"Maaf-maaf," bentaknya lagi.
Tubuh Nara gemetaran, dia takut di pecat apalagi ini baru pertama kali dia kerja.
"Hey, ada apa ini?" Tanya Alvian menghampiri Naya dan laki-laki berjas itu.
"Al, bagaimana sih pelayan kamu itu tidak becus sekali dalam bekerja!" Omel Davin, pada Alvian yang tidak lain adalah sahabat dekatnya.
"Vin, sudahlah! Nara tidak sengaja melakukan ini. Ra, kamu lanjutkan pekerjaanmu saja ya!" Al menarik tangan Davin, ke ruangan kerjanya karena tidak mau sampai ada keributan.
Nara kembali melanjutkan pekerjaan, perasaannya masih takut, dia takut kalau Alvian akan memecat dirinya.
"Nara, kamu kenapa tidak hati-hati sekali sih baru pertama kali berkerja sudah membuat masalah," Nara berbicara sendiri sambil membersihkan tumpahan kopi tadi.
****
Di ruangan Alvian, Davin sedang membersihkan jasnya yang tadi ke tumpahan kopi gara-gara Nara.
"Kamu pecat dia deh Al, bisa-bisanya kamu menerima gadis itu penampilannya saja sangat kampungan," Davin menggerutu sambil membersihkan jasnya.
Alvian sibuk dengan ponselnya, dia sedang main game.
"Gila kamu Vin, dia sahabatnya Laras jika aku memecatnya, pasti Laras akan ngamuk." Al terus fokus dengan gamenya, dia tidak mau tahu dengan usulan Davin.
"Ini baru aku, kalau gadis itu melakukan ini pada pelanggan lain. Bisa-bisa kamu akan bangkrut Al," Davin masih terus menggerutu dan kini dia sudah duduk di sebelah Alvian.
Al menghentikan main gamenya, kini dia melihat ke arah Davin. Memang Davin ini tidak pernah berubah, dia selalu bersikap arogan seperti ini hanya masalah tumpahan kopi saja dia terus mengoceh seperti burung beo.
"Vin, gadis itu butuh pekerjaan jika aku memecatnya aku tidak akan tega, lagian inikan hanya ke tumpahan kopi. Nanti aku belikan jas baru buat kamu," Al mencoba memberikan pengertian pada Davin.
"Tidak bisa, sekarang aku mau ganti baju, mana bajumu? Panggil gadis itu, aku mau menyuruh dia untuk mencuci jasku!" Bantah Davin, dia tetap kekeh dengan apa yang ada di pikirannya. Apalagi kalau bukan menindas orang lain.
"Vin, sudahlah hanya masalah sepele seperti ini. Ayo ke mall sekarang!" Al menarik tangan Davin, tapi Davin menggelengkan kepalanya.
Al kembali duduk, susah kalau sudah berurusan dengan Davin.
"Baiklah, lakukan sesukamu!" Al akhirnya mengalah.
"Panggil gadis itu ke ruangan kamu, sekarang Al!" Suruh Davin, kini terukir senyum yang licik di sudut bibirnya.
Davin mengambil kemeja warna putih milik Al dan dia segera berganti baju.
Al menelpon ke bagian kasir, untuk memanggil Nara.
"Vivi, tolong suruh Nara ke ruangan saya!"
"Baik tuan."
Kini Al hanya diam, entahlah apa yang akan terjadi selanjutnya?
Davin keluar dari dalam kamar mandi dan kini sudah berganti baju milik Al, kemeja warna putih dan di padukan dengan jas warna biru membuat tubuhnya yang indah terlihat begitu sempurna.
Kini Davin kembali duduk, dia tidak sabar menunggu gadis yang sudah menumpukkan kopi pada bajunya.
Di dapur, Nara sedang mencuci gelas-gelas kotor tiba-tiba Vivi datang menghampiri Nara.
"Ra, di suruh ke ruangan Tuan Al!" Kata Vivi dan Nara buru-buru mencuci tangannya.
"Iya Vi, aku akan ke sana." Jawab Nara, dia langsung pergi ke ruangan Al.
"Apa Al, akan memecatku? Lalu dimana lagi aku harus mencari pekerjaan?" Tanya Nara pada hatinya.
Kini Nara sudah sampai di depan ruangan Al, kakinya terasa gemetaran, mau masuk tapi dia tidak punya keberanian, tapi kalau tidak masuk Nara juga takut menambah masalah.
"Nara, ini adalah kesalahan jika kamu harus di pecat ya kamu terima saja!" Nara meyakinkan dirinya sendiri, kini hanya semangat dari hatinya yang membuat Nara harus berani.
"Tok.....tok.... tok...." Nara mengetuk pintu ruangan Alvian.
"Masuk!" Sahut Al dari dalam ruangannya.
Nara membuka pintunya dengan hati-hati, lalu dia melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan Alvian.
Nara agak menundukkan kepalanya. Dia tidak berani menatap Al ataupun Davin.
"Hey gadis kampungan," panggil Davin dengan nada mengejek.
"Iya tuan, ada apa?" Nara memberanikan diri mengangkat kepalanya.
Davin beranjak dari tempat duduknya, kini dia berjalan mengitari Nara. Tubuh Nara terasa gemetaran, ya seperti di samperin sama guru BK.
"Maaf tuan, saya tadi sungguh tidak sengaja." Nara membungkukkan sedikit badannya, dia mencoba meminta maaf pada Davin.
"Maaf kamu bilang, stock maaf hari ini sedang habis jadi aku tidak menerima maaf darimu, gadis kampung!" Davin tertawa, kali ini dia benar-benar membuat Nara marah tapi Nara menahannya.
"Sombong sekali laki-laki ini, rasanya pingin aku jambak rambutnya itu," batin Nara dalam hatinya.
Nara kembali diam, dia tidak tahu harus bagaimana lagi?
"Sekarang, kamu bawa pulang baju kotor aku lalu kamu cuci dengan bersih! Ingat ini baju mahal, kamu harus mencucinya dengan hati-hati!" Davin melemparkan bajunya ke wajah Nara, Nara menganggukkan kepalanya lalu dia memunggut baju milik Davin satu persatu.
"Dasar laki-laki sombong," batin Nara dalam hatinya.
Al merasa geram pada Davin, hanya masalah sepele tapi Davin berbuat keterlaluan pada Nara.
"Davin, kamu jangan keterlaluan! Kamu bisa memberikan baju itu dengan benar, kenapa harus kamu lempar?" Omel Al, yang dari tadi melihat perlakuan Davin pada Nara.
"Sudahlah Al, gadis kampung ini memang patut mendapatkan perlakuan seperti ini. Lihat penampilannya saja sangat kampungan seperti ini," Davin melihat Nara dengan tatapan tidak suka.
Nara hanya diam sambil memegangi baju-baju milik Davin.
"Sudah Al tidak apa-apa, aku yang salah. Sekali lagi maafkan aku ya Al baru pertama kali kerja sudah membuat kesalahan." Nara merasa tidak enak pada Alvian.
"Tidak apa-apa Ra, Davin memang orangnya seperti ini. Maafkan sikap Davin ya Ra!" Al juga merasa tidak enak pada Nara, mungkin kalau Laras tahu kejadian ini pasti Laras akan mengomelinya.
"Memangnya aku salah apa? Buat apa juga kamu minta maaf atas mamaku Al," Davin semakin sombong.
"Ra, kamu lanjutkan pekerjaanmu saja! Sudah jangan urusin Davin," kata Al dan Nara pergi dari ruangan Al.
Sambil berjalan Nara merasa kesal, bisa-bisanya dia bertemu dengan laki-laki yang begitu sombong seperti Davin.
"Lagian cuma ke tumpahan kopi sedikit saja tapi dia begitu sombong, dasar orang kaya. Apalah aku ini yang hanya orang miskin, kalau hari tidak kerja besok aku tidak makan," batin Nara dalam hatinya.
Sesampainya di dapur Nara kembali melanjutkan pekerjaannya, tapi sebelum melanjutkan pekerjaan Nara menaruh baju-baju itu ke dalam plastik lalu menaruh di lokernya untuk di bawa pulang nanti.
Di dalam ruangan Davin, kini Davin dan Alvian saling menatap dingin.
"Kenapa kamu menatapku seperti itu?" Tanya Davin pada Alvian.
"Hati-hati, takutnya kamu jatuh hati." Jawab Alvian dengan senyum meledek.
"Tidak akan!!!"
BERSAMBUNG 🙏
Terimakasih para pembaca setia 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Itha Fitra
cerita ny kyak anak" SMA,tp udh pd CEO 🤦♀️
2022-11-02
0
Roroazzahra
semangat Ra cuma nyuci doang ini
2022-10-19
0
Imas Maela
benci jdi bucin
2022-10-15
0