"Paduka, hamba datang untuk melapor!!"
"Seluruh pasukan kita telah dikalahkan!!"
"Hah apa katamu?!!!"
Situasi di dalam istana menjadi sangat tegang, mereka dikejutkan dengan adanya para penyusup di kerajaannya, seorang pria berlutut menghadap sang raja, pria itu adalah salah satu dari pemimpin kesatria kerajaan tersebut, ia melaporkan situasi yang terjadi di kota, dan saat mendengar hal itu Raja Voorhess pun merasa sangat kesal seakan tidak memercayainya.
"Bagaimana itu bisa terjadi!!"
"Itu memang benar paduka...."
"Cih, siapa sebenarnya penyusup itu?"
Sang raja merasa sangat kesal, ia melemparkan cawan emas yang ada di tangannya kearah pemimpin kesatria itu, ia berpikir tidak mungkin bagi para prajuritnya kalah hanya karena penyusup itu.
"Ia adalah seorang pria berkerudung hitam dan para manusia serigala!!"
"Manusia serigala katamu?!!"
"Bukankah kita sudah membantai mereka semua!!!"
Para petinggi yang duduk berbaris di depan raja merasa tidak percaya akan hal itu, mereka semua yakin bahwa seharusnya para ras serigala yang ada di wilayah itu telah musnah.
"Mereka semua adalah para budak yang kabur!!!"
"Mengapa mereka bisa kabur, bukankah para binatang itu dipenjara di bawah tanah?!!"
"Menurut laporan dari bawahan hamba, mereka semua bergabung dengan pria berkerudung itu!!"
Mereka saling berdebat satu sama lain membuat kekacauan yang hebat di dalam istana, akhirnya dang raja pun murka dengan hal itu.
"Diam!!!"
"Vergio, cepat kerahkan seluruh pasukan yang ada!!!"
"Habisi semua pengusup itu!!!"
Raja Voorhess membentak mereka, seketika semua orang terdiam, kemudian sang raja pun memmerintahkan pemimpin kesatria itu untuk mengerahkan semua prajuritnya untuk membasmi para penyusup, namun sebelum sang raja menyelesaikan kalimatnya tiba-tiba seorang prajurit datang menuju mereka dengan tergesa-gesa.
"Keadaan darurat!!!"
"Ada apa kau datang kemari?"
Seketika pandangan semua orang tertuju kearah prajurit itu, sepertinya hal yang serius telah terjadi di luar istana.
"Paduka, gerbang kastil telah tertembus!!!"
"Seekor naga raksasa telah menyerang para prajurit!!!"
"Mustahil!!!"
"Bukankah para naga sudah lama punah?!!"
Mereka semua terkejut dengan laporan yang diberikan oleh prajurit itu, di dunia itu naga adalah hewan yang sangat agung dan mengerikan, namun keberadaannya sudah lama lenyap karena para Kesatria Meja Bundar telah membunuh mereka ratusan tahun yang lalu.
"Saya tidak berdusta!!"
"Naga itu memiliki sembilan kepala yang menyemburkan racun!!!"
"Tidak mungkin, apakah dewa naga telah bangkit?!!"
"Bukankah kita sudah membuat persembahan?!!"
Ada sebuah legenda yang mengatakan bahwa setiap lima puluh tahun sekali seorang raja yang memimpin kerajaan itu harus mempersembahkan salah satu putrinya untuk dikorbankan kepada dewa naga, hal ini dilakukan agar sang dewa naga tidak bangun dari tidurnya, semua orang di negeri itu percaya bahwa arwah putri tersebut akan menemani sang dewa naga dalam tidurnya.
"Cih dasar tidak berguna!!!"
"Tidak ada yang percaya dengan tahayul itu!!!"
"Aku adalah Voorhess Eldergard, raja dari egeri Erest!!"
"Aku tidak akan takut dengan siapapun, akulah yang berkuasa di sini!!"
Dengan suara lantang, Raja Voorhes menyombongkan dirinya, ia merasa seakan tidak ada satu makhlukpun yang bisa mengalahkannya, namun orang-orang yang ada di sana masih merasa panik dengan kemunculan naga berkepala sembilan itu, mereka semua yakin dengan legenda itu.
"Ta-tapi paduka, itu adalah dewa naga!!!"
"Kita tidak mungkin bisa mengalahkannya....."
"Diamlah kau!!!"
"Aku adalah raja di sini, kalian semua harus mematuhi perintahku!!!"
Raja Voorhess merasa sangat percaya diri akan kekuatan yang ia miliki, namun tidak bagi para petinggi, mereka hanya bisa gemetar ketakukan saat mengetahui bahwa hidup mereka tidak akan berlangsung lama lagi.
"Kerahkan semua pasukan yang ada, waktunya untuk pertempuran!!!"
"Baik yang mulia!!!"
Sang raja pun kembali menyuruh Vergio untuk mengerahkan semua pasukanya, Raja Voorhess telah menyatakan deklarasi perang terhadap para pengacau itu, Vergio yang terpengaruh oleh pemikiran sang raja pun menurutinya tanpa ragu sedikitpun, ditemani oleh seorang prajurit muda yang datang tergesa-gesa, mereka segera pergi untuk memberi tahu para pasukan.
Booom~
Tiba-tiba pintu ruangan itu meledak menghempaskan puing-puing ke dalam ruang tahta, para penjaga yang berdiri di damping pintu beserta sang pemimpin kesatria dan seorang pemuda yang berada tepat di depan pintu tersebut pun terhempas cukup jauh, puing-puing berserakan dan menimpa mereka, seisi ruangan pun menjadi kacau karena kejadian tersebut.
"Ada apa ini??!!"
"Siapa yang ada di sana...."
"Siapa kau!!"
Dari dalam kabut itu tampak sesosok bayangan berwujud manusia yang perlahan mendekat, sang raja pun langsung menatap kearah bayangan itu.
"Hei apa kau dengar?!!!"
"Beraninya kau mengabaikanku!!!"
"Aaagrrhhh...."
"Paduka!!!"
Meskipun Raja Voorhess sudah bertanya kepada sesosok misterius itu namun tidak ada satupun jawaban yang diberikan olehnya, hingga hal itu membuat sang raja merasa kesal, tapi tiba-tiba sebuah bayangan hitam melesat dengan sangat cepat, dalam satu kedipan mata dada Raja Voorhess sudah tertembus oleh sebuah pedang yang membuatnya terlontar ke singgahsana miliknya, pedang tersebut juga menembus singgahsana itu sehingga menghimpit Raja Voorhess dengan sangat kuat.
"Paduka apa anda baik-baik saja???!!"
"Aaaarrggghhhh......"
"Sialan!!!"
Semua orang merasa panik melihat raja mereka terluka, meskipun pedang berwarna merah itu tidak mengenai jantung Raja Voorhess, namun bekas luka yang dihasilkan sangat serius menyebabkan banyak sekali darah segar yang mengalir keluar dari tubuhnya.
"Uaaaaa....."
"Tidaaaak....."
"Tolong......"
"Sakit!!!"
Saat sang ratu mencoba melarikan diri, tiba-tiba sebuah bayangan juga melesat kearahnya, itu adalah pedang yang sama dengan yang menancap di dada milik Raja Voorhess, pedang itu mengenai salah satu kaki sang ratu hingga putus dan membuatnya jatuh tersungkur di lantai, sang ratu pun menjerit kesakitan karena luka yang ia terima.
"Wahai makhluk yang hina!!!"
"Makhluk menjijikkan yang sangat berdosa!!!"
"Kalian telah melakukan perbuatan yang sangat keji di dunia ini!!!"
"Sekarang waktumu untuk musnah telah tiba!!!"
Suara yang keras bergema memenuhi ruangan dan bayangan itu perlahan mulai menunjukkan wujudnya, sesosok pria berjubah hitam berkerudung berdiri menghadap kearah orang-orang yang ada di dalam ruangan tersebut.
"Ti-tidak mungkin....."
"Ini tidak mungkin!!!!"
"Mengapa????"
"A-anda adalah....."
Pria itu tiba-tiba merobek jubahnya, seketika tampak sesosok pria berambut putih berkilau dengan sepasang mata merah menyala, kulitnya berwarna putih pucat yang tampak seperti kulit albino, pria itu mengenakan sebuah pakaian Tailcoat berwarna merah terang dengan perpaduan warna hitam dan dihiasi berbagai ornamen-ornamen emas yang sangat indah.
Aura yang dipancarkan orang itu sangat mengerikan meskipun ia hanya seorang diri saja, orang-orang pun seketika membeku saat merasakan aura itu, mata mereka terbelalak seakan jiwa mereka keluar dari mulut mereka.
"Hidup kalian sudah berakhir!!!"
"Tidak, kumohon......
"Tunggu!!!!"
Perlahan gumpalan-gumpalan darah berkumpul dan membentuk dua pedang, pria itu pun perlahan berjalan mendekati mereka, kedua pedangnya bergesekan di lantai menciptakan percikan api yang besar dan bunyi yang keras, orang-orang itu hanya bisa gemetar ketakutan, mereka tidak bisa menggerakkan anggota tubuhnya sedikitpun disebabkan rasa takut yang menyelimuti mereka.
"Aaaaaa!!!!!!!"
"Tidak........"
"Ampun!!!!!"
Pria itu pun langsung menghunuskan kedua pedangnya kearah kerumunan orang, satu-persatu kepala mereka terpenggal dan tubuhnya terpotong-potong menjadi beberapa bagian oleh pedang merah yang sangat tajam itu, suara teriakan bergema dari orang-orang, mereka tampak sangat menderita sembari menjemput ajalnya.
"Sialan!!!!"
"Prajurit!!!!"
"Dimana semua prajuritku??!!!"
Raja Voorhess yang terhimpit pun mencoba mencabut pedang yang menembus dadanya itu, namun bilah pedang yang menusuk dadanya sangat dalam membuatnya sulit untuk melepaskan diri, bahkan kedua tangannya pun terluka disebabkan goresan saat mencoba menarik pedang tersebut, Raja Voorhess hanya bisa menyaksikan satu-persatu para petinggi kerajaan dibantai dengan sangat kejam.
"Grrrrr......"
"Aku adalah Raja Voorhess Eldergard, tidak mungkin aku akan kalah hanya karena ini!!!"
"Datanglah para prajuritku yang setia!!"
"Habisi parasit ini!!!"
Raja Voorhess terus mencoba memanggil para kesatria pengikutnya, namun tidak peduli seberapa banyak ia memanggil tidak ada satupun kesatria yang datang menanggapi panggilan, hal itu hanya membuat Raja Voorhess tampak seperti seekor anjing yang sedang melolong mencari majikannya.
"Cih!!!"
"Hei datanglah!!!"
"Percuma!!!"
Saat Raja Voorhess sedang berteriak, tiba-tiba seseorang memotong kalimatnya dengan cepat, orang itu adalah sang dewa naga yang sedang menatapnya dengan tajam, dewa naga itu memegang kedua pedang merahnya yang bersimbah darah, di belakangnya ada banyak tumpukan mayat segar dengan kondisi tubuh yang sangat mengenaskan, darah dari para korban mengalir sangat deras membanjiri lantai kastil, Raja Voorhess yang melihat itu merasa tercengang karena seluruh orang yang ada di dalam ruangan itu telah tewas dibantai dan hanya menyisakan dirinya dan sang ratu yang masih merintih kesakitan.
"Tidak akan ada orang yang datang membantumu!!!"
"Apa maksudmu??!!"
"Semua bawahanmu telah musnah!!!"
Kalimat yang keluar dari mulut sang dewa naga membuat Raja Voorhess terdiam, reaksi wajahnya menunjukkan keterkejutan yang sangat hebat, seluruh pasukan kerajaan telah musnah oleh para manusia serigala yang diperintahkan untuk menyusup ke dalam kastil, bahkan mayat-mayat para kesatria tersebut masih berserakan di sepanjang lorong istana.
"Dasar kau!!!!!"
"Diamlah!!!"
"Agggrrrhhh......."
"Kau tidak diizinkan untuk bicara!!!"
Raja Voorhess mencoba memaki-maki sang dewa naga, namun tiba-tiba salah satu pedang yang digenggam oleh sang dewa naga melesat dengan sangat cepat dan menusuk ke dalam mulut Raja Voorhess hingga menembus ke bagian belakang tenggorokan miliknya, bahkan singgahsana itu juga tertembus membuatnya terhimpit dan tidak bisa bergerak sedikitpun, namun Raja Voorhess masih hidup karena serangan itu tidak mengenai otak miliknya.
"Kau harus menebus dosa-dosamu dengan kematian!!!"
Perlahan genangan darah yang ada di bawah kaki sang dewa naga menguap menjadi gumpalan-gumpalan kecil yang sangat banyak, kemudian gumpalan-gumpalan itu kembali menyatu dan mulai membentuk pedang merah dengan jumlah yang sangat banyak, pedang itu melayang di udara mengelilingi tubuh sang dewa naga dan akhirnya berbaris dengan mata pedang yang menghadap kearah Raja Voorhess, pedang-pedang itu seakan membidik Raja Voorhess dan siap melesat kapanpun.
"Infinity Blood Rain!!!"
Satu-persatu pedang itu melesat seperti anak panah menghujani tubuh Raja Voorhess secara brutal, pedang-pedang tersebut menancap di seluruh tubuh Raja Voorhess dari bagian perut hingga kepala, tidak ada suara jeritan yang terdengar dari Raja Voorhess karena tenggorokannya telah lebih dulu hancur oleh serangan beruntun itu, bahkan singgahsana yang ditempatinya hancur berkeping-keping karena daya serangan yang sangat kuat, tubuh Raja Voorhess telah hancur lebur bahkan tidak menyisakan apapun.
"Tolong!!!"
"Selamatkan diriku!!!"
Sang ratu yang menyaksikan suaminya yang telah tewas menjerit histeris, ia tahu bahwa ini akan menjadi giliran selanjutnya bagi dirinya, maka dari itu sang ratu mencoba meminta pertolongan sembari merangkak keluar dengan kaki yang putus dan bersimbah darah.
"Tu-tunggu!!!"
"Kumohon ampunilah diriku......"
Sang dewa naga pun berjalan mendekati ratu sembari menyeret pedang miliknya, sang ratu pun merasa semakin panik saat menyadari bahwa tidak ada lagi waktu baginya untuk selamat.
"Akan kuberikan anda segalanya!!!"
"Apapun yang anda inginkan...."
"A-anda boleh menjamah tubuh ini dengan sesuka hati!!"
"Karena itu, kumohon....."
Sang ratu pun mengemis untuk hidupnya bahkan ia menawarkan tubuhnya sendiri kepada sang dewa naga dengan harapan dapat terhindar dari kematian yang sudah berada di depan matanya sekarang, namun sepertinya sang dewa naga tidak menanggapi sedikitpun perkataan dari sang ratu dan terus berjalan mendekatinya.
"Aku tidak butuh semua itu!!!"
"Tidak....."
"Aaaaaa!!!!!"
"Agggghhhh....."
Sang dewa naga menusuk ratu pada bagian punggung sebelah kiri hingga menembus jantung miliknya, suara jeritan keras pun keluar dari mulut sang ratu sebelum akhirnya jatung miliknya berhenti berdetak dan ia pun perlahan mati.
"Hmm?"
Kemudian sang dewa naga menoleh kearah suatu tempat seaakan tertarik dengan sesuatu, lalu ia pun berjalan menuju sebuah pintu yang terletak di sebelah barat ruang tahta, setelah membuka pintu tersebut sang dewa naga melihat sebuah ruang harta yang penuh dengan emas dan perhiasan, ruangan itu cukup luas dengan harta yang sangat banyak bahkan hampir mengisi semua tempat di ruangan itu.
Namum sang dewa naga tidak tertarik dengan harta benda yang melimpah tersebut, ia malah menatap kearah sebuah pintu yang terletak dibalik ruangan ini, pintu besar dengan corak warna yang mirip dengan dinding di sekitarnya membuat pintu itu sedikit sulit untuk dilihat, sang dewa naga pun berjalan menghampiri pintu tersebut dan membukanya, setelah pintu berhasil dibuka tiba-tiba muncul sebuah lorong yang sempit dan cukup gelap, lorong itu mengarah ke suatu tempat di bawah tanah, sepertinya ada sesuatu hal yang rahasia di dalam sana.
Sang dewa naga pun mulai menyusuri lorong sempit itu dengan santai, setelah beberapa menit berjalan akhirnya ada sebuah sumber cahaya yang terlihat tidak jauh di depan, sang dewa naga pun bergegas menghampirinya, lalu akhirnya ia menemukan sebuah ruangan rahasia, ruangan itu cukup besar dengan sebuah altar persembahan yang berdiri tepat di tengah, di altar tersebut berdiri dua buah pilar besar yang menjadi tempat obor.
Diantara dua pilar tersebut terdapat seorang gadis berambut cokelat panjang yang berdiri dengan kedua lengan terlentang dan dirantai yang menghubungkannya menuju pilar-pilar besar itu, kepalanya menunduk kebawah membuat rambutnya sedikit berantakan, ia hanya mengenakan kain putih dengan bercak darah yang menutupi tubuhnya, terdapat banyak sekali bekas luka goresan di tangan hingga kakinya, gadis itu terdiam seakan tidak bernyawa.
"Gadis yang malang!"
Sang dewa naga pun mendekati gadis itu, dilihat dari dekat tampak banyak luka sayatan yang mirip dengan bekas cambuk di punggungnya, bahkan ada banyak sekali noda darah yang tercecer di bawah kakinya, sebenarnya ia masih belum mati, gadis ini masih terus bernapas meskipun lemah, mungkin ia sudah disiksa dalam ruangan ini berhari-hari yang lalu.
"Aku akan mengakhiri siksaanmu!"
"Hmm?"
Sang dewa naga pun ingin memenggal kepala gadis itu dengan tujuan untuk mengakhiri penderitaannya, namun sebelum bilah pedang itu menggores kulitnya, tiba-tiba gadis itu merespon, ia mengangkat kepalanya keatas, tampak wajahnya yang penuh dengan luka yang mengerikan, sang dewa naga pun langsung menghentikan ayunan pedangnya sebelum melukai gadis itu.
"Apakah ada orang di sana?"
Dengan suara yang lemah gadis itu mencoba mencari keberadaan seseorang, meskipun terhalang oleh sebagian rambutnya yang panjang, namun tampak sangat jelas wajahnya yang berlumuran darah, kedua matanya pun terpejam dengan banyak sekali darah yang mengalir dari dalamnya, sepertinya kedua bola matanya telah diambil hingga menyebabkan ia tidak dapat lagi melihat.
Sang dewa naga pun terdiam untuk beberapa saat, kemudia ia pun berjalan ke depan sang gadis itu, menyadari seseorang mendekatinya, gadis itu pun mencoba menoleh ke arah sumber suara itu.
"Bertahanlah!!"
"Eh?"
Sang dewa naga pun memotong kedua rantai yang mengikat lengan gadis itu hingga membuatnya terkejut dan hampir jatuh karena kedua kakinya tidak kuat menopang berat tubuhnya, namun dengan cepat sang dewa naga pun segera menagkapnya dan akhirnya gadis itu berada di pelukan sang dewa naga.
"Anda....."
"Mengapa anda bersedih?"
Gadis itu mencoba meraba wajah sang dewa naga dengan semua tenaga yang ia punya untuk mengenali struktur wajahnya, meskipun wajah sang dewa naga tampak datar seperti biasa namun gadis itu tahu bahwa sebenarnya ia sedang bersedih, sang dewa naga pun sedikit terkejut akan hal itu.
"Kau tidak perlu lagi memaksakan diri!!"
"Tidurlah...."
Sang dewa naga pun membisikkan sesuatu di telinga gadis itu seperti sebuah mantra tidur, dan dalam sekejap gadis itu tertidur dalam pelukannya, kemudian sang dewa naga pun menggendong gadis itu seperti seorang tuan putri keluar dari ruangan itu.
"Datanglah!!"
Setibanya mereka di ruang tahta yang telah hancur, sang dewa naga pun memanggil para manusia serigala untuk menghadapnya, hanya dalam hitungan detik, sekumpulan bayangan hitam datang mendekat dan perlahan berubah menjadi para manusia serigala, mereka langsung tunduk dihadapan sang dewa naga dalam wujud manusianya.
"Kami memenuhi panggilan anda, tuan....."
Mereka semua berbaris dihadapan sang dewa naga yang sedang menggendong seorang gadis, tidak ada satupun yang membangkang, mereka semua menunjukkan loyalitasnya kepada tuan mereka.
"Bagaimana keadaannya sekarang?"
"Kami melakukan sesuai yang anda perintahkan tuan...."
"Seluruh prajurit telah dikalahkan, dan tidak ada satupun yang tersisa!!!"
Semua pasukan kerajaan Erest, tidak, bahkan seluruh manusia yang ada di negeri itu telah dimusnahkan oleh sang dewa naga, sekarang negeri itu hanya akan menjadi kota mati yang tidak berpenghuni.
"Kerja bagus!!"
"Sekarang tempat ini akan menjadi rumah bagai kalian!!!"
"Kalian tidak perlu lagi menjadi bawahanku, lakukanlah sesukamu!!!"
Sang dewa naga mulai berjalan melewati para manusia serigala menuju pintu keluar, ia memberikan semua harta jarahannya kepada mereka agar para manusia serigala bisa hidup lebih baik di kota itu.
"Tidak tuan!!"
"Kami akan selalu menjadi bawahan anda sampai kapanpun!!"
"Saya bersumpah atas nama Alpha, hingga akhir hayat kami, bahkan hingga akhir dari seluruh keturunan kami, tidak akan pernah sekalipun melupakan kebaikan anda tuan!!!"
"Auuuuuuu......"
Alpha pun bersumpah untuk tetap setia kepada sang dewa naga, para serigala lain yang berada di belakangnya juga mengaum menandakan bahwa mereka semua setuju dengan apa yang Alpha katakan.
"Jika memang itu keinginanmu maka akan aku terima sumpah itu!!!"
"Terima kasih tuan....."
"Jika suatu saat aku membutuhkan kekuatanmu, aku harap kau bersedia membantuku!!"
"Dengan senang hati tuan!!!!"
Sang dewa naga pun menoleh ke belakang sebelum akhinya pergi meninggalkan para manusia serigala menuju ke tempat Hydra berada sembari menggendong seorang gadis di tangannya, hari telah gelap dan bulan merah bersinar terang, suasana di istana sangat sunyi dan menyeramkan, banyak sekali mayat dan darah yang memenuhi setiap sudut ruangan.
Setelah beberapa saat akhirnya sang dewa naga telah sampai di luar istana, ia melihat Hydra yang sedang memakan bangkai-bangkai prajurit yang berserakan, mengetahui bahwa tuannya datang, Hydra pun segera menoleh kearah sang dewa naga.
"Ggrrrrr......"
Dan saat melihat sang dewa naga sedang menggendong seseorang, Hydra seketika menggerang dan tatapan matanya menjadi sangat tajam, ia seakan merasakan sesuatu yang asing dengan gadis yang digendong itu.
"Tenanglah, dia tidak berbahaya!!!"
Kesembilan kepala Hydra berbaris melingkar menatap kearah suatu objek, mereka seakan ingin mencabik-cabik gadis itu dengan ganas, namun sang dewa naga pun memerintahkan Hydra untuk tidak waspada kepada gadis itu.
"Graaaaaaa......"
Salah satu dari kepala Hydra mencoba mendekati gadis itu dan mengendusnya beberapa saat, setelah itu Hydra pun mengaum dengan keras, para kepala yang lain juga ikut mengaum seakan mereka berbagi pikiran satu sama lain.
"Aku akan menyelamatkannya!!"
"Ayo kembali!!!"
Sang dewa naga membawa gadis itu pergi dengan terbang menaiki Hydra, mereka akan kembali ke kuil dewa naga untuk melakukan sebuah ritual, kemungkinan besar itu adalah suatu hal yang berhubungan dengan gadis yang dibawanya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments