Jam menunjukkan pukul 6 pagi, Nara sudah bangun dari tidurnya, dia mandi setelah selesai mandi dia berganti pakaian, kali ini pakaian Nara terlihat norak seperti biasanya Nara selalu mengingat rambutnya menjadi dua bagian.
Nara keluar dari dalam kamar, lalu dia pergi menuju ke dapur. Nara meyiapkan sarapan untuk dirinya dan Laras.
Laras yang keluar dari dalam kamar dengan dress cantik yang begitu anggun, membuat Naya ternganga melihat kecantikan Laras yang tidak lain adalah sahabatnya.
"Laras, kamu sangat cantik sekali." Puji Nara, dia melihat Laras dengan penuh kagum.
"Kamu bisa Ra, kamu juga cantik kok." Laras memuji balik Nara.
Kini mereka berdua berjalan menuju meja makan dan keduanya menikmati sarapan pagi bersama untuk pertama kalinya.
"Ras, kamu sudah sangat sapi. Kamu mau kemana?" Tanya Nara penasaran.
"Aku mau berangkat kerja," jawab Laras sambil menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.
Nara terdiam, dia juga sebenarnya sangat ingin kerja apalagi tujuan dia merantau ke kota adalah untuk sukses.
"Ras, kamu carikan pekerjaan ya buat aku!" Pinta Nara dengan sopan.
"Iya Ra, aku sudah menghubungi teman aku nanti kamu kerja di cafe miliknya ya!" Jawab Laras, dan Nara mengangguk penuh dengan semangat.
Setelah selesai sarapan, Laras langsung mengajak Nara menuju ke cafe milik temannya.
****
Kini mereka sudah sampai di Cafe, Laras mengajak Nara masuk ke dalam Cafe. Nara terlihat bingung, karena ini baru pertama kalinya dia masuk ke dalam Cafe semewah ini.
"Ini pasti yang datang orang kaya semua," kata Nara matanya melihat-lihat ke setiap sudut ruangan.
Laras hanya tersenyum, dia memaklumi kalau Nara begitu kampungan. Karena memang di desanya tidak ada cafe seperti ini.
"Laras...." sapa Alvian, tersenyum genit pada Laras.
"Dasar mesum," omel Laras melihat senyum genit Alvian.
Mereka itu dua sejoli yang tidak pernah bisa akur, hampir setiap bertemu mereka pasti berdebat.
"Oh iya ini sahabat aku yang mau kerja disini. Ingat jangan genit-genit padanya!" Laras menatap Alvian penuh ancaman.
"Siap, serahkan semuanya padaku. Aku genitnya hanya padamu Laras cantik," goda Al membuat Laras menatapnya tajam.
Laras mendengus kesal dan enggan memperdulikan Alvian.
"Ra, aku kerja dulu ya. Nanti Al akan mengajari kamu semuanya, jika ada apa-apa kamu telpon aku saja!" Kata Laras, dan Nara menganggukan kepalanya pelan.
Laras teringat, bagaimana Nara menelpon dirinya? Sedangkan Nara saja tidak punya ponsel sama sekali. Dan ponsel satu-satunya yang ada di rumahnya Nara tinggal untuk menelpon ke rumah.
"Al, Nara tidak ada ponsel. Jika ada apa-apa kamu yang kabari aku!" Laras menatap Alvian dan dengan cepat Alvian mengangkat tangan dengan posisi hormat. "Siap Ratuku."
Laras berlalu pergi untuk berangkat kerja, sedangkan Nara hanya diam saja karena tidak tahu apa yang harus dia lakukan?
"Ra, kamu panggil aku Al saja! Oh iya, aku akan menunjukkan pekerjaanmu. Ayo ikuti aku!" Ajak Al dan Nara mengikuti langkah kaki Al.
Al mengajak Nara berkeliling cafe miliknya, dia menunjukkan pada Nara bagaimana dia akan bekerja di cafenya ini.
"Ra, kamu jadi pelayan ya. Lihat seperti mereka, oh iya nanti kamu ganti baju pelayan." Jelas Al, Nara mendengarkan apa yang di katakan oleh Al dengan baik.
Nara melihat cara pelayan lain bekerja, hanya butuh waktu sebentar Nara melihatnya dan dia langsung paham, membuat Alvian tidak harus menjelaskan panjang lebar.
"Sekarang, kamu sudah bisa mulai bekerja!" Kata Alvian mengakhiri pembicaraannya.
Nara menganggukkan kepalanya pertanda mengerti, lalu Al menunjukkan loker kerja Naya untuk Naya berganti pakaian dan menaruh pakaiannya.
"Aku tinggal dulu ya," Al berlalu pergi meninggalkan Nara.
Nara buru-buru berganti pakaian, setelah selesai Nara keluar untuk melayani tamu yang datang ke cafe.
"Pelayan!"
Nara berlari menghampiri salah satu meja pelanggan.
"Iya tuan, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Naya dengan begitu ramah.
"Saya mau pesan kopi susu, tapi di tambah coklat sama cemilan."
"Iya tuan, tunggu sebentar!"
Nara pergi untuk mengambilkan pesanan pelanggan itu. Setelah beberapa lama, akhirnya pesanan pelanggan yang tadi siap dan Nara langsung membawa pesanan itu ke meja tadi.
Kini Nara terus melayani tamu, biarpun masih sedikit kagok tapi Nara harus semangat demi keluarganya di kampung.
Jam menunjukkan pukul 12 siang, Nara dan pelayan cafe lainnya makan siang bersama.
"Bagaimana cara aku mengabari orang tuaku di kampung, kalau aku sudah sampai di kota dan sudah bekerja." Naya terlihat bingung, sedangkan dia tidak punya ponsel.
"Aku kirim surat saja, iya benar kirim surat saja!"
Al yang dari tadi ternyata sudah berdiri di belakang Nara, dia ingin sekali tertawa.
"Jaman sekarang kirim surat, Laras sahabatmu ini begitu lugu." Al tertawa dalam hatinya.
"Ra, tidak usah kirim surat. Kamu ada no ponsel yang di kampung tidak? Biar aku telponin saja," Al tiba-tiba duduk di sebelah Nara, membuat Nara terkejut.
"Al, kamu mengagetkanku saja." Kata Nara sambil tersenyum kecil.
Banyak para pegawai lain terkejut melihat Al duduk di sebelah Nara.
"Lihat pelayan baru itu, dia baru datang tapi sudah menggoda Tuan muda."
"Wajar dia hanya gadis udik, tapi Tuan Al pasti tidak akan tertarik padanya."
"Cantikan juga Nona Laras."
"Dasar gadis udik, baru datang saja sudah sok."
Banyak omongan yang main jeplak, padahal mereka tidak tahu kalau Nara adalah sahabat dari Laras.
"Bagaimana, ada tidak no ponselnya?" Al kembali bertanya pada Nara.
"Ada, tunggu sebentar ya!" Nara pergi ke lokernya lalu mengambil lebaran kertas yang berisi no telpon yang ada di rumahnya.
Kini Nara kembali duduk, lalu menyerahkan selembar kertas itu pada Alvian.
"Al, ini no telpon adikku di kampung."
Alvian mengetiknya di ponselnya, lalu dia menekan tombol hijau untuk menelpon adik nya Nara.
Nattan yang sedang memainkan ponselnya, mendengar ada telpon dia langsung mengangkatnya.
"Hallo, maaf ini siapa?" Tanya Nattan sopan.
Al memberikan ponselnya pada Nara, lalu Nara menerimanya.
"Nattan, ini kakak. Bilang pada mama dan papa kalau kakak sudah sampai di kota, kakak juga sudah kerja." Kata Nara.
"Iya kak, nanti Nattan sampaikan pada mama dan papa," jawab Nattan.
"Ya sudah, kakak mau kerja lagi." Nara memberikan kembali ponselnya pada Alvian. Lalu Alvian mematikan saluran teleponnya.
"Terimakasih Al, aku mau lanjut kerja dulu ya!" Nara berlalu pergi dari hadapan Alvian, dia kembali melanjutkan pekerjaannya.
Naya kembali melayani pelanggan yang datang, dia juga terus bersikap ramah pada para pelanggan yang datang.
Kini Nara sedang membawa baki berisi kopi dan jus dan tidak sengaja menabrak seorang laki-laki.
"Gadis bodoh, kamu bisa kerja tidak sih?" Sentaknya, dia begitu kesal melihat jasnya tersiram air kopi bahkan sepatunya juga menjadi kotor.
"Maaf tuan, maafkan saya!" Nara membungkukkan kepalanya, dia merasa menyesal.
"Maaf-maaf," bentaknya lagi.
Tubuh Nara gemetaran, dia takut di pecat apalagi ini baru pertama kali dia kerja.
"Hey, ada apa ini?" Tanya Alvian menghampiri Naya dan laki-laki berjas itu.
BERSAMBUNG 💪
Terimakasih para pembaca setia 🤗
Oh iya, ini visual-visual yang menurut Author cocok ya. Kakak-kakak juga bisa bayangin sendiri-sendiri ya 🙏
Visual Kinara
Visual Alvian
Visual Laras
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
ega cempluk
katanya dr kampung/desa...masa manggilnya papa mama. trlalu halu+lebay
2022-11-17
0
adekku
kekorean.....wajah cow nya kurang genit thor
2022-10-27
0
Lilik Mudrikah
kalau aku sih suka visual Alvian, terlihat cool,jauh dari kesan genit.
2022-10-21
1