Pagi ini Rania ijin tidak mengajar, kepalanya sakit dan tubuhnya lemas tak bertenaga.
Ia tidak tau apa itu efek dari pikirannya yang tegang, tadi malam ia hanya bolak balik saja dan tidak bisa memejamkan mata.
" mbak.. kalau Bapak tanya saya, bilang saya ngajar ya, jangan bilang saya nggak enak badan.. " kata Rania pada mbak Yuni si asisten rumah tangga.
" kenapa memangnya mbak?"
" nggak papa, saya takut Bapak khawatir.. nanti siang saya juga baikan kok.. cmn butuh tidur saja.. " jawab Rania sambil memegang kepalanya yang berdenyut.
" nggak makan dulu mbak??"
" nanti saja,saya mau tidur dulu.." jawab Rania lalu masuk kembali ke dalam kamarnya.
Dimas menghentikan motornya di depan rumah Rania.
Ia sedikit cemas karena tidak biasanya teman seperjuangannya itu ijin mendadak.
Apalagi chat nya mulai pagi tidak di balas.
" Permisi?!" Dimas sambil mengetuk pintu,
suasana rumah tenang sekali tidak seperti kemarin yang begitu ramai.
Tak lama pintu itu terbuka, seorang laki laki yang bertubuh lebih tinggi dari dimas membukanya.
" Cari siapa?" tanya laki laki itu datar,
ia melihat baju yang di kenakan dimas sekilas.
" maaf, Rani ada?" tanya Dimas sopan,
" bukannya dia sedang mengajar,
mungkin dia belum sampai rumah." jawab Aksara datar,
sikapnya dingin tidak ada manis manis nya sama sekali.
"Tapi Rani tidak di sekolah, hari ini dia ijin kurang sehat kata nya?" jelas Dimas dengan raut bingung.
Aksara diam mendengar itu, ia berfikir sejenak,
" Duduklah.. biar kulihat dulu" persilahkan Aksara, lalu berjalan ke arah kamar Rania.
" Tok tok tok!" Aksara mengetuk pintu,
namun tak ada jawaban, tanpa pikir panjang ia membuka pintu kamar dan masuk.
Ia melihat sosok Rania sedang tertidur,
wajahnya terlihat pucat.
Aksara tak sampai hati menganggu nya,
ia segera berbalik dan menutup pintu kamar,
lalu berjalan kembali ke arah ruang tamu.
" ternyata dia memang dirumah,
tapi maaf dia sedang tidur,
besok saja kembali." kata Aksara pada Dimas.
" oh, ya sudah Mas.. tolong sampaikan kalau Dimas kesini.. saya pamit dulu.." kata Dimas bangkit lalu berjalan keluar.
Aksara tidak menjawab iya atau apalah,
ia hanya diam memperhatikan Dimas dari jauh.
" Mbak Yuni?!" panggil Aksara sedikit keras.
" Dalem Mas?" si mbak Yuni muncul
" Rani sudah makan dan minum obat?"
" sepertinya belum Mas, tidur terus dari tadi pagi.." jawab mbak Yuni.
" buatkan bubur mbak"
" nggih mas," jawab Yuni segera berjalan ke arah dapur.
Aksara berjalan kembali ke arah mobilnya setelah membeli beberapa obat dan cemilan.
"woy sa!! " panggil seseorang dari jauh membuat langkah Aksara terhenti.
" Aksa toh??! " tanya seorang laki laki seumuran Aksara setelah mendekat.
" iya Rob, apa kabar?" jawab Aksara sambil tersenyum.
Laki laki di hadapan Aksara itu langsung memeluknya sambil menepuk punggung Aksara beberapa kali.
" kemana saja kau selama ini? tidak ada kabar apapun?" tanya temannya itu setelah puas memeluk Aksara, laki laki bernama Robi itu adalah teman Aksara mulai kecil,
mereka bersekolah bersama sampai SMA, Robi termasuk orang yang shock ketika Aksara memutuskan untuk tidak kembali ke kampung halamannya ini.
Akhirnya keduanya memutuskan untuk ngobrol di kediaman Robi yang tak jauh dari situ.
Awalnya Aksara menolak tapi melihat ekspresi Robi yang kecewa ia tidak tega.
" monggo di minum.." seorang wanita menaruh secangkir kopi.
" ini istriku, aku ingin memberitahumu saat aku menikah, tapi aku benar benar tidak tau harus mencarimu kemana.."
Aksara memberi senyum sopan terhadap istri Robi.
" saya pamit dulu,mau jemput sekolah.." kata istri Robi,
" oh silahkan.." jawab Aksara masih tersenyum.
" kau sudah punya anak?" tanya Aksara ketika istri Robi sudah pergi.
" alhamdulillah.. usianya sudah 7 tahun.. yang satu baru 3 tahun,
dia sedang dirumah mbah Uti nya.."
"wahh.. aku tertinggal jauh.." kata Aksara sambil tertawa kecil,
" kau belum menikah??" tanya Robi dengan ekspresi kaget,
Aksara menggeleng dan tersenyum.
" Apa yang kau tunggu?" tanya Robi dengan raut sedikit sedih,
" Aku hanya terlalu sibuk.. "jawab Aksara tenang sambil menyeruput kopi nya.
" kau masih tidak bisa membuka diri?" tanya Robi.
" Ahahaha.. wahhh, baru bertemu setelah 10 tahun kau pintar sekali merusak suasana hatiku.. " Aksara tertawa
" bukan begitu.. maafkan aku.." kata Robi dengan raut wajah bersalah.
" kau akan lebih sering melihatku setelah ini.. " kata Aksara kemudian
" baguslah, Bapak mu harus kau jaga.. jangan bertindak tidak realistis lagi.. kita sudah cukup tua.. " kata Robi menyandarkan punggungnya ke bahu kursi.
" kasihan juga adikmu.. dia mengurus Bapakmu sendirian, dia bahkan sampai belum menikah di usia ini..
padahal yang melamar Rani tidak sedikit,
tapi ia selalu menolaknya dengan alasan ingin fokus mengurus Bapak mu dulu.. " ujar Robi membuat Aksara terdiam kembali.
" setelah kau pergi ibunya meninggal 2 tahun kemudian.. " beritahu Robi,
" aku tau.. " jawab Aksara pelan sambil menyalakan rokok.
" Kau merokok sekarang?" tanya Robi heran, karena sejak remaja Aksara tidak mengenal yang namanya rokok.
" iya.. aku merokok sejak pergi dari sini" jawab Aksara pendek.
" Kau masih ingat adikku? Anzar?"
" adikmu yang selalu peringkat satu itu.. kerja dimana dia sekarang?"
" dia menjadi dosen sekarang.. dia sempat mengejar adikmu,
tapi karena banyak di tolak dia menyerah sekarang..
kalau tidak kita bisa jadi besan.. " Robi tertawa,
" iya ya.. " jawab Aksara tersenyum secukupnya.
" Aku ingat.. dulu masih SMA Rani suka bergelayut denganmu,
10 tahun berlalu.. sekarang dia sudah menjadi ibu guru yang cantik..
suruh saja dia menikah.. kau juga harus buru buru menikah, kau mau tunggu 40 tahun dulu?" Robi mengomel.
"Dia akan segera menikah.. aku juga akan segera menikah.. " jawab Aksara tenang,
" yang benar?, syukurlah kalau kalian sudah memiliki calon.. " kata Robi tersenyum cerah.
" kami akan menikah..
karena itu ayahku memaksaku pulang..
sebelum meninggal ia mau melihatku menikahi Rani.." imbuh Aksara dengan suara tenang sambil membuang putung rokoknya.
Robi sedikit terkejut, namun ia tersenyum mengerti setelahnya.
" Kau bahagia?" tanyanya kemudian,
" pertanyaan macam apa itu Rob.." jawab Aksara tertawa kecil sambil melihat ke arah jendela menghindari tatapan Robi yang se akan akan mengerti.
" kau sedang bingung kan dengan perasaanmu.. padahal dulu ini yang kau inginkan,
kenapa sekarang kau bingung setelah Bapakmu mengabulkannya.."
" Kau menekan ku bahkan setelah 10 tahun bertemu.. teman yang sangat pengertian.." gerutu Aksara pelan namun Robi mendengarnya.
" Justru karena aku temanmu, aku mengerti.. aku tidak tau apa yang kau lakukan 10 tahun ini, tapi bagiku kau tetap orang yang sama dengan 10 tahun yang lalu..
kau mana tau saat Rani menangis,
berhari hari hari setelah kau pergi..
dia mencari ku, dia bertanya kenapa kau berubah menjadi jahat dan membencinya..
dia selalu bertanya apakah kau mengabari ku..
dia juga bertanya apa yang harus dia lakukan agar kau kembali pulang dan tidak membencinya.."
Mendengar semua kalimat Robi Aksara terdiam seribu bahasa, ia tidak bisa berkata apapun.
Hatinya di penuhi dengan perasaan yang dia sendiri tidak bisa mengartikannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Anis Mawati
jadi aksa dr dlu sudah suka sm rania tp knp ko brubah jd spt membencu rania
2025-03-01
0
Sri Rahayu
uda masuk Thorr 👍👍👍
2023-12-22
1
Suartati Hasibuan
cerita bagus.. masuk Favorit ahhh
2023-12-21
1