamanya.
" Sayang..." Aska mendekap Diana erat. Dari balik selimut, tangannya mengusap tengkuk Diana.
Diana membuka mata, merasa geli. Perempuan itu cukup mengerti keadaan Aska dan hubungan mereka yang terjalin cukup lama tanpa restu.
" Aku sayang kamu," lirih Aska, kemudian mencium kening Diana lembut. Perasaannya benar-benar tulus. Ia kemudian tersenyum sambil mengedipkan sebelah mata dan bangkit berdiri. Ia gendong Diana menuju Kamar mandi, membuat Diana berteriak minta diturunkan.
" Jangan macem-macem ya, Tuan Aska!" Diana terkekeh sambil memukul bahu kekar Aska.
Aska menggeleng-gelengkan kepala, " kamu juga jangan mau dimacam-macami ya, nyonya Aska!"
Keduanya tertawa. Namun, Diana hanya dapat berharap itu segera terjadi. Ketika Shower dinyalakan, tawa itu kian pecah. Bahkan ketika Aska menuangkan sabun ke telapak tangannya, segalanya masih akan baik-baik saja.
" Kamu mau?" Goda Aska. Ia menarik tubuh Diana dalam pelukan seolah tak ingin kekasihnya pergi kemana-mana.
Tak kurang dari satu menit kemudian, keduanya tenggelam dalam cinta. Dengan begitu, paling tidak Aska bisa menyenangkan diri meskipun sesaat. Sebelum salah satu satpam Ayahnya menjemputnya untuk fitting baju pengantin jam sepuluh nanti.
***
" Bell, Aska udah datang!" teriak Ibu sambil mengetuk kamar Bella yang terkunci.
Di dalam, Bella bahkan telah siap dengan mengenakan kaus oblong kebesaran dan celana kulot selutut. Ia meneliti menampilannya yang seperti orang mau tidur, tapi tak apa. Keluar dengan Aska bukanlah hal spesial. Jadi dia tak perlu khawatir dengan gaya berpakaiannya saat ini.
menuruni anak tangga menuju halaman rumah, Bella hanya melihat seorang berbadan besar berdiri di dekat pintu belakang mobil sport merah. Setelah melihat Bella, orang itu segera membukakan pintu belakang mobil yang menampakkan sosok Aska di dalamnya.
Seperti pertama kali mereka bertemu, Aska tampak cukup berantakan. Rambut gondrongnya diurai, jaketnya dekil dan celana jeans-nya robek-robek.
Bella mengambil tempat di sebelah Aska. Ia tak mencium bau rokok di tubuh Aska. Meski tak seburuk pertama, Aska tetaplah Aska yang tak memberikan kesan baik pada setiap pertemuan.
" Jadi, kenapa lo mau jadi istri gue?"
Bella memandang lurus ke depan, " yang jelas bukan karena saya cinta sama kamu."
" Karena bokap gue kaya?"
Bella mengendikkan bahu, " seharusnya kamu tanya Om Niko. Dari sekian banyak perempuan di dunia ini, kenapa harus saya yang dia pilih?"
Aska mulai geram, " dasar matre!"
Bella menoleh, dan memandang tak suka dengan justifikasi Aska terhadapnya, " atas dasar apa kamu bisa bilang saya matre?"
Aska terkekeh, " lo bilang nggak cinta gue, tapi mau jadi istri gue. Apa lagi yang lo incer dari gue kalau bukan cuan."
Bella mulai geram, tapi bagaimanapun keadaannya ia harus tetap tenang, " Gaji bulanan Bapak saya jelas lebih besar dari pendapatan kamu. Saya bahkan bisa hidup meski nggak kerja. Tapi maaf, saya bukan pemalas yang bangga dengan penghasilan orang tua."
Aska semakin geram. Rupanya Bella bukanlah perempuan sembarangan yang akan sakit hati bila dicaci. Nyatanya, dari cara menjawab dan intonasi, Bella tampak cerdas.
" Kamu, kalau bicara tolong dijaga. Jangan buat malu keluargamu yang baik-baik."
Aska tak menjawab. Ia mengepalkan tangan. Jika orang di sebelahnya ini laki-laki, mungkin Aska sudah meninjunya.
Perjalanan menuju butik yang dituju akhirnya diselimuti keheningan. Bella tak akan banyak bicara pada orang yang baru ia kenal. Begitu juga Aska yang mulai putus asa dengan keputusan Ayahnya.
Sesampainya di butik, si pemilik menyambut. Butik yang mereka datangi merupakan butik langganan Mama Aska. Perempuan paruh baya berkebangsaan Italia itu mengelus-elus pundak Aska, mengatakan jika Aska banyak berubah. Terutama pada postur tubuhnya yang semakin kekar.
" Kamu pasti calon istri Aska, ya? Ya ampun, kamu cantik sekali! Kenalkan, saya Madam Elle," Perempuan itu tampak begitu senang. Ia memeluk dan menggandeng Bella menuju ruang fitting, " siapa namamu cantik?"
" Panggil saja saya Bella, Madam."
Madam Elle mengangguk-angguk. Matanya menangkap Aska yang menyusul masuk, " duduklah, Aska. Saya kaget mendengar kabar kalau anak bungsu dari pasangan Niko dan Fera akan menikah dua minggu lagi. Mamamu datang kesini dan minta dibuatkan baju secara ekspres," ucapnya sambil mulai mengukur tubuh Bella.
Aska duduk di sofa yang telah disediakan. Punggungnya disandarkan pada sandaran sofa, tangannya dilipat di depan dada, " Ya, begitulah Mama."
" Kamu masih melukis?"
" Melukis itu jiwa, Madam. Saya cuma mau mendedikasikan jiwa saya buat melukis."
Madam Elle memandang salut ke arah Aska, " kamu jadi ngadain pameran di Paris?"
Aska pernah ingin mengadakan pameran solo di Paris, tetapi rencananya gagal karena Ayahnya memblokir semua kartu kreditnya. Dan semenjak saat itu Aska harus bekerja keras untuk mendapatkan uang.
" Sepertinya memang menikah lebih penting daripada mengadakan pameran, iya kan?"
Aska tersenyum miring. Bukan itu alasannya. Waktu itu, Niko ingin Aska mengisi posisi kosong sebagai Plant Manager yang memegang beberapa cabang perusahaan di daerah Jakarta. Tapi, Aska menolak mentah-mentah tawaran itu dan mengatakan harus fokus untuk mempersiapkan pameran solo di Paris. Berhubung semua biaya bersumber dari kartu kredit, Niko yang tak setuju memblokir kartu kredit Aska tanpa memberi tahu Aska terlebih dahulu.
Madam Elle tak bertanya lebih jauh, khawatir menyinggung. Karena ia menghargai keluarga Niko sebagai langganan setia sekaligus kerabat dekat, jadi ia tak akan memaksa Aska untuk menjawab sesuatu yang mungkin tidak ingin dijawab.
Semuanya berlanjut dengan lancar. Madam Elle begitu menyukai Bella yang ramah dan cepat beradaptasi dengan lingkungan baru.
" Kalau bosan mengurus Aska, kamu bisa main kesini kapan-kapan," ujar Madam Elle sebelum mobil yang dikemudikan satpam rumah Aska melaju menjauh meninggalkan butik.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Perjuangan cinta Tuan Muda
5 like prtamaku utkmu kak. yuk saling dkung
2021-07-19
1