Johan masih saja menggerutu meskipun mobik yang di kendarai Renata sudah hilang dari pandangan.
" Dasar tak tau malu, apa meminta maaf akan mengeluarkan emas dari mulut nya," dia tak henti - hentinya mengomel.
"Gue sumpahin kualat hidup lu," mentang orang kaya berbuat seenaknya."
" Sudahlah mas, orang nya juga sudah pergi dia juga tidak akan dengar apa yang mas katakan," bapak tadi berusaha meredam emosi Johan.
" Orang seperti itu harus dikurang- kurangi di muka bumi ini pak,"Johan masih saja belum berhenti marah.
" Sebenarnya CCTV itu sudah tidak berfungsi mas," bapak itu tertawa
" Hah.... kenapa bapak tadi bilang mau cek rekaman nya,?"
" Saya cuma menakut - nakuti mbak yang tadi," saya juga kurang yakin sama penglihatan saya,soalnya kan saya jauh duduk disana," Tunjuk bapak itu pada sebuah bangku di depan warung tempat dia duduk sebelumnya.
" Ya ampun pak, gimana kalau tadi dia benar-benar mau memastikan kebenarannya, bapak bisa kena masalah saya juga akan ikut kena imbasnya"
" Saya tidak tahan aja melihat kalian tak ada yang mau mengalah, tapi sepertinya memang benar dia yang salah kok saya yakin mas."
" Lain kali bapak harus hati-hati, orang berduit itu menakutkan," Johan memperingati bapak tua itu.
" Iya iya mas," dia tertawa sambil menepuk bahu Johan.
" Saya permisi ya mas, jangan lupa minta ganti rugi yang banyak" tawanya bertambah keras sambil melambai dan melangkah pergi.
Kini tinggal Johan sedang meratapi motor nya yang benar terlihat seperti barang rongsokan. Dia menyesali perkataan nya tadi, bahwa akan menjual motor itu ke tempat barang rongsokan. Perkataan adalah doa itu memang benar adanya.
Dan tak ada cara lain selain mendorong motor itu ke bengkel karena kembali tak bisa menyala. Keringat bercucuran dari dahi Johan sesekali ia menyeka dengan punggung tangan nya. Matahari telah merangkak naik cuaca semakin panas dia benar - benar kelelahan.
Lebih dari tiga puluh menit akhirnya perjuangan Johan berhasil sampai di bengkel . Kini dia sedang mengistirahatkan badan nya yang sangat lengket oleh keringat. Dia mengibas - ngibaskan tangan ke wajah untuk mengurangi kegerahan. Satu botol air mineral pun sudah habis ia teguk. Kenapa nasib buruk selalu menghampirinya tidak bisa kah hanya untuk satu hari saja keberuntungan itu datang??
Dia mengeluarkan ponsel di saku celana jeans nya untuk menghubungi seseorang , siapa lagi kalau bukan dika..
" Lo dimana bro, bisa jemput gue" Johan langsung to the poin ketika panggilan tersambung.
"Motor lo kemana,? gue mau jemput pelanggan nih,"
" Motor gue lagi sakit , habis itu lo jemput gue ke bengkel bang Ali ya," perintah Johan.
" Sakit kenapa motor lo," tanya Dika.
" Udah nanti gue cerita" kalau lo nggak datang berhenti aja jadi teman gue" ancam Johan.
" Hahahahaha, berarti nggak ada lagi dong teman lo ,teman lo kan cuma gue seorang" Dika tertawa keras, dia bisa membayangkan wajah kesal Johan. Sebelum teman nya itu mengumpat buru - buru ia akhiri panggilannya.
" Teman ******, kurang ajar" Johan kesal karena telepon nya telah berakhir.
...---------------...
" Memalukan, benar benar memalukan," Renata menutupi wajah nya dengan kedua telapak tangan nya.
" Kenapa bu Rena tidak jujur saja dari awal, jadi nya kan malu sendiri," Friska berusaha menahan tawa. Sampai di kantor Renata menceritakan kejadian yang dialami nya tadi pada sekretarisnya itu.
" Pokonya kalau dia menghubungi, kamu beri dia kompensasi," saya tidak mau bertemu lagi dengan pria itu.
"Baik bu bos," Kali ini Friska benar - benar tak bisa menahan tawa nya lagi. Renata melotot , dia tidak suka di tertawai seperti itu.
" Bagaimana dengan meeting tadi, ada kendala??" Renata mengalihkan pembicaraan. Dia melupakan Hal yang seharusnya ia tanyakan kepada sekretaris nya itu.
"Aman bu, Pak Andre bisa menghandle semuanya, ya walaupun pemegang saham sedikit kecewa".
" Kalau saja aku tidak berusaha mencari jalan pintas menghindari macet mungkin ini tak akan terjadi" Renata menyesali perbuatan nya.
"Nasi sudah jadi bubur, lupakan aja bu, lagian kemungkinan kecil ibu akan bertemu lagi dengan orang itu kan," Friska menyemangati.
"hhmmm.. semoga saja" kamu kembali kerja sana jangan lupa yang saya bilang tadi."
" Baik bu Rena, " Friska meninggalkan ruangan Renata dan kembali ke meja kerja nya.
Renata menyandarkan tubuh nya ke kursi, dia kembali teringat dengan Johan pria yang tak sengaja menabrak mobilnya karena kelalaiannya sendiri. Kira - kira seburuk apa pemikiran pria itu terhadap dirinya. Renata benar - benar menyesali perbuatan nya kenapa dia sebodoh itu.
Kejadian tadi terus terngiang - ngiang di kepala nya. Tetapi pria itu cukup kasar kepada wanita pikir Renata. Dia mengusap lengan nya yang tadi di cengkram Johan.
" Sudahlah, toh aku tak mungkin bertemu lagi lebih baik fokus kerja aja sekarang" Renata mengalihkan perhatiannya kepada berkas yang menumpuk di meja kerjanya.
**
Selesai mengantar pelanggan nya Dika memacu motornya menyusul Johan ke bengkel bang Ali. Sampai disana ia melihat teman baiknya itu sedang duduk di sebuah bangku. Jelas terlihat kalau dia sedang melamun sampai sampai Johan tak menyadari kehadiran Dika.
" Woi..., mikir apa sih bro, dalem banget kayaknya" suara berat dika mengejutkan Johan. Dia terperanjat saking terkejutnya beberapa montir di bengkel itu pun ikut tertawa melihat Johan.
" Buhahahahahaha, benar benar dalam nih, kenapa,?" Dika tertawa sampai matanya berair. Johan menepuk pundak dika dengan keras melampiaskan kekesalannya.
" Sabar bro, lo yang kaget sendiri kenapa gue yang lo tabok" tubuh dika bergetar karena menahan tawanya.
Johan mendesah...
" Benar benar sial gue hari ini," Johan memijat pelipis nya untuk merilekkan pikirannya.
" Apa yang terjadi,? cerita sama gue," dika merangkul bahu Johan layaknya seorang bapak sedang menenangkan anaknya.
Johan menceritakan semua nya tanpa terkecuali. Tidak dilebihi dan tidak pula di kurangi. Dika mangut mangut mendengarkan curhatan teman nya itu.
" Ya sudah lo hubungi aja langsung no di kartu nama itu mintak ganti rugi, bereskan" Dika mencoba memberi solusi.
" Itu udah pasti, gue nggak akan berbaik hati, tapi masalahnya motor gue harus bongkar mesin udah parah sakitnya bro, terpaksa gue berhenti ngojek dulu sehari sampai 3 hari." Johan kembali mendesah.
" Motor gue juga cuma satu gimana lagi dong, atau lo kerja aja dulu jadi kang parkir di pasar biasanya kankalau motor lo bermasalah juga kayak gitu "
Johan mengangguk menyetujui saran dari dika. Dia mengeluarkan kartu nama wanita itu dari saku jaketnya.
" Gue harus hubungi sekarang, kalau ditunda nanti dia ngilang lagi." ujar Johan sembari menekan sederet angka itu pada ponselnya.
Johan mencoba menghubungi nomor yang tertera di kartu nama tersebut. Pada panggilan pertama tak ada jawaban ia kembali mencoba dan masih saja tak ada yang menjawab. Johan mulai gelisah.
" Tersambung tapi tidak di angkat telepon nya," sial.. apa gue di tipu ya," Johan kembali mencoba.
" Mana tau orang nya lagi sibuk, positif thingking aja bro," Dika meyakinkan .
Pada panggilan ke empat akhir seseorang mengangkat telepon tersebut.
" Ya halo " suara lembut seorang wanita terdengar di ujung telepon.
" Sengaja ya baru di angkat, mencoba menghindari tanggung jawab" Johan menjawab dengan kesal.
" Maaf, saya bicara dengan siapa ya,?" tanya wanita di balik sana.
" Pura pura lupa, Ini dengan Friska kan," Johan melihat kembali kartu nama itu memastikan dia tidak salah sebut nama.
" Iya saya Friska , tapi kamu siapa?"
" Orang yang harus kamu bayar ganti rugi, baru beberapa jam masa sudah lupa"
Sejenak tak ada sahutan dari sana.
" Halo, " Bentak Johan yang mulai merasa di permainkan.
" Ya.. iya halo" jawab nya terbata.
" Maaf saya baru ingat , itu bos saya bu Renata bukan saya berapa saya harus membayarnya dan kamu bisa sebutkan nomor rekening nya," jawab wanita itu masih ramah.
Johan merasa heran pantas saja dia lebih ramah ternyata orang yang berbeda.
" Nanti saya kirim lewat pesan aja jumlah yang harus kamu bayar beserta nomor rekening nya."
" Iya nanti saya kirimkan"
" Saya tunggu"
Tutt... Johan mematikan panggilan itu.
" Ya ampun orang ini kasar sekali," Friska menatap layar ponselnya yang sudah gelap tentu Johan sudah tak mendengarnya.
'Renata' seperti pernah mendengar nama itu sebelumnya. Johan mencoba mengingat tapi dia tidak ingat kapan dia pernah mendengar nama itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Rosee
wkwkw ternyata motor bisa sakit juga 😭🤣
2023-05-06
0
Neti Jalia
aku mampir kk, jangan lupa mampir dikaryaku jg ya🤗🙏
2021-09-15
0
syafridawati
2 like mampir
2021-08-31
0