Sepuluh biji

Mr. Aric adalah orang nomor satu jika bicara tentang arsitek. Pengusaha yang tidak usah diragukan lagi kemampuannya. Hampir semua gedung dan bangunan mewah di sana adalah proyek Mr. Aric. Bahkan ia dikenal dan kemampuannya dipakai oleh beberapa negara lain.

Rian mengikuti langkah demi langkah Mr. Aric saat mengenalkan beberapa ruangan. Rian kagum melihat para pekerja di sana yang begitu tekun dan gesit.

Obrolan ringan juga menemani langkah mereka. Mr. Aric banyak bertanya tentang perkuliahan Rian. Menarik, bahkan Mr. Aric mengapresiasi apa yang Rian dapatkan. Mendapatkan nilai bagus di kampus itu memang tidak mudah. Tapi Rian berhasil mendapatkan semua itu.

Kalau saja Tuan Felix tidak akan mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang yang sama, tentu Mr. Aric ingin merekrut Rian menjadi bagian dari perusahaannya. Namun karena cita-cita sahabatnya, Mr. Aric justru mengajari Rian banyak hal tentang perusahaannya.

Rian juga dibuat terkejut saat tahu jika hampir tujuh puluh persen dari dosennya adalah teman baik Mr. Aric. Ia kagum dengan lingkungan Mr. Aric. Lalu dirinya? Ah, teman dekat saja tidak punya. Rian bahkan menyebut dirinya sebagai makhluk soliter.

Bukan tidak ada teman, hanya saja Rian lebih selektif. Ia tidak mau jika teman hanya akan membuat prestasinya menurun. Sampai saat ini, hanya Rey yang sering berinteraksi dengannya. Itu juga dulu, sebelum Maudi mendekati Rey.

"Rian," panggil Tuan Felix.

"Papa," ucap Rian.

Belum jam pulang, namun Tuan Felix sudah menjemputnya di tempat itu. Sepertinya ia khawatir jika Rian merasa bosan saat bersama Mr. Aric. Seperti yang Tuan Felix tahu jika Mr. Aric adalah orang yang gila kerja. Sementara Rian, mahasiswa yang baru menyelesaikan tingkat satunya.

Khawatir jika Rian akan kapok dan enggan ke perusahaan itu lagi, Tuan Felix segera mengajak Rian pulang. Namun Tuan Felix cukup terkejut saat Rian justru merasa Nr. Aric adalah orang yang asyik.

"Rian, kamu tidak sedang mengigau, kan?" tanya Tuan Felix meyakinkan.

"Mengigau? Apa maksud Papa?" tanya Rian.

"Kamu bilang Mr. Aric orang yang asyik?" tanya Tuan Felix kembali.

"Ya, tentu." Rian menjawab yakin namun penuh kebingungan.

"Oh Tuhan, jangan bilang kalau kamu satu tipe dengan dia," ucap Tuan Felix.

"Memangnya kenapa?" tanya Rian.

Rian hanya tertawa menceritakan bagaimana Mr. Aric saat itu. Hanya buku-buku besar dan kacamata tebal yang menjadi temannya sejak kuliah.

Meskipun tidak kuliah dengan jurusan yang sama, namun Tuan Felix dan Mr. Aric masih sering berkomunikasi. Bahkan hubungan itu berlanjut hingga saat ini. Mereka tetap dekat meski dengan kesibukannya masing-masing. Saling mendukung dan tidak takut tersaingi.

Seperti saat Tuan Felix menceritakan rencananya untuk Rian, Mr. Aric sangat antusias untuk membantunya. Bahkan Rian ke kantornya juga adalah ajakan dari Mr. Aric sendiri.

"Pah, besok aku ke sana lebih pagi ya! Katanya Mr. Aric mau menunjukkan sesuatu padaku," ucap Rian.

"Lebih pagi? Dia mau menunjukkan apa padamu?" tanya Tuan Felix.

"Beberapa buku tentang mata kuliah aku di semester depan Pah. Mr. Aric juga kenal dengan banyak dosen yang mengajar di kampus," jawab Rian.

"Tuhaaaan," ucap Tuan Felix sembari menepuk dahinya.

"Kenapa?" tanya Rian.

"Jangan terlalu dekat dengan dia," jawab Tuan Felix.

"Loh, kenapa? Aku rasa Mr. Aric nyaris sempurna. Karirnya cemerlang," puji Rian.

"Tapi dia itu tidak menikah sampai sekarang. Dia tidak tertarik dengan wanita," ucap Tuan Felix.

"Jadi Mr. Aric tertarik dengan pria?" tanya Rian.

Tuan Felix semakin terkejut dengan pertanyaan Rian. Ia seolah tertuduh menjadi pria yang setipe dengan Mr. Aric.

"Aku hanya bertanya Pah," ucap Rian saat Tuan Felix mengungkapkan kekesalannya.

"Aku ingin kamu tumbuh menjadi pria normal, Rian. Aku ingin kamu menikah dan memberikan cucu untukku suatu saat nanti. Aku ingin menjalani hidup layaknya keluarga semestinya," ucap Tuan Felix.

Rian hanya tersenyum dan mengangguk. Ia mengerti maksud Tuan Felix. Sepertinya Tuan Felix tidak mau jika Rian terlalu mencintai wanita yang tidak seharusnya ia cintai. Tuan Felix menginginkan wanita tepat yang bisa mendampingi Rian hingga mereka menua bersama.

"Nanti saja. Jangan dipikirkan dari sekarang. Kalau mau pacaran, cari wanita yang bisa mendukung cita-citamu." Tuan Felix menambahkan.

"Jadi boleh pacaran?" tanya Rian.

"Siapa yang melarangmu? Papa hanya ingin kamu tetap memperjuangkan cita-citamu. Kalau wanita itu bisa memberimu semangat, kenapa tidak?" ucap Tuan Felix.

Wanita yang mendukung cita-cita? Sulit rasanya mencari wanita yang dimaksud oleh Tuan Felix. Karena pada kenyataannya sampai saat ini perasaan Rian tidak pernah berubah. Hatinya masih ia simpan untuk Maudi.

Bodoh memang, tapi Rian tidak bisa mengubah kenyataan itu. Hatinya tidak bisa membuang Maudi begitu saja. Padahal apa yang sudah dilakukan Maudi, cukup menyimpan kenangan buruk. Namun sedikit kenangan indah bersama Maudi, justru mampu membuat kenangan buruk itu seolah menjadi abu-abu.

Seminggu sudah Rian belajar banyak hal dari Mr. Aric. Kini sudah waktunya ia bersiap ke Indonesia. Menghabiskan sisa liburannya dengan orang-orang yang sudah ia rindukan.

"Kamu terlihat senang sekali," goda Tuan Felix saat mereka sudah sampai di Indonesia.

Mereka masih menunggu orang suruhan Dion yang akan menjemput. Dion adalah menantu Tuan Felix yang begitu baik dan merupakan pengusaha sukses.

"Opaaaa, oooom," teriak Narendra dan Naura.

Narendra dan Naura adalah anak kembar dari Mia, cucu kandung Tuan Felix.

"Kalian?" ucap Tuan Felix.

Keduanya berlari dan menghambur memeluk Rian dan Tuan Felix bergantian. Kini mereka sudah berusia 6 tahun. Terpaut usia 13 tahun dengan Rian, tidak membuat jarak diantara mereka. Rian yang suka dengan anak kecil selalu dirindukan oleh Narendra dan Naura.

"Keponakan om sudah masuk SD belum?" tanya Rian.

"Iya om," jawab keduanya kompak.

"Sudah bisa baca?" tanya Rian.

"Bisa om," jawab Naura lebih dulu.

Rian mengusap kepala Naura dan mencium pipinya. Narendra yang cemburu, akhirnya mencium Tuan Felix dan memeluknya dengan erat. Mereka semua tertawa dengan tingkah kedua anak kembar itu.

"Dion," sapa Tuan Felix.

"Papa, maaf aku tidak menjemput kalian. Aku baru saja sampai di rumah, tadi ada meeting." Dion segera menyalami mertuanya.

"Tidak apa-apa. Narendra dan Naura yang jemput kami," ucap Tuan Felix dengan begitu bangga.

"Oh ya?" tanya Dion terkejut.

"Aku kira kamu yang memintanya menggantikanmu," jawab Tuan Felix.

"Mereka yang mau Pah. Mereka antusias sekali saat tahu Papa dan Rian akan ke sini," ucap Mia sembari menyelami keduanya bergantian.

Narendra dan Naura yang sudah tidak sabar ingin segera bermain dengan Rian. Mereka menarik tangan Rian yang belum sempat melepas rindu dengan Mia dan Dion.

"Aku temani mereka dulu ya!" ucap Rian.

"Iya," jawab Mia dengan senyum senang.

Selama ini Rian dan anak kembarnya hanya saling berjumpa dalam sambungan panggilan video. Jadi ketika Rian datang, mereka sudah tidak asing, justru kehadiran Rian sangat dinantikan oleh mereka.

"Rian sudah mulai jatuh cinta," ucap Tuan Felix saat Rian sudah pergi bersama Narendra dan Naura.

"Ya wajar dong Pah. Rian kan udah dewasa. Udah sembilan belas, mau dua puluh tahun malah. Aku zaman itu sudah punya mantan sepuluh biji," ucap Dion dengan bangga sembari mengangkat sepuluh jari tangannya.

"Oh, begitu? Gak sekalian sepuluh ekor aja?" ucap Mia sembari menatap Dion dengan tatapan penuh ancaman.

"Hanya becanda. Jangan serius begitu dong," ucap Dion saat menyadari kecemburuan istrinya.

Tuan Felix hanya menggelengkan kepalanya. Ia merasa lucu, kalau mereka yang sudah beranjak tua masih saja saling cemburu saaat membahas tentang mantan.

Terpopuler

Comments

•Rifa_Fizka

•Rifa_Fizka

Hallo Thor ijin promosi ya😃
Mampir yuk di novel pertama ku yang berjudul "KEKUATAN HATI WANITA"

Berkisah wanita yg bangkit dari penghianatan.

Mohon dukungannya, terimakasih🙏🏻🤗🌹

2022-10-18

1

Yunia Afida

Yunia Afida

akhirnya kangen Mia dan dion terobati

2021-08-02

0

Little Peony

Little Peony

Like like like

2021-07-13

1

lihat semua
Episodes
1 Segila inikah cinta?
2 Tempat romantis
3 Stres
4 Mr. Aric
5 Sepuluh biji
6 Sensitif
7 Khawatir
8 Kepergok
9 Cari muka
10 Kain batik
11 Jadi?
12 Happy Birthday
13 Pulang
14 Sudah besar
15 Salah paham
16 Gorong-gorong
17 Taktik dan strategi
18 Mpus
19 Nguping
20 Rian milikku
21 Target menikah
22 Hajatan
23 Marahan?
24 Papa Felix
25 Terganggu
26 Riri = Mia
27 Donor darah
28 Ayo cerita!
29 Cicilan pertama
30 Cekcok
31 Keguguran
32 Bukan kencan
33 Dasar rentenir!
34 Tersisih
35 Tukar tambah
36 Maudi lagi
37 Si kucing
38 Pus, maaf.
39 Hanya berteman
40 Bersaing
41 Terjebak
42 Menyesal
43 Kemana dia?
44 Anda yang gagal
45 Cari alasan
46 Ancaman Maudi
47 Hancur berkeping
48 Hiro
49 Rahasia aman
50 Dia keluar
51 Ini Mpus?
52 Kue kecil
53 Ditunggu Mr. Aric
54 Harus mandiri
55 Kembung?
56 Jalan ninja
57 Detektif kentang
58 Mendekati busuk
59 Anjlok
60 Kalah saing
61 Bersaing sehat
62 Remahan kue kering
63 Oh, cuma teman?
64 Menata dendam
65 Kotak bekal
66 Ke rumah?
67 Kembali bersemangat
68 Ucapan manis
69 Permisi
70 Nasi goreng
71 Jalan berdua
72 Ternyata Riri...
73 Hasil Karya
74 Tingkat akhir
75 Siapa Hiro?
76 Rencana busuk
77 Posesif
78 Kebiasaan buruk
79 Jungkir balik
80 Lamaran
81 Nikah muda?
82 LDR?
83 Wisuda
84 Saling percaya
85 Saling berjanji
86 Harus bertanggung jawab
87 Ongkosnya mahal
88 Rencana yang matang
89 Om lihat ini!
90 Ganti rencana
91 Stroke ringan
92 Memangnya tante diajak main?
93 Kamu marah?
94 Mama pasti kuat
95 Taekwondo
96 Kesiangan
97 Ketiduran
98 Kartu merah
99 Salah paham
100 Kecewa
101 Cheerleader
102 Mereka hilang
103 Cieeee
104 Koper besar
105 Proyek besar
106 Rebutan toples kue
107 Siluman ular
108 Hantu Mall
109 Aneh
110 Kejutan
111 Paket komplit
112 Shelin
113 Teman baru
114 Mas cape?
115 Rahasia aman
116 Dipercepat
117 Menang lotre ya?
118 Besan?
119 Titisan dewa angin
120 Jadi kapan?
121 Ada aku di sini
122 Kisruh
123 PRAAAANG
124 Aunty Puspus
125 Kak Sindi?
126 Makhluk halus
127 Itu belum seberapa
128 Senjata makan tuan
129 Tas bekal Pink
130 Mantan sopir ambulance
131 Teman sekelas
132 Pacar?
133 Aku antar!
134 Saran Riri
135 Salah jalan
136 Papa kemana?
137 Kebetulan?
138 Tangis bahagia
139 Nostalgia
140 Zaman sudah berubah
141 Apa Mama dan Oma marahan?
142 Banyak PR
143 Baikan
144 Sarapan Bertiga
145 Bisnis Sindi
146 Diantar Opa ke sekolah
147 Pawang cinta
148 Seminggu
149 Kalau tidak berjodoh?
150 Bertemu Sindi
151 Rahasia besar
152 Maudi yang berbeda
153 Dengkuran kecil
154 Soal Mpus ya?
155 Dilema
156 Terbongkar
157 Anemia berat
158 Mencari dan menanti
159 Jangan ikut campur
160 Sudah terlambat
161 Kabar miring
162 Kabur
163 Jangan kaku
164 Kode
165 Kado
166 Dunia seolah memeluknya
167 Semua membaik
168 Surat kaleng
169 Lupa hari
170 Menyamar
171 Akur lagi
172 Butuh waktu
173 Keluar!
174 Ini nyata?
175 Ini bukan tujuanmu
176 Egois
177 Jerman?
178 Shelin adalah pilihannya
179 Tolong jangan begini
180 Sudah resmi
181 Aku harus mengejarmu
182 Selamat datang
183 Serba salah
184 Cita-cita VS cinta
185 Seperti diari
186 Semakin dekat
187 Minta jatah
188 Kamu cemburu?
189 Berita duka
190 Terjun bebas
191 Tidur atau pingsan?
192 Lambe gosip
193 Melamar Shelin
194 Cincin berlian
195 Aku harus bertahan
196 Beban dan tanggung jawab
197 Tidak perlu berdebat
198 Mengabadikan momen
199 Meminta setengah memaksa
200 Pokoknya beda
201 Mengalah dan pasrah
202 Permintaan Nyonya Helen
203 Kabar baik
204 Minggu depan
205 Telat pulang
206 Persiapan
207 Wali
208 PLAK
209 Mengabdikan diri
210 Disekap
211 Pak Besan dan Bu Besan
212 Ancaman Tuan Felix
213 Bocor
214 Sprei?
215 Sakit ya?
216 Tok.. Tok.. Tok
217 Salah paham
218 Pasukan datang
219 Bekas bisul
220 Keras dan datar
221 Rencana Tuan Felix
222 Jangan khawatir
223 Jadi ini alasannya
224 Teh hangat
225 Bikin yang banyak!
226 Video pernikahan
227 Pending lagi
228 Pakaian dinas
229 Harus waspada
230 Dijamin endul
231 Belum sikat gigi
232 Kertas dan pulpen
233 Niat jahat
234 Nikmatilah kebahagiaanmu
235 Full service
236 Garis dua
237 Tujuh bulan
238 Nambah pasukan
239 Kejujuran dan kepercayaan
240 Pingsan
241 Berpulang
242 Pria romantis
243 Oleh-oleh
244 Jam sembilan
245 Penasehat Cinta
246 Perhitungan
247 Menangislah
248 Cemburu
249 Happy Ending
Episodes

Updated 249 Episodes

1
Segila inikah cinta?
2
Tempat romantis
3
Stres
4
Mr. Aric
5
Sepuluh biji
6
Sensitif
7
Khawatir
8
Kepergok
9
Cari muka
10
Kain batik
11
Jadi?
12
Happy Birthday
13
Pulang
14
Sudah besar
15
Salah paham
16
Gorong-gorong
17
Taktik dan strategi
18
Mpus
19
Nguping
20
Rian milikku
21
Target menikah
22
Hajatan
23
Marahan?
24
Papa Felix
25
Terganggu
26
Riri = Mia
27
Donor darah
28
Ayo cerita!
29
Cicilan pertama
30
Cekcok
31
Keguguran
32
Bukan kencan
33
Dasar rentenir!
34
Tersisih
35
Tukar tambah
36
Maudi lagi
37
Si kucing
38
Pus, maaf.
39
Hanya berteman
40
Bersaing
41
Terjebak
42
Menyesal
43
Kemana dia?
44
Anda yang gagal
45
Cari alasan
46
Ancaman Maudi
47
Hancur berkeping
48
Hiro
49
Rahasia aman
50
Dia keluar
51
Ini Mpus?
52
Kue kecil
53
Ditunggu Mr. Aric
54
Harus mandiri
55
Kembung?
56
Jalan ninja
57
Detektif kentang
58
Mendekati busuk
59
Anjlok
60
Kalah saing
61
Bersaing sehat
62
Remahan kue kering
63
Oh, cuma teman?
64
Menata dendam
65
Kotak bekal
66
Ke rumah?
67
Kembali bersemangat
68
Ucapan manis
69
Permisi
70
Nasi goreng
71
Jalan berdua
72
Ternyata Riri...
73
Hasil Karya
74
Tingkat akhir
75
Siapa Hiro?
76
Rencana busuk
77
Posesif
78
Kebiasaan buruk
79
Jungkir balik
80
Lamaran
81
Nikah muda?
82
LDR?
83
Wisuda
84
Saling percaya
85
Saling berjanji
86
Harus bertanggung jawab
87
Ongkosnya mahal
88
Rencana yang matang
89
Om lihat ini!
90
Ganti rencana
91
Stroke ringan
92
Memangnya tante diajak main?
93
Kamu marah?
94
Mama pasti kuat
95
Taekwondo
96
Kesiangan
97
Ketiduran
98
Kartu merah
99
Salah paham
100
Kecewa
101
Cheerleader
102
Mereka hilang
103
Cieeee
104
Koper besar
105
Proyek besar
106
Rebutan toples kue
107
Siluman ular
108
Hantu Mall
109
Aneh
110
Kejutan
111
Paket komplit
112
Shelin
113
Teman baru
114
Mas cape?
115
Rahasia aman
116
Dipercepat
117
Menang lotre ya?
118
Besan?
119
Titisan dewa angin
120
Jadi kapan?
121
Ada aku di sini
122
Kisruh
123
PRAAAANG
124
Aunty Puspus
125
Kak Sindi?
126
Makhluk halus
127
Itu belum seberapa
128
Senjata makan tuan
129
Tas bekal Pink
130
Mantan sopir ambulance
131
Teman sekelas
132
Pacar?
133
Aku antar!
134
Saran Riri
135
Salah jalan
136
Papa kemana?
137
Kebetulan?
138
Tangis bahagia
139
Nostalgia
140
Zaman sudah berubah
141
Apa Mama dan Oma marahan?
142
Banyak PR
143
Baikan
144
Sarapan Bertiga
145
Bisnis Sindi
146
Diantar Opa ke sekolah
147
Pawang cinta
148
Seminggu
149
Kalau tidak berjodoh?
150
Bertemu Sindi
151
Rahasia besar
152
Maudi yang berbeda
153
Dengkuran kecil
154
Soal Mpus ya?
155
Dilema
156
Terbongkar
157
Anemia berat
158
Mencari dan menanti
159
Jangan ikut campur
160
Sudah terlambat
161
Kabar miring
162
Kabur
163
Jangan kaku
164
Kode
165
Kado
166
Dunia seolah memeluknya
167
Semua membaik
168
Surat kaleng
169
Lupa hari
170
Menyamar
171
Akur lagi
172
Butuh waktu
173
Keluar!
174
Ini nyata?
175
Ini bukan tujuanmu
176
Egois
177
Jerman?
178
Shelin adalah pilihannya
179
Tolong jangan begini
180
Sudah resmi
181
Aku harus mengejarmu
182
Selamat datang
183
Serba salah
184
Cita-cita VS cinta
185
Seperti diari
186
Semakin dekat
187
Minta jatah
188
Kamu cemburu?
189
Berita duka
190
Terjun bebas
191
Tidur atau pingsan?
192
Lambe gosip
193
Melamar Shelin
194
Cincin berlian
195
Aku harus bertahan
196
Beban dan tanggung jawab
197
Tidak perlu berdebat
198
Mengabadikan momen
199
Meminta setengah memaksa
200
Pokoknya beda
201
Mengalah dan pasrah
202
Permintaan Nyonya Helen
203
Kabar baik
204
Minggu depan
205
Telat pulang
206
Persiapan
207
Wali
208
PLAK
209
Mengabdikan diri
210
Disekap
211
Pak Besan dan Bu Besan
212
Ancaman Tuan Felix
213
Bocor
214
Sprei?
215
Sakit ya?
216
Tok.. Tok.. Tok
217
Salah paham
218
Pasukan datang
219
Bekas bisul
220
Keras dan datar
221
Rencana Tuan Felix
222
Jangan khawatir
223
Jadi ini alasannya
224
Teh hangat
225
Bikin yang banyak!
226
Video pernikahan
227
Pending lagi
228
Pakaian dinas
229
Harus waspada
230
Dijamin endul
231
Belum sikat gigi
232
Kertas dan pulpen
233
Niat jahat
234
Nikmatilah kebahagiaanmu
235
Full service
236
Garis dua
237
Tujuh bulan
238
Nambah pasukan
239
Kejujuran dan kepercayaan
240
Pingsan
241
Berpulang
242
Pria romantis
243
Oleh-oleh
244
Jam sembilan
245
Penasehat Cinta
246
Perhitungan
247
Menangislah
248
Cemburu
249
Happy Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!