Tring..
Lampu notifikasi di ponsel Friska menyala, dia membuka pesan masuk di Ponsel nya itu. Disitu tertera nomor rekening dan sejumlah nominal uang. Friska langsung mengirim sejumlah uang ke nomor rekening tersebut.
" Lumayan juga jumlah yang dia minta, apa motor nya separah itu,? ya sudahlah yang salah juga bu Renata" Friska kembali meletakan ponselnya setelah selesai mengirim uang dengan bantuan sebuah aplikasi. Teknologi memang memudahkan segalanya.
" Kenapa nyebut nama saya," suara Renata mengejutkan Friska, Atasan nya itu tiba- tiba sudah berdiri di depan meja kerjanya.
" Astaga,, bikin kaget saja bu, itu orang yang tadi bermasalah sama bu Rena saya baru saja selesai mengirimkan uang kompensasi" Jelas Friska
" Oh ya, bagus lah kalau begitu berarti urusanku sudah selesai dengan nya"
" Tapi lumayan juga yang dia minta, apa dia sengaja memeras ya,??"
" Berapa memangnya,? tanya Renata penasaran.
" 800 ribu bu, separah apa sih motornya sampai biaya perbaikan nya sebanyak itu"
" Sudahlah, motor nya sudah tua mungkin memang sudah rusak juga sebelum nya jadi ibaratnya aku memecahkan gelas yang sudah retak"
" Untung saja bu Rena banyak uang jadi uang segitu bagaikan debu," Friska tertawa
Renata hanya mengangkat bahu nya pertanda dia tidak peduli. Setelah menyerahkan berkas yang sudah dia tanda tangani dia kembali ke ruangan nya.
**
Johan kembali ke rumah setelah di antar Dika. Dia memutuskan untuk istirahat saja di rumah hari ini, semangat yang menggebu - gebu tadi pagi untuk mencari nafkah seolah sirna begitu saja.
" Kenapa pintu rumah terbuka, apa Jesika nggak kuliah hari ini," Johan mendengar suara gaduh dari dalam rumah cepat - cepat ia masuk ke dalam takut kalau itu maling. Tapi apa yang akan di ambil maling di rumah orang miskin seperti dia??
" Ya ampun, ngapain sih kamu jes, nggak kuliah,?" Johan melihat adik nya itu sedang mengacak acak isi sebuah lemari pajang di ruang tamu.
" Eh kak jo kok sudah pulang, nggak ngojek" Bukannya menjawab jesika malah balik bertanya pada kakak nya itu.
" Ditanya malah balik nanya, motor kakak rusak sekarang lagi di bengkel, " Johan mendudukan pantat nya di sofa
" Kamu kenapa nggak kuliah, itu apa yang kamu cari,? " Johan kembali bertanya.
" Kelas aku di batalkan kak, dosen nya ada keperluan mendadak. Oh ya di kamar kakak ada dus kecil nggak,?"
"Jadi itu yang kamu cari sampai berantakin isi lemari,"
" Hehehe,, nanti aku beresin lagi kok," Jesika menggaruk kepala nya yang tidak gatal.
" Buat apa," Johan mengambil remote dan menyalakan TV, apalagi yang bisa dilakukan di rumah selain menonton TV seharian.
" Buat membungkus paket aku kak," Jesika kembali membereskan kekacauan yang dia buat.
" Kamu masih aktif jualan online, kakak pikir sudah nggak lagi,"coba kamu cari di kamar kakak, kayak nya ada,"
" Iya lah, kalau nggak aku dapat uang darimana untuk nambah uang keperluanku kak, uang yang kak jo kasih mana cukup malah sering kurang"
"Maafkan kak jo ya, " Johan menghela nafas berat. Hanya kata maaf yang bisa ia katakan untuk saat ini. Melihat kakak nya merasa terbebani Jesika merasa bersalah dan menyesali perkataannya.
" Kak jo jangan mintak maaf gitu, aku jadi merasa seperti adik yang buruk, lagian kerjaan nya ringan, cuma promosi terus kalau ada yang beli tinggal kirim barang . Aku juga senang melakukanya kok kak"
Johan tersenyum berusaha menutupi hati nya yang terluka. Jesika adalah orang yang kuat, dia tidak pernah membuat masalah tak banyak yang Johan lakukan untuk nya. Kuliah dengan modal beasiswa dan juga dia cekatan mencari uang disela - sela jadwal kuliahnya. Dia sangat mandiri tak banyak menyusahkan Johan. Justru itu yang membuat Johan sedih dia yang seharusnya bertanggung jawab atas hidup adik adiknya malah membuat adik nya ikut bekerja keras.
Johan sangat menyayangi adik adik nya dia tak hanya berperan sebagai kakak tapi juga orang tua bagi mereka ,di saat mereka masih sangat membutuh kan kasih sayang orang tua mereka malah di tinggal untuk selama lamanya oleh keduanya.
" Kak Jo... kak Jo melamun" Johan tersentak, benar dia sedang larut dengan pikirannya sampai tak mendengar Jesika memanggil namanya.
" Nggak, kakak lagi fokus nonton TV, " Johan berdalih.
" Nonton TV apanya, Nonton iklan kali iya" Jesika tertawa kecil melihat tingkah kakaknya.
" Sudah ah, kakak mau tidur siang aja" Johan meraih remote di atas meja dan mematikan TV kemudian pergi ke kamarnya.
Jesika menatap punggung lebar kakak nya sampai hilang di balik pintu dengan perasaan campur aduk. Dia sadar beban yang di tanggung kakaknya sungguh berat. Dia kembali mengingat masa masa sulit mereka.
10 tahun silam ketika umur nya baru sepuluh tahun kejadian yang tak pernah mereka duga akan terjadi. Sebuah kecelakaan merenggut nyawa kedua orang tua mereka sekaligus. Masih jelas semua bayangan kejadian hari itu yang mungkin tak akan pernah mereka lupakan seumur hidup.
Jesika masih ingat bagaimana saat itu Johan menangis sejadi jadinya di depan jenazah kedua orang tua mereka. Si bungsu Julia yang hanya duduk membisu di samping jenazah ibunya. Anak yang baru berumur 6 tahun itu hanya duduk melamun tatapan nya kosong entah apa yang sedang dia pikirkan.
Jesika yang sudah paham apa itu yang nama nya meninggal dunia hanya bisa ikut menangis. Orang - Orang yang melayat juga ikut tenggelam dalam kesedihan 3 bersaudara itu. Johan yang saat itu baru berumur 17 tahun harus menanggung beban berat di pundaknya. Lelaki remaja itu tak pernah meyangka kalau orang tua nya akan pergi secepat ini meninggalkan 2 adik perempuan nya yang masih belia.
Ibu mereka anak tunggal sementara ayah mereka anak pertama dari tiga bersaudara. Mereka sudah tak memiliki nenek dan kakek dari pihak ibu maupun ayah mereka. Paman dan bibi saudara ayah mereka juga memiliki kehidupan yang sulit sudah jelas tak akan mampu menampung mereka. Mau tak mau mereka harus bisa berdiri di atas kaki mereka sendiri. Harus mampu menjadi dewasa sebelum waktunya.
Sebenarnya saat orang tua mereka masih hidup kehidupan mereka berkecukupan dan bisa di bilang mewah. Ayah mereka seorang kontraktor sementara si ibu memiliki sebuah toko kue. Tapi kehidupan mereka berubah 180° sepeninggal kedua orang tuanya. Toko kue peninggalan almarhum ibu nya terpaksa dijual untuk mencukupi biaya kebutuhan hidup ketiga nya sampai Johan menyelesaikan sekolahnya di bangku SMA.
Johan harus kehilangan masa - masa remaja yang indah demi tetap bisa bertahan hidup bersama adik adiknya. Semua itu tak mudah, bahkan dia harus mengubur mimpi nya untuk menjadi seorang polisi.
Ketika Jesika mau masuk SMA mereka juga terpaksa harus menjual rumah peninggalan orang tua nya .Dimana rumah itu begitu banyak menyimpan kenangan indah bersama orang tua mereka dan pindah ke rumah yang lebih kecil.Karena saat itu Johan tak bisa mengahasilkan uang yang cukup untuk biaya pendidikan adik adiknya.
Jesika kembali menitikan air mata ketika kenangan buruk itu terlintas. Dia benar - benar mengasihani kakaknya yang malang. Dia bertekad ketika sudah sukses nanti dia pasti akan membayar semua pengorbanan sang kakak yang teramat dicintainya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
ANAA K
Semangat thor👍🏾 aku mendukungmu. Jangan lupa mampir yah😉🙏🏿
2021-09-19
0
Yukity
like♥️
Saling dukung ya..
mampir di novel GADIS TIGA KARAKTER
2021-09-05
0
Jeny Chan
like kakak....
semangat up
2021-08-31
0