God Of Disaster

God Of Disaster

Kebangkitan

"Wahai leluhur naga!"

"Kami mohon...."

"Bagunlah....."

Suara yang keras bergema di udara seakan mencoba memanggil seseorang.

"Selamatkanlah kami!!"

"Wahai raja yang kejam....."

"Musnahkanlah semua musuhmu....."

Suara itu terdengar seperti jeritan dari orang-orang, tidak ada yang tahu apa yang sedang mereka serukan, tetapi suara itu terus bergema tanpa henti.

Di malam yang gelap, bulan tampak berwarna merah terang, cahayanya memancar ke seluruh penjuru langit menjadikan dunia tenggelam dalam lautan darah.

Ada sebuah danau yang sangat besar di puncak gunung berapi yang tidak lagi aktif, seharusnya kawah itu berisi lahar yang panas namun apa yang ada hanyalah air berwarna merah, air itu berwarna bukan karena memantulkan sinar bulan, lebih tepatnya itu adalah darah yang menggenang.

Gunung itu sangat besar dan tinggi menjulang menembus langit, bahkan bulan seakan bisa diraih hanya dengan kepalan tangan, lingkungan di sekitarnya sangat tandus dan  berbatu, di sekeliling danau terdapat uapan-uapan gas yang sangat beracun membuat tidak ada satupun makhluk hidup yang dapat tinggal di tempat itu.

"Wahai dewa bencana....."

"Waktumu untuk bangkit telah tiba....."

"Pulihkanlah kembali dunia yang sudah hancur ini...."

"Bangkitlah wahai Ozario Ryuza !!"

Suara itu kembali bergema mengelilingi danau, suara yang terdengar milik seorang wanita, namun tidak ada satupun orang di sana, mustahil untuk seorang manusia betahan di daerah itu.

Di tengah danau terdapat sebuah reruntuhan mirip sebuah altar, reruntuhan itu hampir tenggelam oleh air danau yang sangat banyak, ada sebuah singgahsana yang berada tepat di tengah altar itu dan terdapat sesosok bayangan orang yang duduk di atasnya.

Seorang laki-laki berambut putih yang mengenakan jubah bangsawan berwarna merah berpadu dengan hitam dan dihiasi oleh ornamen-ornamen emas yang berkilau, pria itu duduk bersandar diatas singgahsana seperti seorang raja.

"Hmm?"

Suara yang sama terus terdengar dan membuat pria itu perlahan membuka kedua matanya, tampak iris mata yang berwarna merah pekat dengan pupil yang mengecil, pria itu menatap kearah sekitarnya, namun apa yang dilihatnya hanyalah genangan darah dan tanah tandus.

Pria itu pun segera bangkit dari singgahsana yang ia tempati dan mulai berjalan, setelah berjalan beberapa langkah tiba-tiba sebuah guncangan kecil terjadi dan perlahan sebagian reruntuhan yang lain mulai muncul ke permukaan.

Sepasang patung raksasa perlahan muncul dari dalam tanah, patung itu berwujud seorang kesatria dengan zirah lengkap, memiliki enam sayap yang besar di punggungnya seperti seorang malaikat, namun dari bentuknya lebih mirip seperti sayap naga.

Para kesatria itu berdiri berhadapan mengarah ke dua buah pedang yang tertancap menyilang di atas sebuah lempengan batu seperti seorang penjaga, kedua pedang kembar itu memiliki bentuk lurus dan panjang yang sama, dengan gerigi yang ada di kedua sisi bilahnya dan memiliki warna merah terang seperti Batu Ruby, pedang tersebut bersinar memancarkan aura yang sangat mengerikan.

Namum pria tersebut terus berjalan melewati para kesatria dengan ekspresi tenang seakan tidak gentar dengan apapun yang ada di hadapannya, kemudian ia menggenggam kedua pedang itu dan mencoba untuk menariknya, saat kedua pedang tersebut berhasil tercabut tiba-tiba terdengar bunyi yang keras mirip sebuah kepakan sayap.

Dari punggung pria itu tumbuh enam sayap naga yang membentang lebar, keenam sayap itu berkibar menyebabkan hempasan angin yang sangat besar ke segala arah, kini kedua pedang tersebut telah berada di tangannya, pedang itu terus memancarkan cahaya merah terang yang mengerikan, ada banyak sekali partikel cahaya yang berkumpul mengelilingi pedang itu.

"Graaa....."

Dan di saat yang sama terjadi sebuah guncangan hebat yang berasal dari dasar danau, guncangan tersebut menyebabkan seluruh air danau meluap membentuk ombak yang dahsyat, tiba-tiba muncul makhluk yang berbentuk seperti ular menembus ombak, bukan, itu adalah sebuah kepala naga raksasa, naga itu mengaum dengan sangat keras seakan sedang memanggil yang lainnya.

Tidak berselang lama, satu-persatu kepala naga lain juga muncul ke permukaan, kini keseluruhannya berjumlah sembilan kepala, namun naga itu tidak berjumlah sembilan ekor, semua kepala tersebut merupakan bagian dari seekor naga raksasa yang bernama Hydra.

Ia adalah makhluk mengerikan yang memiliki sembilan kepala dan berukuran sangat besar, naga itu menghuni sebuah danau bernama Lerna dan menjadi penjaga kuil Dewa Naga, Hydra telah tidur selama ratusan tahun lamanya, dan kini ia bangun dan muncul ke permukaan untuk menyambut kebangkitan tuannya.

Ke sembilan kepala itu mendekat menuju ke arah Dewa Naga yang berdiri di atas altar, pedang yang dipegang oleh Dewa Naga perlahan berubah menjadi gumpalan darah dan seketika menghilang dalam genggaman tangan, Hydra menundukkan semua kepalanya di hadapan pria itu,  kemudian Sang Dewa Naga mengulurkan kedua tangannya kearah Hydra, ia mengelus salah satu kepala itu.

"Ayo pergi!!"

"Graaaa....."

Dengan wajah serius, Sang Dewa Naga menatap ke suatu tempat, ia pun memberi isyarat kepada Hydra untuk segera beranjak pergi, Hydra pun membentangkan kedua sayapnya yang sangat besar hingga menutupi hampir sebagian danau dari sinar bulan, kemudian Sang Dewa Naga pun menaiki naga itu, Hydra mengaum dengan sangat keras dan langsung terbang menuju ke suatu tempat yang jauh.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!