Sinar matahari pagi mengintip masuk dari sela-sela gorden sebuah kamar apartemen yang di dalamnya terdapat dua anak muda yang sedang tertidur lelap di bawah selimut. Suasana kamar tersebut sangat berantakan. Kaus dua anak muda tersebut tak beraturan di lantai dengan pakaian dalamnya.
Ian menggeliat di dalam selimut mencoba mengerjapkan matanya juga. Merasa ada lengan kokoh yang memeluk pinggangnya, ia pun menoleh ke belakang dan melihat jika Rio yang memeluknya.
Ian mencoba mengingat lagi apa yang terjadi semalam. Ia menghela napasnya tersadar jika dirinya sudah melakukan terlalu jauh dengan Rio. Semalam akhirnya mereka melakukan hubungan yang tidak seharusnya mereka lakukan.
Menyesalkah gw sekarang?
Mata Ian sendu menerawang melihat langit-langit kamar. Selagi melamun ia merasakan Rio bergerak di belakangnya. Ian bergeser menjauh sedikit dari tubuh Rio agar bisa melihat wajah lelaki tersebut.
Tampan...
Ian mengulas senyum di bibirnya ketika melihat Rio membuka matanya dan menatapnya. Lelaki tampan itu membelai wajah Ian dengan lembut.
"Morning sayang..." Ucap Rio dengan suara serak khas bangun tidur.
"Morning.."
Rio memeluk tubuh Ian dengan erat sembari mengecup keningnya.
"Makasih sayang dan maaf.." Ucap Rio parau.
Ian mendongakkan kepalanya menatap ke arah lelaki tersebut.
"Maaf untuk apa?"
"Maaf gw udah ambil sesuatu yang berharga dari lo dan merusak lo. Tapi jangan kuatir.. Gw akan tanggung jawab" Ucap Rio bersungguh-sungguh.
"Tanggung jawab gimana?"
"Kita nikah. Setelah gw wisuda S2 kita nikah. Lo mau kan?"
"Tapi gw masih kuliah. Gw juga masih mau mengejar impian-impian gw". Jawab Ian pelan.
"Enggak masalah sayang. Setelah nikah lo masih bisa kuliah. Lo masih bisa kerja atau gapai impian lo. Gw akan selalu support lo dan enggak akan jadi penghalang buat lo berkembang.."
"Tapi kalau ada anak kan sulit yoo.." Rilih Ian.
"Kita bisa tunda punya anak sampai kita berdua siap".
Ian terdiam mencerna seluruh kata-kata Rio padanya. Jujur saja jika untuk menikah di usia muda dirinya belum siap.
"Enggak usah pikirin sekarang. Yg harus lo tau satu hal adalah gw enggak akan pernah pergi dari sisi lo." Lanjut Rio lagi.
"Yaudah gw mau mandi duluan.." Ian segera bangun dari kasur dan menarik selimut yang menutupi tubuh polosnya. Namun selimut tersebut tertarik lagi ke belakang.
"Lo mau bawa kemana selimutnya? Gw enggak pakai apa-apa ini!". Kata Rio sambil menarik sedikit selimutnya untuk menutupi bagian bawah tubuhnya.
Terjadilah saling tarik menarik selimut antara dua sejoli tersebut. Ian pun kesal dan mencoba meraih kaus milik Rio yang berada di lantai tak jauh darinya. Ianpun melemparkan kaus tersebut pada Rio.
"Tuh pakai kaus aja! Lepasin sekarang selimutnya!". Bentak Ian kesal karena sedari tadi sebenarnya perutnya berteriak minta di isi namun badannya terasa remuk pula akibat akitifitas mereka semalam.
Rio pun melepaskan selimut tersebut. Ian bergerak cepat masuk kamar mandi dengan menutupi tubuhnya pakai selimut.
Rio tersenyum geli melihat itu. Ia sebenarnya tidak masalah jika harus memperlihatkan tubuh polosnya di hadapan Ian. Toh mereka sudah saling menikmati tubuh satu sama lain pikirnya.
Ekor mata Rio menangkap seberkas noda berwarna merah pekat di atas sprei. Rio mengepalkan tangannya menahan gemuruh di dadanya. Ada rasa sakit dan kecewa karena Ia gagal menjaga kehormatan wanita yang Ia cintai. Ternyata Ia kalah oleh nafsunya sendiri. Namun Ia juga berjanji dan bertekad dalam dirinya bahwa Ia tidak akan pernah meninggalkan Ian dalam keadaan apapun.
Dalam perjalanan pulang Ian sedang pusing memikirkan alasan apa yang akan ia berikan pada papanya. Ia sudah membayangkan hukuman-hukuman yang mungkin akan ia terima saat di rumah nanti.
Ian melirik Rio yang sedang mengemudi mobil. Ia heran mengapa lelaki di sampingnya ini tenang-tenang saja. Tidak ada raut gusar sedikitpun di wajah tampannya.
"Yoooo.."
"Apa sayang.." Jawab Rio tanpa menoleh ke arah Ian.
"Kita harus pakai alasan apa ke bokap gw? Dia pasti ngamuk gw gak pulang semalaman"
Rio lantas menoleh seraya tersenyum.
"Lo tenang aja. Semalam waktu lo mandi gw hubungin cindi minta tolong ke dia buat jadi alibi lo ke bokap"
"Maksud lo gimana?" Ian mengerutkan keningnya.
"Ya gw bilang ke cindi supaya telfon bokap lo dan bilang kalau lo ketiduran di rumah dia karena habis ngerjain tugas bareng".
"Terus bokap gw percaya gitu aja? Enggak mungkinlah.. lo taulah bokap gw gimana yoo.." Ucap Ian.
"Bokap lo percaya. Enggak mungkin bokap lo enggak percaya kalau cindi yang jadi alibi lo sayang"
"Kok gitu?"
"Karena track record cindi di mata bokap lo masih bersih. Coba kalau salah satu orang di squad kita yang jadi alibi lo? Belum sempat ngomong udah di omelin hahhahaa"
Ian pun tertawa renyah mendengar gurauan Rio yang ia rasa memang benar adanya.
"Jadi lo ngerencanain ini semua? Biar gw bermalam sama lo? Apa tidur sama gw juga udah lo rencanain?" Tanya Ian.
Rio dengan cepat meminggirkan mobilnya ke sisi jalan saat Ia mendengar pertanyaan tersebut. Pria itu lantas merengkuh kedua pipi Ian agar bisa menatap matanya dengan dalam.
"Enggak sayang.. Sumpah enggak. Gw cuma mau habisin waktu berdua sama lo aja tanpa ada niatan sama sekali ke arah sana..Tapi ternyata semalam gw kalah dengan ***** gw sendiri dan pada akhirnya gw malah buat lo rusak.." Ucap Rio pelan seraya menatap dalam manik mata Ian.
"Maafin gw sayang.. Maafin gw.." Bisik Rio sedih.
Ian mengamati manik mata cokelat yang selalu ia kagumi sedari dulu. Ia mencari-cari kesungguhan di mata tersebut.
"Yang udah terjadi jangan di bahas lagi.. Gw enggak apa-apa.." Ucap Ian mengulas senyum manisnya.
Rio mengecup kening Ian sangat lama seakan Ia berusaha menyalurkan perasaan yang teramat dalam untuk wanita yang Ia sayangi ini.
Di rumah..
Ian dan Rio melangkah masuk ke ruang tamu dan bertemu dengan Om Imran, papanya Ian. Beliau sedang asyik membaca sebuah buku dan segera menutup buku di tangannya ketika melihat dua anak muda yang tak lain Ian dan Rio berjalan menghampirinya.
"Kok kalian bisa pulang bareng?" Tanya Imran.
"Ian tadi nelfon Rio, Om. Dia minta jemput di rumahnya Cindi". Jawab Rio berbohong.
"Lalu kamu juga kemana semalam enggak pulang?"
"Aku ketiduran di apartemen. Lelah banget habis beresin barang dan perabotan, Om."
Imran manggut-manggut mendengar jawaban Rio.
"Masih ada yang kamu perlukan untuk apartemen kamu itu? Bilang sama Om nanti kita pergi belanja"
"Enggak perlu, Om. Makasih sebelumnya.. Semua sudah lebih dari cukup kok."
"Ya sudah. Nanti Om lihat saja sendiri kesana. Boleh kan Om berkunjung ke apartemen kamu?"
"Boleh dong Om. Masa enggak boleh.."
"Ya.. Siapa tau kamu menyembunyikan sesuatu di sana.." Jawab Imran menatap putra sahabatnya itu.
"Sembunyiin apaan, Om. Aku enggak punya rahasia hahaha" Tawa Rio sumbang menyembunyikan kegugupannya.
Ian yang mendengar pertanyaan papanya pun merasa panas dingin. Apa papa tau? batinnya berkata.
"Maksud Om siapa tau kamu menyembunyikan pacar kamu disana hahaha" Tawa Imran.
Ian mendengar nya pun menghela napas lega. Bersyukur ketakutannya tadi hanya pikiran liarnya saja.
"Aku belum punya pacar Om. Kalau aku punya pasti aku akan bawa ke hadapan Om dan Tante kok hehee" Ucap Rio canggung seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.
"Itu harus Rio. Kamu sudah Om anggap anak Om sendiri. Maka anggaplah kami disini keluargamu juga". Imran menepuk bahu Rio.
Rio pun mengangguk dan izin pamit untuk pergi ke kamarnya. Ian pun begitu. Ia segera pergi menuju ke kamarnya di lantai atas.
Di dalam kamar Ian segera merebahkan tubuhnya di ataa kasur. Ia memegang dadanya yang bergemuruh.
Kenapa terasa sakit saat dia bicara tidak punya pacar di hadapan papa? Gw ini apa buat dia? Kita berdua bahkan udah melakukan hal yang terlarang..
Enggak mungkin kan gw tiba-tiba minta kejelasan status gw setelah apa yang kita lakukan? Tapi.. dia sendiri udah ajak gw nikah.. Gw yang belum siap untuk nikah.. Gw takut.. Ya Tuhan.. Apa yang harus gw lakukan sekarang?
Ian melamun memikirkan hubungannya dengan Rio dan perlahan Ia tertidur lelap membawa segala kegundahan itu ke alam mimpi.
Malam harinya....
Keluarga Ian selalu memiliki rutinitas yang harus selalu di patuhi yaitu makan bersama di satu meja yang sama. Aturan tersebut sudah sejak lama di terapkan dari dini. Jadi tidak ada yang boleh makan sendiri-sendiri kalau sedang berada di rumah. Namun jika memang belum berada di rumah ya mau apa di kata. Enggak bisa dong. hehehe.
Rutinitas itu pula yang membuat Ian dan adik-adiknya sangat erat satu sama lain. Saling memahami satu sama lain dan orang tua mereka pun mengetahui permasalahan apa saja yang sedang di alami oleh ke empat anaknya.
Karena rutinitas makan bersama itu sekaligus menjadi ajang curhat anak-anaknya. Saling meminta solusi yang baik untuk setiap persoalan yang ada.
Rio merasa sangat nyaman dengan interaksi yang ada di dalam keluarga Ian. Ia merasa seperti itulah keluarga yang sebenarnya. Selalu mendengarkan tanpa menghakimi. Selalu ada saat di butuhkan. Selalu memberi solusi yang terbaik dan selalu mendukung dalam keadaan apapun.
Selesai makan malam, mereka pun bubar dan melanjutkan kegiatan masing-masing. Ian segera berlalu dari ruang makan dan menuju kamarnya. Ia membuka lemari pakaian mengambil handuk bersih dan tak lupa juga Ia mengganti bajunya dengan tanktop dan celana pendek ketat. Ia ingin sekali berenang malam ini. Jika pikirannya sedang kalut memang berenang adalah aktifitas yang bisa membuatnya tenang.
Di sebuah gazebo dekat kolam renang duduklah Rio yang sedang sibuk dengan laptopnya. Ia sedang mengerjakan kerangka thesisnya.
Byuuurrrr..!!!
Rio kaget saat mendengar suara dari arah kolam renang. Ia berdiri melangkah menghampiri asal suara tersebut. Sesaat Ia tersenyum saat melihat ternyata Ian yang sedang berenang. Ia menunggu di tepi kolam sembari asyik melihat wanita pujaannya itu dengan lihai berenang gaya katak.
"Hey.. tumben banget berenang malam, hm?" Tanya Rio sesampainya Ian di tepi kolam.
"Enggak apa-apa. Lagi pengen aja" Jawab Ian singkat.
Rio mengerutkan dahinya. Merasa ada yang aneh dengan sikap Ian yang menghindari bertatap mata dengannya.
"Sayang.." Panggil Rio lembut.
"Gw mau 2 putaran lagi yo.. Lo lanjutin lagi aja apa yang lo kerjain tadi disini" Ucap Ian seraya berbalik dan berenang menjauh.
Rio melipat kedua tangan di dada. Bingung dengan sikap Ian yang tiba-tiba terasa aneh. Ia berusaha mengingat adakah kesalahan yang Ia lakukan.
Tentu saja ada Rio! Kau bahkan merenggut kesuciannya tadi malam! Batin Rio berteriak.
Rio dengan sabar menunggu Ian di gazebo seraya melanjutkan kegiatannya di depan laptop. Namun tentu saja Ia tidak bisa fokus sama sekali. Ian adalah dunianya. Wanita yang pertama kali berhasil membuatnya merasakan cinta.
Rio melihat Ian keluar dari kolam renang dan mengambil handuk di kursi. Rio dengan cepat menghampiri Ian.
"Lo sebenarnya kenapa?" Tanya Rio.
Ian yang masih mengeringkan rambutnya tidak menghiraukan pertanyaan yang ia dengar.
"Sayang.. bilang sama gw kalau ada hal yang lo pikirin" Lanjut Rio.
Ian berhenti mengeringkan rambutnya dan menatap Rio.
"Sekalipun yang gw pikirin adalah lo?" Tanya Ian.
"Iya. Sekalipun itu gw yang lo pikirin, lo harus tetap bilang ke gw!"
"Kenapa?"
"Kenapa apanya?" Tanya rio tak mengerti.
"Kenapa gw harus bilang ke lo?Gimana bisa gw cerita sama orang yang bahkan orang tersebut yang jadi biang pikiran gw!"
"Karena lebih baik lo bilang langsung terang-terangan ke gw dibandingkan lo bicara sama orang lain. Gimana bisa gw tau apa salah gw atau uneg-uneg apa yang lo rasain ke gw kalau lo aja enggak terbuka sama gw?" Cecar Rio.
Ian menundukkan kepalanya. Matanya berkaca-kaca.
"Gw cuma berpikir berlebihan aja sebenarnya. Tapi gw juga takut kalau yang gw pikirin menjadi nyata.." Ucap Ian pelan.
Rio mengajak Ian untuk duduk di gazebo. Sepertinya ia sadar ini akan menjadi pembicaraan yang serius.
"Lalu apa yang lo pikirin, hm?" Tanya Rio.
"Gw takut lo punya pacar dan lupain gw.." Bisik Ian seraya menatap ke arah kolam renang.
"Kenapa lo bisa berpikir seperti itu? Lo enggak yakin sama gw?"
"Entahlah, yoo.. Tapi sejak gw dengar tadi di hadapan bokap gw lo bilang kalau lo enggak punya pacar, hati gw sakit aja rasanya. Gw berpikir arti gw buat lo itu apa.."
Rio menghembuskan napasnya perlahan seraya menatap Ian yang masih menatap sendu ke arah kolam. Ia meraih tangan Ian dan meremasnya dengan lembut.
"Maaf.. Gw bicara seperti itu bukan berarti gw enggak punya wanita yang gw cintai. Lo segalanya buat gw, sayang."
"Tapi gw merasa suatu saat lo bisa aja pergi dengan orang lain atau mungkin gw yang pergi dengan orang lain"
"Gw enggak akan biarin itu terjadi! Kalau perlu ayo sekarang kita hadap bokap lo. Kita kasih tau hubungan kita dan gw akan bertanggung jawab atas apa yang gw udah lakukan ke lo!" Rio berdiri menarik tangan Ian untuk mengajaknya bertemu dengan Om Imran.
"Yoo please jangan sekarang. Gw belum siap. Lo tau kan kita kucing-kucingan di depan semua orang udah 2 tahun lamanya. Apalagi kalau lo jujur tentang kejadian semalam bokap gw bisa marah besar" Jawab ian menahan tangan Rio.
Rio menggusar rambutnya seraya berdecak kesal.
"Lalu apa yang harus gw lakukan supaya lo bisa percaya sama gw?"
Ian menatap dalam wajah pria yang Ia sayangi itu.
"Gw enggak tau.. Tapi bisakah lo berjanji kalau lo akan terus di sisi gw? Bisa lo janji enggak akan bawa perempuan asing ke apartemen lo kecuali yang gw kenal?"
Rio mendengar itu segera meninggalkan Ian. Ia berlalu masuk ke dalam rumah. Ian yang ditinggalkan begitu saja merasa sangat sedih dan tak terasa setetes air matapun jatuh ke pipinya.
Bahkan dia enggak bisa janji dan meyakinkan gw kan..
Namun prasangka buruknya terpatahkan ketika Ia melihat Rio kembali menghampirinya.
Rio menyodorkan sebuah kartu ke hadapan Ian.
"Pegang ini" Ucapnya.
"Ini apa?" Tanya Ian tak mengerti.
"Itu kartu akses apartemen gw. Tiap unit hanya ada 2 kartu akses. Jadi hanya gw dan lo yang bisa akses masuk ke apartemen itu. Besok kita ke apartemen lagi buat masukin fingerprint lo di pintu masuk. Hanya gw dan lo yang bisa masuk bebas apartemen itu. Dengan begini lo percaya?"
Ian tanpa sadar memeluk Rio dengan erat. Ia mengangguk-anggukan kepalanya di dada bidang lelaki tersebut. Rio pun mengusap punggung Ian dengan lembut.
🦁🦁🦁🦁🦁🦁🦁🦁
Haaaiiii semuanyaaaa...
Tolong tinggalkan jejak dengan like ataupun komentar yaaa readers tersayang ❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Egois banget si Ian,Harusnya cewek yg mengharapkan pertanggung jawaban dari cowok,Eh ini malah dia selalu beralesan..ogeb..
2024-04-28
0