Rania Duduk di kantin sekolah, kebetulan ia sedang jam kosong.
" bu, sudah makan siang?" tanya seorang guru laki laki mendekat,
" kebetulan mau makan siang pak.. karena saya sudah tidak ada jam.." jawab Rania tersenyum.
" wah kebetulan, makan sama sama saja, kebetulan ada yang mau saya bicarakan dengan ibu.." guru laki laki itu duduk tak jauh dari Rania.
" Masalah anak anak pak?"
" iya,soal Randy dan Safa.."
" kenapa pak? pacaran di sekolah lagi??" tanya Rania sambil mengerutkan alis.
" kita makan saja dulu.. saya takut ibu kehilangan selera makan, jadi kita makan saja dulu.. " kata pak guru itu sambil tertawa.
" Buk! yang biasanya ya.. sama es teh,oh iya bu Rani juga ya?!" suara pak guru memesan makanan pada bu kantin.
" Siap pak Rehan!" jawab bu kantin dari arah dapur.
" Waduhh! saya nggak di ajak makan sama pak rehan?!" Dimas muncul 30 menit kemudian.
" Ya pak Dimas kan sedang mengajar.. " jawab Rehan kalem.
" saya makan juga buk!" kata Dimas sambil duduk.
Ketika anak anak sudah pulang, kelakuan guru guru muda tidak ubahnya seperti remaja, apalagi Dimas suka bersuara keras dan bertingkah konyol pada bu kantin.
Kadang kadang juga menganggu tukang kebun yang sedang fokus bekerja.
Berbeda dengan Rehan yang lembut dan murah senyum,
sikap santunnya bahkan sudah terkenal sampai ke sekolah sekolah yang lain.
" Randy dan Safa pacaran di sanggar pramuka lagi Dim.." beri tahu Rania pada Dimas yang sudah menyelesaikan makannya dan sedang meminum es tehnya.
" repot juga kita ini.. bapak ibunya acuh begitu.." komentar Dimas.
" Sudah bapak panggil berapa kali?" tanya Dimas pada Rehan,
"Sudah 3 kali.. yang terakhir saya lihat sendiri mereka berciuman sewaktu jam ekstrakulikuler.." jawab Rehan.
" Waduhh... " Dimas geleng geleng,
" Bu Rani kan wali kelasnya,bmungkin anak anak itu masih bisa di selamatkan.." kata Rehan.
" Saya sudah lelah memperingatkan mereka.. bahkan ayah ibunya seperti biasa saja ketika saya panggil ke sekolah, mereka bilang itu wajar.. "
jawab Rani sambil menghela nafas.
" Kalau berani begitu di sekolah ya nggak wajar.. " celetuk Dimas.
" Pak Rehan juga sudah 3 kali memanggil bukan?, beri keringanan panggil sekali lagi.. kalau masih tetap saja serahkan pada kepala sekolah.. " saran Dimas juga sudah tidak bisa berkomentar lagi.
" kita ini hanya bisa mengawasi mereka di sekolah, setelah dirumah mereka berada pada pengawasan orang tuanya..
kalau orang tuanya tidak bisa di ajak kerja sama, sampai berbusa kita menasehati tidak akan ada gunanya..
sama.. di kelasku juga ada,yang namanya Agung sama Wildan itu, berkelahi sama bolos saja kerjaannya..
aku di anggap makhluk halus sama mereka..
terus aku mau apa, mau marahin anak orang juga salah..
tapi kalau anaknya nggak benar kita yang di bilang nggak becus..
repot jugaa...
kadang kadang lebih enak jadi guru TK.." ujar Dimas dengan raut yang seperti sudah lelah.
" Eh.. kau sudah enakan ngomong ngomong Ran?" tanya Dimas tiba tiba teringat Rani sakit beberapa hari yang lalu.
" Bukanya di chat sudah ku bilang aku baik baik saja.. hanya pusing saja.." jawab Rani tenang.
" ngomong ngomong siapa laki laki di rumah mu, aku tidak pernah melihatnya sebelumnya?" Dimas penasaran.
Rania diam sejenak, ia bingung mau menjawab apa, kalau dia jawab kakak tiri, ia takut di nilai buruk karena sebentar lagi hubungan itu akan berubah.
Kalau dia jawab calon suami Dimas pasti akan memberondongnya dengan pertanyaan segudang karena ia tidak pernah mengenal sosok Aksara sejak awal kuliah sampai sekarang.
Ya memang sih Rania pernah sedikit menceritakan permasalahan keluarganya, tapi tetap saja ia merasa Dimas akan mempertanyakan banyak hal tentang pernikahan yang tiba tiba ini.
Andai tidak ada pak Rehan, Rania akan sedikit lugas berbicara.
" Kok aneh gitu ekspresi mu.. ?" Dimas menyadari ekspresi Rani yang kebingungan.
" emh.. calon suamiku.. " jawab Rania pelan.
Aksara yang sudah sampai di tempat kerjanya langsung sibuk mengurus semua pekerjaannya yang tertunda, ia tidak mau selama cuti nanti ada masalah sekecil apapun itu.
" Kau benar benar menikah??" tanya letting nya itu,
" Datanglah dhan, ijin 3 hari ajak teman dekat saja" jawab aksara datar, matanya sibuk membaca laporan.
" masa ijin pulang 4 hari, balik balik kau bawa kabar mau menikah?" temannya itu benar benar tidak percaya.
" kenapa ki'.. dia lajang berisik, dia mau menikah kau berisik.. " sahut teman satunya yang duduk santai sambil meminum kopi.
" Bagaimana aku tidak berisik.. aku kaget.. kaget Maemunah..!"
" eh, kalau ada yang dengar ta' panggil aku Maemunah lihat saja ki'..!"
dua orang itu ribut di kantor Aksara.
" Kalian pergi saja dari sini, suntuk aku lihat muka kalian" usir Aksara,
mendengar itu kedua bocah besar yang ada di ruangannya itu diam seketika.
" apa boleh aku mengajak istriku?" tanya Farhan serius,
" ajak saja, istrimu juga bawa Lin.." jawab Aksara tetap tidak memandang teman temannya.
" Ramai itu pasti mi kalau ku bawa beneku..
belum lagi si kembar itu.. aihh.. " Marlin menggerutu dengan logat khas nya.
" Tidak apa apa, kamar dirumah kami banyak.. atau kalian mau tidur di hotel akan ku sediakan " Aksara meyakinkan keduanya.
" Tapi acara pernikahanku tidak megah, kami melakukan adat Jawa dan di hadiri keluarga besar dan teman dekat saja.." jelas Aksara membuat kedua temannya itu saling memandang.
" Kenapa tidak meriah? bukankan pernikahan hanya sekali seumur hidup?" tanya Farhan
" Bapakku sakit.. ,tidak pantas rasanya aku mengadakan pesta yang terlalu meriah, aku dan calon istriku sepakat untuk menikah di sebuah Resort..
perbukitan disana indah, kalian yakin tidak ingin main ke kota kelahiran ku..?"
Aksara melihat keduanya sejenak lalu kembali pada pekerjaannya.
Farhan terdiam,ia menatap Marlin lagi..
" Kenapa kau menatapku terus??" tanya Marlin heran.
" Aku merasa akan kehilangan teman bermainku.." jawab Farhan dengan raut menyedihkan.
" Eh.. benar benar, ayo pergi dari sini! biarkan dia sibuk urus pengajuannya!" marlin bangkit dari tempat duduk dan menarik Farhan,
" tapi aku belum tanya tentang calon istrinya ?!" Farhan bersikeras tinggal.
" Seperti tidak ada hari lain saja, biar dia urus berkas berkasnya!" Marlin menarik Farhan keluar dari ruangan Aksara.
Melihat itu Aksara diam diam tersenyum, Aksara heran melihat sikap mereka, mulai bujang sampai bapak bapak tetap saja begitu.
Tapi kedua makhluk hidup itu cukup berharga bagi Aksara selama ia jauh dari Bapaknya.
Mereka mengantikan sosok saudara..
se menyebalkan apapun sikap Aksara mereka tetap saja ada di samping Aksara.
Dimas masuk ke dalam ruang tengah,tempat dimana Bapak Rania sedang duduk dan bermain catur sendirian.
" wah.. pun sehat pak?" tanya Dimas mencium tangan Bapak Rania,
" Alhamdulillah sehat lee.. nah?! temani bapak main.." Bapak Rania tersenyum lebar menemukan Dimas sebagai teman bermain catur nya.
Dimas sudah biasa keluar masuk rumah Rania sejak semester 6, Bapak pun sudah menganggapnya anak sendiri setelah tau Dimas benar benar tulus berteman dengan Rania dan menjaga Rania.
Dimas bahkan sering memijit Napak Rania ketika berkunjung, setelah memijit Dimas selalu bermain catur dengan Bapak.
Kadang Bapak heran kenapa Dimas bisa seperti itu, tapi ternyata Dimas adalah seorang anak yatim piatu sejak lahir.
Ia mengikuti paman dan bibinya yang mendidiknya dengan kurang baik.
Sehingga ketika bertemu dengan Bapak yang kalem dan perhatian Dimas begitu jatuh cinta dengan sosok bapak yang mengayomi.
Dimas pun pernah di tanya oleh Bapak, apakah tidak ada sedikitpun rasa kepada Rania,
Dimas menjawab pernah ada, namun seiring waktu ia membuang perasaan itu karena ia lebih bahagia menjadi seperti keluarga untuk Rania dan Bapak.
Lagi pula Rania pun tidak pernah membuka hatinya.
"Rani sudah bilang padamu le?" tanya Bapak di sela sela bermain catur,
" nggih pak.. insya allah saya akan membantu sebisa saya.." jawab Dimas penuh senyum.
" Kamu harus bertemu dengan Aksara le.. dia memang kaku..
tapi hatinya baik, jangan tersinggung kalau ngomongnya sedikit judes.. sebenarnya tidak begitu.." jelas Bapak,
" inggih pak.. saya akan berusaha.." jawab Dimas sambil menjalankan pionnya.
" Dia tidak akan menyakiti Rani.. jangan takut.. " imbuh Bapak seperti tau kecemasan Dimas meski di tutupi dengan senyuman.
" wah Bapak.. siapa yang tega menyakiti Rani yang imut begitu.." Dimas tertawa menghibur bapak.
" Kadang itu le.. ada orang yang mulutnya bilang benci.. tapi hatinya sayang.. yah, begitulah Aksara..
meski 10 tahun tidak pulang sikapnya tetap saja sama.. "
Dimas dan Bapak sama sama tertawa,
mereka bermain catur sampai lupa waktu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Mrs. Labil
🤣🤣🤣🤣🤣
2024-03-21
0
Ninu3
baru baca, tulisan enak dbaca teratur tata bahasa enak, ga amburadul, kesan pertama lgs jatuh cinta ..biasanya aku kalo gaya tulisan ga enak langsung cut ga dterusin, bakalan masuk list penulis fav ..
2024-01-29
2
Lilik Juhariah
semua karya mbak ayu , setting tentara
2023-12-04
1