Di sebuah kamar yang luas dan sangat nyaman. Samar-samar terdengar de**han Ian yang tertahan karena perlakuan Rio padanya yang membuat tubuhnya merasakan sensasi geli dan nikmat dalam waktu bersamaan.
Rio menghentikan aktifitasnya dan tersenyum simpul melihat Ian yang kewalahan karena ulahnya. Bagaimana tidak, Rio sedari tadi asik bermain di kedua gunung kembar Ian yang menjadi lahan favoritnya. Dirinya sangat puas jika melihat rona merah yang muncul di pipi kekasihnya.
Ah.. bukan kekasih tepatnya. Entahlah kata apa yang tepat untuk menggambarkan hubungan dua sejoli ini. Karena sudah 2 tahun lamanya tidak ada kata berpacaran di antara mereka.
Mereka hanya menjalani hubungan yang ada mengalir begitu saja. Namun tidak pernah di antara mereka mencoba untuk membina hubungan dengan orang lain di saat hubungan mereka pun tidak memiliki ikatan yang jelas. Seharusnya mereka bebas jalan dengan orang lain. Tapi tidak mereka lakukan. Mereka sudah sangat nyaman satu sama lain. Saling mendukung, saling membantu, tertawa dan menangis bersama.
Rio beranjak perlahan dari atas tubuh Ian dan membenarkan kemeja Ian yang sudah berantakan akibat ulahnya.
"Kita nikah aja yuk?" Ucap Rio sambil menatap dalam mata Ian.
"Apa??? Coba lo ulang sekali lagi tadi bilang apa?". Tanya Ian.
Rio tersenyum gemas.
"Gw bilang tadi kita nikah aja gimana? Daripada kita begini terus sayang."
Ian terdiam. Melongo. Otaknya membeku seketika tidak ada satu katapun yang terpikirkan olehnya saat ini.
Rio membelai lembut rambut panjang Ian yang sudah berantakan karena aktifitas mereka tadi.
"Gw mau lo benar-benar jadi milik gw. Hanya milik gw. Lo enggak perlu menjawab sekarang. Gw tau lo perlu waktu untuk mikirin ini."
Rio pun beranjak keluar kamar meninggalkan Ian yang masih diam membisu.
Sementara di dalam kamar Ian menepuk pipinya perlahan dan mencubit kecil lengannya untuk menyadarkannya bahwa apa yang sudah dia dengar tadi bukanlah halusinasi semata.
Tadi apa?
Nikah?
Rio ajak gw nikah?
Ini enggak bercanda kan?
OH MY GOD....!!! Dia kerasukan apaan sih???
Keesokan harinya di kantin sebuah universitas swasta yang cukup bergengsi di ibu kota, Ian dan Cindi sedang melahap ayam kremes di tempat langganan mereka.
Sesekali Ian melihat hpnya seakan mengisyaratkan bahwa dia sedang menunggu seseorang menghubunginya dari tadi.
"Lo enggak bawa mobil ya hari ini?" Tanya Cindi.
"Tadi pagi tuh gw mau bawa mobil, tapi rio langsung nyamber aja kunci mobil gw dan narik gw masuk ke mobilnya." Sahut Ian kesal.
"Jadi sekarang lo nungguin dia jemput nih?"
"Iyalah mana boleh pakai taksi sama tuh orang. Lo taulah gimana dia cin..". Ujar Ian.
Cindi manggut-manggut.
"Dia jadi pindah dari rumah lo ke apartemen? Bokap lo izinin, yan?" Tanya Cindi lagi.
"Mau enggak mau harus izinin. Rio bentar lagi lulus S2 dan kerja. Waktu habis lulus S1 dia izin pindah ke apartemen yang disediain bokapnya tapi bokap gw enggak bolehin karena masih harus dipantau. Dan waktu itu bokap gw janji setelah S2 si Rio boleh tinggal sendiri".
"Asik dong makin bebas lo berdua" Cindi cengengesan menatap Ian.
"Asik apanya! Gw dan Rio juga enggak ngapa-ngapain kali cin.."
"Mungkinmemang belum terjadi gesekan sensasional sih. Tapi ngarah kesitu udah kali? hahahaha". Goda Cindi.
"Jangan rese lo ah!"
"Unik sih kalian. Apa ya istilahnya?Friends with benefits? Nah itu tuh yang tepat buat gambarin hubungan lo dan Rio. hahaha" Cindi tertawa puas menggoda Ian.
Nada dering dari ponsel Ian pun menengahi percakapan antar dua sahabat itu. Ian segera menggeser ikon hijau pada layar ponselnya.
Sesaat setelah percakapan di ponsel selesai. Ian segera beranjak ke wastafel untuk mencuci tangan dan memasukkan barang-barangnya ke dalam tas.
"Cin, gue duluan ya! Rio udah di parkiran depan tuh" Sembari cipika cipiki berpamitan.
"Langsung pulang jangan ngamar!" Bisik Cindi.
Ian memukul lengan cindi seraya tertawa melangkah pergi dari kantin.
Di dalam mobil.
"Udah makan hm?" Tanya Rio ketika Ian masuk ke dalam mobilnya.
"Udah barusan bareng Cindi. Lo?"
"Belum sih.. Gw laper nih. Temenin gw makan dulu mau enggak? Lo pesen snack aja atau minuman apa gitu.."
"Ok. Kalau gitu ke mall sebelah aja deh"
Rio segera mengemudikan mobilnya keluar parkiran kampus menuju mall yang berada di sebelah kampus Ian.
Satu minggu kemudian
Ian dan sahabat-sahabatnya sedang berkumpul di apartemen milik Rio. Mereka saling gotong royong menata perabot baru. Rio memutuskan untuk mengisi apartemennya lebih cepat karena sayang jika dibiarkan kosong begitu saja.
Hampir seharian mereka mengatur perabotan dan membersihkan seluruh area di apartemen tersebut. Apartemen milik Rio memilki 2 kamar tidur utama dan 1 kamar tidur khusus ART yang luasnya sedikit lebih kecil di bandingkan 2 kamar lainnya. Terdapat juga ruang keluarga, ruang makan dan area pantry yang cukup luas. Berada di lantai 40 membuat pemandangan dari apartemen tersebut sangatlah memukau.
"Bro pesan makanan dong sekarang. Lapar nih gw!" Ucap Rivan pada Rio. Mereka semua kini tengah duduk di ruang tengah apartemen tersebut.
"Pada mau makan apaan lo semua? Pizza? Fried chicken? Sushi? Bakso? Mie ayam?" Tanya Rio.
"Samain ajalah semua makanannya. Pizza dan fried chicken kedengarannya menggoda ya kan?" Sahut Manda.
"Yang menggoda tuh cewek cantik bohay lewat depan gw hahaha". Sahut Eki sembari tertawa.
"Dih jones.. jomblo ngenes" Manda menjulurkan lidahnya meledek Eki.
"Ok fix ya pizza dan fried chicken gw pesan sekarang" Ucap Rio.
40 menit kemudian makanan yang mereka pesan datang dan diserbu sekelompok sahabat itu dengan sangat lahap seperti belum makan berhari-hari.
Pernah dengar istilah kenyang jadi be*o? 😂 Itulah yang mereka rasakan saat ini. Setelah perut terisi penuh maka mata terasa berat sangat mengantuk. Satu per satu tujuh orang sahabat itu merebahkan diri masing-masing di sofa yang empuk mencari posisi ternyaman.
"Gw jadi bego kalau kekenyangan. Habis berapa potong ayam ya tadi gw hahaha" Gilang memecah keheningan di antara mereka.
"Tau tuh si Rio pesan makanan udah seperti di kondangan. Banyak banget parah. Dibuang sayang. Dihabisin efeknya bego banyakan micin" Sahut Rivan.
"Lo emang udah bego dari sananya.. jangan nyalahin ayam sama pizza hahaha" Ucap Eca.
"****** hahahaa"
"Ada rencana mau pada balik enggak nih?" Tanya Eki pada mereka semua.
Rio mendadak tegang. Dia berpikir jika semua sahabatnya bermalam di apartemennya itu artinya dia tidak bisa memilki waktu berduaan dengan Ian.
Selama ini Rio dan Ian memang sembunyi-sembunyi di belakang sahabat mereka. Mereka hanya tidak mau hubungan yang tanpa kejelasan itu diketahui orang lain termasuk sahabat dan keluarga mereka.
Apa alasannya? Hanya mereka yang tahu.
"Balik deh lo semua. Pada capek kan? Disini hanya ada 3 kamar tidur. Kita bertujuh enggak muat men. Berbagi kasur sepertinya bukan waktu yang tepat saat badan lelah men" Rio berusaha membujuk.
"Iya juga benar kata lo." Ucap Rivan manggut-manggut.
"Yaudah gw pulang deh sekarang. Udah ngantuk juga nih. Lama-lama malah ketiduran disini nanti hahahhaa" Sahut Gilang beranjak dari duduknya.
"Eh tapi beresin dulu kali bekas makan kita" Ucap Eca sambil menunjuk tumpukan kotak makanan yang berserakan di atas meja.
"Gw aja yang beresin nanti gampanglah" Ucap Ian.
"Lo enggak pulang, Ian?"
"Pulang lah.. tapi nunggu adek gw jemput nih. Tadi kesini enggak bawa mobil"
"Bareng gw aja lah yuk!" Ajak Rivan.
"Enggak usah. Adek gw udah jalan kesini kok"
"Yaudah kalau gitu kita duluan balik deh. Pegel semua badan gw hahaha" Ucap Rivan sambil berdiri dan di ikuti oleh yang lainnya.
Setelah semuanya pulang, Rio segera membantu Ian merapihkan bekas makanan yang berada di atas meja dan mencuci peralatan makan.
Sesaat setelah semuanya bersih Ian segera menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya yang terasa lengket karena keringat setelah seharian gotong royong di apartemen Rio.
Karena tidak ada baju ganti terpaksa setelah mandi dia memakai lagi baju yang seharian dipakainya. Saat akan membuka bathrobe Ian di kejutkan oleh kedatangan Rio ke dalam kamar.
"Bisa ketuk pintu dulu kali yo! Untung gue belum buka nih bathrobe!" Omel Ian.
Rio nyengir menampakkan barisan giginya yang putih.
"Di buka juga enggak apa-apa kali. Gw udah lihat hehehe"
"Sinting lo! Dasar mesum!"
"Mesumnya sama lo aja kok. Nih pakai kaus gw aja. Bau kali tuh baju lo kalau dipakai lagi" Rio memberi kaus yang tadi dia ambil di tasnya.
Ian pun meraih kaus tersebut dan segera masuk kamar mandi lagi.
Di kamar Rio sedang rebahan di atas kasur sambil memainkan ponselnya. Tak sadar kalau Ian sudah keluar dari kamar mandi dan menghampirinya.
"Lo udah mandi?" Tanya ian.
"Udah tadi di kamar mandi luar. Kita pulang ke rumah?"
"Ya iyalah pulang. Bokap gw bisa ngamuk kalau gw enggak pulang! Yaudah yuk sekarang aja nanti keburu malam". Sahut Ian menarik lengan Rio untuk beranjak dari kasur.
"Cium dulu baru kita pulang"
"Enggak mau! Ada-ada aja lo."
"Cium dulu sekali baru pulang sayang" Bujuk Rio lagi seraya memanyunkan bibirnya.
Ian tergelak geli dan merasa gemas melihat lelaki di hadapannya itu. Ian pun mengecup singkat bibir Rio.
"Apaan itu! Itu ciuman anak kecil! Ulang" Sahut Rio masih memanyunkan bibirnya.
Ian pun mengecup lagi bibir Rio dengan cepat. Melihat ekspresi muka Rio yang kesal membuatnya tertawa terbahak-bahak.
Namun dengan cepat Rio meraih tengkuk Ian dan langsung ****mat bibir Ian. Ian yang tidak siap mencoba mendorong dada Rio dengan tangannya untuk menjauh. Namun apa daya tenaganya kalah besar dengan tenaga lelaki di hadapannya ini.
Rio menyudahi ciuman mereka dan menempelkan keningnya pada kening Ian.
"Ini yang namanya ciuman sayang" Bisik Rio.
Ian menatap mata Rio sambil mengulas senyuman manis. Tak tahan melihat itu, Rio pun ****mat lagi bibir Ian dengan lembut.
Li**h mereka saling beradu seperti ingin memakan satu sama lain. Tangan Rio terus menahan tengkuk Ian untuk lebih memperdalam ciuman mereka yang seakan menjadi candu untuknya.
Tanpa sadar kini posisi mereka sudah berbaring di atas kasur yang empuk. Ian yang berada di bawah kungkungan tubuh Rio pun hanya bisa pasrah.
Tangan Rio pun menjelajah semakin ke bawah. Ian yang memang hanya memakai kaus dan cd merasa kegelian dengan ulah Rio yang mengelus lembut pa*anya.
"Yoo.. geli" Bisik Ian di sela ciuman mereka.
"Hmm.." Rio menggumam tanpa menghentikan aktifitas tangannya.
Tangan Rio semakin ke atas dan meraih ujung kaus Ian dan dengan cepat menariknya ke atas. Terbentanglah dua gunung kembar favoritnya. Dengan lahap dia ****mat salah satu puncak gunung di hadapannya dan membuat Ian men***ah. Tak lupa pula tangan lainnya dimainkan di gunung sebelahnya.
Ian meliukkan tubuhnya dan meremas rambut Rio. Tanpa sadar pula mulutnya mengeluarkan lenguhan yang terdengar seksi di telinga Rio.
Masih bermain di puncak gunung, namun tangan Rio menuju ke bawah membelai perut Ian yang rata. Semakin ke bawah, tepat berada di atas kain kecil berbentuk segitiga yang menutup area sensitif Ian.
Rio membelai lembut di atas kain segitiga tersebut. Semakin ke arah dalam, jari jemarinya Ia mainkan dengan lembut namun tetap dihalangi oleh kain tipis segitiga itu.
Ian yang baru kali ini merasakan area tersebut di sentuh orang lain merasakan sensasi aneh di tubuhnya. Ia meliuk-liukkan tubuhnya tanpa sadar. Menarik Rio untuk lebih dekat menempel pada tubuhnya.
Rio terus memainkan jarinya di area tersebut.
"Lo udah basah.." Bisik Rio.
Ian tak menjawab itu. Ia hanya merasa malu karena baru kali ini mereka melakukan sampai sejauh ini dan rasanya sangat memabukkan.
Rio mengecup bibir Ian dengan lembut.
"Boleh? Gw akan ngelakuin dengan aman.." Ucap Rio sembari membelai wajah Ian dengan sayang.
Ian menatap mata Rio dengan dalam. Sesaat kemudian Ia menganggukkan kepalanya
Rio pun tersenyum dan *****at kembali bibir manis wanita yang di cintainya tersebut.
🦁🦁🦁🦁🦁🦁🦁🦁
Aku capek banget lho ya ampun udah ketiga kalinya bab 4 ini di tolak!!😭😭😭
Memangnya vulgar banget ya???
Masih banyak kok yang lebih vulgar dari ini tapi lolos huhuhuhu sediiiihhhhh
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Kalo hanya berdua ketiga nya pasti syaiton..Kenapa gak nikah aja,Ian di ajal Rio nikah gak mau,Bodoh..🤦
2024-04-28
0