"Kenapa kamu menatapku seperti itu?" Tanya Davin pada Alvian.
"Hati-hati, takutnya kamu jatuh hati." Jawab Alvian dengan senyum meledek.
"Tidak akan!!!"
Davin begitu yakin, padahal yang namanya perasaan itu tidak ada yang tahu. Tapi kalau Nara itu bukan selera Davin, apalagi penampilan Nara yang begitu kampungan membuat Davin tidak tertarik sama sekali.
Jam menunjukkan pukul 7 malam, Nara sudah selesai kerja. Nara bersiap-siap untuk pulang karena Laras juga sudah menunggu dia di ruangan Alvian.
"Ras, tadi sih Davin kesini." Kata Alvian, yang masih sibuk dengan laptopnya.
"Tumben, lama aku tidak bertemu dengannya." Kata Laras, terlihat cuek kalau denger tentang Davin apalagi Davin selalu jail pada dirinya.
"Dia bertemu dengan sahabatmu," sambung Alvian.
"Lalu?" Tanya Laras, yang kini sedang duduk di sofa yang ada di ruangan Davin.
"Lalu membuat masalah, dia berdebat dengan Nara. Biasalah sifatnya yang arogan itu tidak sembuh-sembuh," jawab Davin males.
Laras menganggukan kepalanya pertanda mengerti, bagi Laras hal seperti itu sudah biasa di lakukan oleh Davin.
"Sudahlah Al, biarkan saja! Percuma, kalau kita nasehati dia juga yang ada paling kita berdebat," kata Laras dia juga tidak mau tahu apalagi Davin memang sudah seperti itu dan untuk berubah pasti susah.
Laras beranjak dari tempat duduknya, lalu dia duduk di kursi yang terbatas dengan meja kerja Alvian.
"Kamu mau apa?" Tanya Alvian, takutnya Laras tiba-tiba menipuk dirinya pakai tas miliknya, iya seperti yang biasa Laras lakukan pada Alvian.
"Aish, apasih kamu? Aku cuma mau memberitahu kamu, kalau Daniel mau pulang dari luar negeri dan aku dengar dia mau melanjutkan perusahaan ayahnya," jawab Laras sambil tertawa senang.
"Sesenang itukah Daniel mau pulang?" Tanya Alvian, tatapan agak tidak suka pada Laras.
"Laras, apa kamu tidak sedikit saja melihatku yang selama ini menaruh hati padamu?" Batin Alvian dalam hatinya.
Setelah beberapa lama terdengar suara ketukan pintu. "Masuklah!"
Nara membuka pintu lalu masuk ke dalam ruangan Alvian.
"Kamu sudah selesai Ra?" Tanya Laras.
"Sudah Ras," jawab Nara sambil tersenyum.
"Ayo kita pulang! Al, aku pulang dulu ya. Ingat jangan sering-sering merindukanku," pamit Laras sambil meledek Alvian.
Alvian hanya tersenyum simpul, lalu Laras dan Nara keluar dari ruangan Alvian dan mereka langsung pulang kerumah.
Setelah Nara dan Laras pulang, Alvian bengong sendirian. Kini wajah cantik Laras terus terngiang-ngiang di benaknya.
"Daniel pulang, Laras begitu bahagia."
"Haruskah, aku menyerah mendapatkan cinta dari Laras?"
"Al, tapikan Daniel pernah bilang kalau Daniel hanya menganggap Laras sebagai adik saja."
"Aku akan terus berjuang, tidak apa-apa biarpun cintaku harus bertepuk sebelah tangan yang penting aku tidak boleh nyerah!"
Alvian meyakinkan hatinya, karena menurutnya Daniel itu bukan saingannya apalagi Daniel pernah bilang kalau dia hanya menganggap Laras sebagai adiknya saja. Tapi Laras tetap kekeh ingin menjadi kekasih Daniel.
*****
Malam menujukan pukul 9, Nara baru saja selesai mencuci jas milik Davin.
"Baru pertama masuk kerja, aku sudah sial bertemu dengan laki-laki sombong."
"Aku berharap, aku bertemu dengan pangeran tampan yang baik hati dan tidak sombong, jangan seperti Tuan Davin yang sombong itu."
Nara senyam-senyum sendiri, kini otaknya sedang traveling membayangkan jika dirinya bertemu dengan laki-laki tampan yang baik hati dan tidak sombong.
"Ra, kamu tidak makan malam dulu?" Tanya Laras, yang melihat Nara sedang menjemur pakaian.
"Nanti Ras, aku jemur pakaian dulu," jawab Nara masih sibuk dengan kegiatannya.
Laras berjalan menuju ke tempat menjemur pakaian, kini dia berdiri di ambang pintu sambil melihat Nara yang sedang menjemur pakaian satu persatu.
"Ra, Davin itu memang seperti itu. Aku harap kamu tidak sampai jatuh hati padanya!" Kata Laras tiba-tiba, membuat Nara bingung.
"Jatuh hati, jangan sampai!" Batin Nara dalam hatinya.
"Tidak Ras, dia begitu sombong Ras tidak akan cocok juga denganku. Aku yakin pasti dia anak orang kaya," jawab Nara yang kini sudah selesai menjemur pakaian.
"Dia memang anak orang kaya Ra, hidupnya bergelimang harta dan tentunya apa-apa dia hanya mengandalkan uang dan itu akan selesai," jelas Laras membuat Nara paham seperti apa sifat Davin itu?
Nara hanya tersenyum simpul, lalu mengajak Laras masuk ke dalam rumah.
"Sudahlah Ras, untuk apa juga kita membahas dia?" Tanya Nara, kini mereka berdua jalan menuju meja makan, Laras sudah duduk sedangkan Nara menaruh ember di kamar mandi.
Kini mereka makan malam berdua, setelah selesai makan malam Nara dan Laras duduk di sofa ruang tengah.
"Ra, besok aku tidak bisa antar kamu kerja soalnya aku besok harus berangkat pagi dan aku juga ada tugas keluar kota selama dua hari," kata Laras pada Naya.
"Iya Ras, aku besok berangkat sendiri. Aku sudah tahu jalannya ini." Jawab Nara, dia juga tidak enak merepotkan Laras terus.
"Baiklah Ra, kamu besok hati-hati di jalan!" Kata Laras dan Nara mengangguk pelan.
Malam semakin larut, mereka berdua sama-sama masuk ke kamar masing-masing untuk istirahat.
****
Jam menunjukkan pukul setengah 6 pagi, Laras sudah rapi dengan setelan baju kerja dan dia buru-buru berangkat karena takut terlambat.
Sedangkan Nara baru saja selesai bersiap-siap.
Nara keluar dari kamarnya, lalu menuju ke dapur. Dia melihat selembar kertas kecil di tempel di pintu kulkas.
"Ra, kamu jaga diri baik-baik selama tidak ada aku dirumah! Ingat, kalau pulang terlalu malam kamu minta di anterin oleh Alvian saja!" Dari Laras dengan emoticon cium dan peluk.
Nara tersenyum, sahabatnya ini memang yang terbaik dari dulu.
Nara membuat sarapan, setelah selesai Nara menikmati sarapannya sendirian biasanya bersama dengan Laras.
Setelah selesai sarapan, Nara langsung berangkat kerja dan pagi ini Nara berangkat kerja naik bus.
Nara berjala ke halte dengan langkah penuh semangat.
Dalam perjalanan, Nara ingat dengan baju Davin yang dia cuci.
"Aish, baju laki-laki itu, kenapa tidak aku bawa sekalian?" Nara menghentikan langkah kakinya, dia ingin balik lagi ke rumah tapi sudah cukup jauh dia berjalan.
Nara mengurungkan niatnya, lagian bajunya juga mungkin masih basah karena baru di cuci tadi malam.
Nara kembali melangkahkan kakinya menuju Halte bus.
Nara hendak menyebrang jalan, dia sudah lihat kanan dan kiri dan dia melangkahkan kakinya untuk menyebrang, tapi tiba-tiba ada mobil yang melajunya begitu kencang membuat Nara tiba-tiba menghentikan langkah kakinya.
"Tidakkkkk......." Nara berteriak karena dia kaget dan brugggggg.......
Entahlah, apa yang terjadi pada Nara?
BERSAMBUNG 🙏
Terimakasih para pembaca setia 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Itha Fitra
hr pertama msuk krj,udh dpt mslh.ini yg ke dua,jg dpt mslh.hadehh🤦♀️🤦♀️
2022-11-02
0
Imas Maela
lanjut
2022-10-15
0
༄༅⃟𝐐 Melina Ayu
kayanya davin tuh
2021-10-25
0