Hari semakin sore, lalu lintas bertambah ramai maklum ini jamnya orang pulang ke rumah setelah lelah beraktifitas seharian. Tak terkecuali Johan, dia merasa cukup untuk hari ini .Lelah dan lapar yang mendera membuatnya ingin cepat sampai di rumah. Tapi apa daya lalu lintas yang macet membuatnya lebih lama sampai terlebih lagi dia selalu terjebak lampu merah. Ingin mengeluh, tapi apa ada kata mengeluh untuk orang seperti dirinya,?.
Johan sampai di rumah tempatnya mengistirahatkan kan badan dan pikirannya . Tapi suasana tampak sepi, apa mereka belum pulang??.
Selesai memarkir motor, Johan mengetuk pintu tak ada tanda orang yang akan membukakan pintu. Dia mengintip di sela sela kaca benar saja tak ada siapa pun.
" Kemana para gadis ingusan itu, sudah sore tapi belum pulang juga," Johan menggerutu sambil berusaha membuka pintu dengan kunci cadangan.
Pintu terbuka, dan dia mendapati rumah yang berantakan. Johan menghela nafas panjang, memiliki 2 adik perempuan tak berarti urusan rumah terselesaikan. Dia terlalu lelah untuk berbenah sejenak dia merebahkan badan di sofa mencoba mengumpulkan tenaga yang tersisa.
Belum sampai 15 menit, perut Johan sudah memanggil untuk diisi. Dia bangun dan berjalan ke dapur , sudah pasti tidak ada makanan. Johan mencari sesuatu yang bisa menganjal perut. Ternyata ada, sebungkus mie instant tak apa lah yang penting perut terisi. Dia mencek expired ternyata masih lama, oke langsung saja dia eksekusi.
Sementara itu, di salah satu ruangan sebuah perusahaan cosmetic seorang wanita masih sibuk dengan laptopnya.
Ketika semua karyawan nya sudah pulang Renata masih betah berlama - lama di ruangannya. Sehingga sekretaris nya menjadi keki. Wanita ayu itu menatap Bos nya yg masih saja mengotak - atik laptop di meja kerjanya. Dia mendesah keras memberikan kode kalau dia sudah lelah dan ingin segera pulang. Tapi sang bos tak merespon dan masih asik dengan aktifitasnya.
" Ayolah Renata, ini sudah jam 6 lanjutkan besok aja ya," Friska sang sekretaris merunggut.
" Ini masih di kantor jangan bicara santai seperti itu" tegas Renata
" Tapi ini sudah diluar jam kantor," dia menyeringai
" Kalau kamu mau pulang, pulang saja tak usah banyak alasan" tak mengubah nada bicara tetap tegas.
" Kenapa tidak dari tadi kamu suruh, pantatku hampir bisulan duduk di sini dari tadi." friska cemberut, dia bangkit dan menyandang tasnya dan pergi.
" STOP, " suara Renata meninggi dan cukup untuk menghentikan langkah friska yang sudah memegang gagang pintu. Friska berbalik dan menatap mata tajam Renata
" Iya, kenapa lagi" friska bicara dengan nada tinggi
" Kalau kamu tidak bisa jaga sikap lebih baik kamu lembur disini sampai jam 9, bersedia??? Renata menantang. Friska tertegun, dia tidak menyangka Renata akan seperti itu.
"Maafkan saya bu Renata, " Wanita itu membungkuk memohon supaya dilepaskan.
" Saya boleh pulang kan bu?" Friska memastikan kalau Renata hanya bergurau.
" Wuss, wuss, sana,... pulang sana,!!" Renata melambaikan tangan .
" ( hhmmm, seenaknya saja, mentang dia bos, awas aja ya kamu Ren ) "bisik Friska dalam hatinya
" Baik bu, sampai jumpa hari senin," Friska berlalu meninggalkan Renata sendirian di kantor.
Renata seorang wanita 29 tahun yang telah sukses di usia muda, dia sangat profesional dalam bekerja. Terlalu ambisius menjadikan nya wanita yang gila kerja. Dia tidak akan berhenti sebelum hal yang ia inginkan tercapai. Karena sifat ambisi nya itu ia tidak disukai kakak perempuannya Viona Defita. Mereka adalah saudara kandung satu Ayah lain ibu.
Ibu Viona meninggal saat usianya baru 4 tahun, setahun setelah kepergian ibunya sang ayah menikah lagi dengan sekretaris pribadinya. Setelah setahun menikah lahirlah Renata. Viona tidak menyukai ibu tirinya, dia berfikir ayah nya selingkuh sehingga menyebabkan ibu kandungnya sakit dan akhirnya meninggal.
Terlebih sejak hadirnya Renata, Viona tambah membenci ibu tirinya. Dia tidak suka ayahnya lebih menyayangi Renata. Sampai mereka dewasa pun Viona tak berubah dia masih bersikap sama acuh tak acuh dengan Renata.
Viona sekarang menjalankan perusahaan yang telah dirintis sang ayah bertahun tahun itu. Sebenarnya dulu Renata juga bekerja di sana, namun karena ketidak harmonisan hubungannya dengan Viona dia berhenti dan mendirikan perusahaan nya sendiri.
Mereka selalu salah paham dan cekcok dari hal kecil sampai hal besar. Ayah mereka Tuan Renaldi selalu mencoba mendamaikan ke dua putrinya tapi tetap saja semua berakhir dengan prahara. Tuan Renaldi sekarang menyerah, dia percaya suatu saat nanti akan tiba masa dimana ke dua anaknya akan bersatu. Diusianya yang sebentar lagi mencapai kepala 6 dia hanya bisa memantau ke dua putrinya dari rumah. Penyakit stoke ringan yang dideritanya tak mengizinkan nya utuk bekerja lagi.
Renata melirik jam tangannya sudah hampir setengah 8, ia benar - benar lupa waktu.
"Lelah sekali," oke ini saatnya pulang," Auugghh, pegal.."
Renata memijat tengkuknya yang terasa kaku.
" Tak ada hasil yang maksimal tanpa kerja keras, kerja bagus Renata, " memuji diri sendiri tak ada salah nya kan," wanita berambut sebahu itu tersenyum.
**
Seorang gadis remaja baru saja pulang ke rumah. Dia pulang terlambat malam ini.
Julia berjalan mengendap- endap saat memasuki rumah, sekarang sudah pukul 10 malam. Kalau kak Jo ( panggilan ke 2 adik johan pada dirinya ) sudah pulang bisa mampus diceramahi sampai pagi.
Dia meraba-raba di kegelapan takut menyenggol barang yang nanti akan menyebabkan kegaduhan.
Tiba - tiba lampu menyala, Julia tertegun sesosok yang dihindarinya berdiri tegap tepat didepan matanya. Sepasang mata itu menatap nya dengan marah. Julia membeku tak tau harus berbuat apa. Dia dengan cepat memutar otak mencari alasan keterlambatannya pulang ke rumah.
" Jam berapa sekarang, kenapa baru pulang" Johan menatap Julia penuh tanya.
" Waah,, kak Jo sudah pulang ya.. biasanya juga hampir tengah malam baru di rumah," Julia lebih memilih menunduk dari pada menatap mata nanar kakaknya itu.
" Jadi... ini bukan yang pertama kamu pulang larut," bentak Johan
" Bukan begitu kak, aku..."gadis remaja itu kehabisan kata-kata. Air mata nya berlinang, dia tak berani menatap kakaknya.
Johan merasa kasihan telah membentak adiknya itu, ia mendekat dan merangkul bahu julia.
" Kamu itu perempuan, tidak baik pulang larut seperti ini, mengerti..??" tegas Johan
Julia hanya mengangguk, dia menyapu air mata yang mulai menetes di pipi nya.
" Jesika mana, kenapa masih belum pulang?" Johan melunak berusaha mencairkan suasana.
" Kak Jesika tidur di rumah teman nya,katanya ada tugas kuliah yang harus dikerjakan."
Johan mangut mangut pertanda mengerti, ia melirik julia yang masih berdiri kaku di sampingnya.
" Sudah makan,?" tanya nya kemudian.
" Sudah kak, kakak sudah makan?" julia memberanikan diri bertanya. Dia tau di rumah tak ada makanan dan dia juga tidak beberes rumah dan malah pergi keluyuran.
" Sudah tadi makan mie instant, lumayan lah menganjal perut" sindir Johan.
" Kakak mau makan apa, biar aku masak.. kayaknya di kulkas masih ada lauk, tunggu sebentar ya.."
Julia bergegas menuju dapur bermaksud untuk memasak.
" Besok ajalah, sudah malam," kakak mau istirahat.
Johan pergi menuju kamarnya meninggalkan Julia yang sudah bersiap untuk memasak.
Dengan senang hati Julia kembali meletakan wajan yang sudah dipegangnya itu.
"(oke, aku juga lelah dan ingin cepat tidur)" gumamnya dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Gladis01
Suka ceritanya..
2022-01-09
0
ANAA K
Next thor
2021-09-19
1
syafridawati
like mampir semangat saling dikung ya
2021-08-26
1