Pemandangan semua yang ada di medan perang tertuju pada langit, lebih tepatnya benda yang turun dari langit. Sebuah batu besar yang jatuh dengan kecepatan tinggi yang akan menghantam tanah tempat Acnologia berada.
"Meski aku sering mengatakannya, apakah dia benar-benar seorang manusia?!" tukas Marcel selagi menjaga jarak yang tidak terkena dampak benturan.
"Jika dia bukan manusia, mustahil bisa terluka. Daripada itu, gunakanlah kaki daripada mulut!" tegur Ozaru yang memimpin pelarian.
Marcel tidak akan tahu, mereka tidak akan pernah tahu bentuk sejati dari kekuatan yang dinamakan Creator. Hanya dia, Amatsumi Rigel yang tahu dengan jelas kekuatan itu, lagipula dia satu-satunya yang memiliki kekuatan itu di belahan dunia ini.
"Kuharap setidaknya batu ini dapat memberikan sedikit luka kepadanya!" Rigel mengayunkan tangan dan mengatupkan giginya saat melemparkan meteor itu menuju Acnologia.
Semakin tinggi sebuah benda yang jatuh dari langit menuju bumi maka akan jauh lebih besar masa yang dimilikinya berkat daya tarik gravitasi yang begitu kuat. Meteor itu perlahan memanas namun sebelum sempat mencapai targetnya—
"Menggelikan."
!!!
Bayangan hitam menelannya dan merubahnya menjadi abu, partikel-partikel kecil yang menghujani daratan terasa seperti percikan api kecil yang membakar kulit. Tentunya semua yang menyaksikan itu akan tertegun bahwa benda sebesar istana hancur dengan mudah, sangat mudah sampai-sampai itu terlihat mengerikan.
Rigel tahu bahwa tidak mungkin Acnologia akan diam terhadap serangan yang berkemungkinan besar membuatnya terluka, meski hanya sedikit. Namun tetap saja, meskipun menduga hal semacam ini akan terjadi dia tetap bersikeras mencobanya.
"Sepertinya ini jauh lebih sulit dari harapanku. Bahkan luka tidak terbentuk sedikitpun."
Tentunya sejak awal dia tidak berpikir ini akan mudah, namun kesulitannya jauh di luar perkiraannya. Memang mustahil mengalahkannya hanya dengan memanfaatkan sedikit kekuatannya sejak awal. Dia harus mengerahkan kekuatan penuhnya bila ingin mengalahkan Acnologia namun tetap saja sosok yang menatap dari kejauhan sangat mengkhawatirkan.
"Sekarang apa yang harus kulakukan... Solar Eclipse bisa menjadi cara, namun orang-orang bodoh di sana masalahnya."
Jika saja tidak ada keberadaan Red dan rekannya serta Kesatuan Tempur, sudah sejak awal dia melancarkan serangan berbasis ledakan besar dengan jangkauan luas. Bahkan meteor sebelumnya dapat menimbulkan sedikit korban jiwa dipihaknya.
Rigel bisa saja mengabaikan keberadaan mereka dan membiarkannya mati terhormat namun hal itu hanya akan menimbulkan permasalahan lain. Terutama bagi mereka yang memiliki rasa keadilan kuat seperti Hazama, sangat mungkin baginya dan Pahlawan lain menentang tindakannya.
"Sepertinya memang mustahil bertarung di sini, ya. Haruskah kita membawanya ke tempat jauh?"
Rigel yang telah berkumpul dengan yang lainnya mengangguk setuju terhadap saran Ozaru. Ozaru juga merasa kesulitan bertarung saat tahu ada keberadaan orang lain selain Pahlawan.
"Yea, sejak awal memang kesalahan membawa pasukan. Tidak perduli seberapa minim yang kita bawa itu tetap menjadi kekurangan."
Terhadap Rigel yang mengatakan perkataan dingin dan seakan tak menghargai keberanian pasukan, Yuri mulai membantah pernyataan Rigel.
"Apa maksudmu dengan itu Rigel? Seharusnya kamu merasa terbantu dan bersyukur bahwa mereka rela mati hanya untuk membantu kita namun kamu mengatakan bahwa hal itu kesalahan dan kekurangan? Aku benar-benar tidak terima itu!"
"Aku juga setuju dengannya, keberanian para prajurit wajib dihargai dan keberadaan mereka memberikan kita keuntungan!" Petra ikut menekan Yuri, namun mereka tidak melihat hal yang dilihat Rigel.
"Akan kutanyakan ini kepada kalian... Seberapa besar keuntungan yang didapat dengan kehadiran mereka? Apakah sekumpulan orang tidak berguna itu dapat merubah situasi? Pada akhirnya mereka akan mati tanpa membantu banyak hal."
Sudah sangat jelas bahwa orang-orang lemah yang bahkan tidak bisa membunuh monster paling lemah hanya akan membebani mereka, membawa lebih banyak ketakutan pada umat manusia akan tingkat kematian yang tinggi.
Yang menjadikan alasan lain dia tidak ingin membawa banyak orang karena dengan jumlah kematian yang ada, hal itu akan memperlemah keberanian yang dimiliki prajurit. Mereka akan menyadari bahwa setiap peristiwa di dunia ini berada di luar jangkauan manusia.
Namun bila hanya para Pahlawan yang bertarung dan kembali dengan selamat, mereka akan semakin termotivasi untuk ikut andil dalam pertarungan terakhir.
"Apa-apaan kau ini, mengapa kau sangat tidak menghargai?! Apakah kau masih percaya diri menyebut dirimu Pahlawan? Apakah kau masih percaya diri memiliki hati nurani? Menginjak-injak keberanian dan tekad orang lain dengan begitu mudahnya, kau benar-benar mengecewakan, Rigel!"
"Pahlawan katamu?"
Dia tidak lagi ingat menganggap bahwa dirinya benar-benar Pahlawan yang diharapkan oleh manusia. Dengan segala keburukannya, keternodaanya, apakah pantas baginya yang kotor menjadi sosok suci?
Dia hanya terpaksa, semenjak awal datang ke dunia ini telah mendapat gelar itu. Tidak sekalipun dia memintanya, menginginkan juga tidak. Meskipun dia memang tidak menegaskan kepada dunia bahwa dia membuang gelar itu, yang terpikirkan hanya ketidakpastian.
"Aku tidak pernah menginginkan gelar itu, kekuatan ini juga tidak. Aku hanya melakukan apa yang harus kulakukan. Menodai tangan dengan darah, menumpuk dosa demi dosa untuk membeli tiket permanen wisata ke neraka, apa Pahlawan sosok seperti itu? Tidak sekalipun aku membanggakan diri dengan gelar itu, omong kosong yang kuucapkan di depan mereka."
Melalui seratus tahun neraka, membunuh mereka yang boleh jadi dia bangun hubungan, membinasakan seluruh kehidupan yang berjuang bersamanya di Labyrinth, semua berkat gelar Pahlawan.
Menoleh kepada mereka yang tertegun dan menatap dengan tatapan seakan melihat orang lain dalam dirinya, Rigel tersenyum. Bukan karena kebahagiaan semata, melainkan perasaan yang mendekati kekosongan tanpa emosi.
Senyumannya nampak indah dengan perpaduan angin yang menerpanya, namun tidak dapat dilihat emosi meliputi senyuman itu. Alhasil, kata-kata terucap lembut melalui bibirnya.
"Hati nurani? Aku sendiri tidak tahu itu masih ada atau tidak, tetapi... Jika itu benar-benar lenyap sepenuhnya, aku tidak akan mempertimbangkan untuk membunuh mereka semua atau tidak, tanpa terkecuali kalian."
"Rigel, kau—"
"Hentikanlah, mau bagaimanapun kata-katanya tidaklah salah. Aku sendiri tidak mengharapkan gelar ini namun mau bagaimana lagi. Mengenai keberadaan Kesatuan Tempur, keuntungan yang kita dapat sangatlah sedikit, lebih banyak kekurangan terjadi dengan keberadaan mereka."
Ozaru tentu tahu betul makna dari perkataan Rigel karena dia sama dengannya. Mendapatkan sesuatu yang tidak pernah sekalipun ingin didapatkan, menanggung nyawa yang bahkan tidak sekalipun pernah berbincang dengannya.
Tidak ada hal lain yang paling egois selain memaksakan kehendak dan tanggung jawab, menanggung harapan seluruh manusia dan keberadaan mereka. Hal ini melampaui makna keegoisan itu sendiri.
"Tidak ada waktu bagi kita untuk berdebat karena keparat itu telah melakukan sesuatu selagi perbincangan."
Hazama mengambil langkah untuk bersiap bertahan. Saat melewati Rigel, dia sedikit menunjukkan tatapan sedih dan penuh harap, namun hanya sesaat.
Rigel hanya acuh terhadap tatapan itu, tidak perduli apapun yang dia harapkan atau pikirkan, selama itu tidak mengganggu pekerjaan yang akan dirinya lakukan maka tidak jadi pasal.
"Hahaha, benar-benar sekumpulan monyet bodoh. Sempat-sempatnya berdebat di tengah perang, kalian terlalu meremehkan lawan. Bahkan mengabaikan keberadaanku, membuatku benar-benar sedih, loh."
"Sepertinya begitu, kadal itu perlu diberi kasih sayang. Sebagai bentuk dari kasih sayangku, akan kuberikan kematian singkat untukmu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
InSaf
sudden death
2022-10-15
0
NIGHT
jangan hiatus
2022-02-28
1
NIGHT
tapi semangat trus ya thor
2022-02-28
0