ISSMK 4

"Ada apa?" Meira menutupi tubuhnya dengan handuk.

Rey melihat kesana-kemari, mencari-cari bayangan samar-samar yang tadi dilihatnya.

"Kau sendirian?" Dijawab dengan anggukan, serta mata yang melirik ke arah bathub yang tertutup serpihan bunga mawar.

Tak percaya, Rey langsung masuk kedalam kamar mandi dan memperhatikan bathub selama beberapa saat.

Didalamnya tidak ada apa-apa, akan tetapi pandangan Rey masih terus kesana.

Kenapa aku kaget?

Bukankah Meira memang sudah lama berkhianat?

Tapi...

Dengan siapa lagi?

Dave kan sudah mati!

Ia menyelupkan tangannya kedalam air, mengaduk-aduknya hingga terlihat tidak ada apapun disana.

"Rey, ada apa? Kenapa kau mencurigaiku?" Tak menjawab, Rey langsung pergi entah kemana.

Ternyata ia masuk kedalam kamar rahasia dan mengunci pintu kamarnya dari dalam saat melihat Jenni tengah tidur dengan posisi menggemaskan.

"Bangun!" Mengguncang tubuh Jenni sebanyak tiga kali.

Jenni hanya mengeram, sementara Rey merasa risih dengan posisi tidurnya.

"Jenni, bangun!" Teriaknya menggelegar. Jenni terbangun, mengucek-ngucek matanya.

"Kita harus pergi, pakai ini!" Melemparkan jubah berwarna hitam.

"Pergilah ke halaman belakang dengan berhati-hati! Disana sudah ada yang menunggumu!" Jenni mengangguk, lalu memakai jubah itu dan keluar dari rumah Rey dengan mengendap-endap.

Diluar, sebuah mobil tengah menunggunya. Jenni segera masuk dan mengendarai mobil itu.

Sepanjang perjalanan, Jenni merasa gugup karena ada mobil lain yang mengikutinya. Ia mencoba mencari sesuatu didalam mobil yang bisa melindungi dirinya sendiri.

Pandangannya terhenti pada sebuah pistol, Jenni mengambilnya namun tampak berfikir saat akan menggunakannya.

"Semalam aku bisa, tapi sekarang bagaimana?" Gumamnya dengan wajah cemas.

Jenni menari pelatuk pistol itu, dengan kebodohannya dia menembak kaca mobilnya sendiri. Membuat mobil yang sudah berada di sampingnya terbuka kacanya menampilkan seseorang yang sedang menertawakannya dengan tawa sumbang.

"Rey!" Sambil menghentikan mobilnya.

Rey ikut berhenti, kemudian turun.

"Kau merusak mobilku! Kau akan kuhabisi malam ini!" Tangan Jenni bergetar, rasa takut mulai menguasai dirinya.

Aku akan mati...

Aku akan mati sebelum balas dendam?

Oh, tidak! Jangan!

"Turun, Jenni! Masuk ke mobilku!" Jenni masih diam, tak mampu turun ataupun bergerak sedikitpun.

Jenni merasa terlalu takut dengan ucapan Rey yang seketika membuat nyali balas dendamnya menciut.

"Jenni! Aku tidak ingin membunuhmu!"

Jenni tersadar, kemudian mengerutkan dahinya.

"Habis aku malam ini, apa maksudnya?"

"Turun! Jangan banyak bertanya, masuklah ke mobil! Disini berbahaya!" Menurut, meski masih merasa takut tetap masuk kedalam mobil.

Kini keduanya sudah melaju membelah jalanan. Entah Rey akan membawanya kemana, namun Jenni merasa sangat takut.

Dalam waktu dua jam, keduanya telah sampai dalam sebuah Villa di tengah hutan, Jenni kembali berfikir jauh.

"Apa dia akan menghabisiku disini?" Gumam Jenni yang tentu saja masih bisa didengar oleh Rey.

"Iya, malam ini kau akan habis disini!" Diiringi senyum menyeringai, membuat Jenni semakin merasa takut.

Rey meraih tangan Jenni, lalu menariknya masuk kedalam Villa. Jenni yang berfikir Rey akan membuatnya mati langsung memberontak.

"Aww!" Menggigit tangan Rey dan segera berlari kedalam hutan.

"Kau mau kemana?!" Teriak Rey sambil mengejar Jenni.

Jenni berhenti berlari, ketika ia sudah berada di tengah hutan dan mendengar sebuah suara mengerikan.

"Ya Tuhan, sekarang aku benar-benar terjebak!" Ia melirik kesana-kemari, langkah kakinya sudah mundur.

Jenni merasa sangat ketakutan, apalagi berada di dalam hutan malam-malam dengan keadaan gelap.

Gelap sekali, aku sangat takut!

Tangis mulai lolos dari bibir Jenni, sementara kakinya masih terus menapaki jalan mencari jalan pulang.

Aummm

Jenni berteriak, berlari. Ia terus berlari entah kemana. Tanpa sadar, dibelakangnya Rey terus mengikuti Jenni yang melangkah semakin jauh ke hutan terlarang.

Hingga akhirnya, Jenni berhenti di depan sebuah tebing curam.

"Oh tidak, tamatlah aku!" Ringis Jenni sambil berjalan mundur.

Tap

Tap

Tap...

Jenni mendengar suara langkah kaki, matanya berbinar.

"Siapa itu? Siapapun tolong aku!" Teriaknya.

Rey menyengir kuda, ia sengaja akan menakut-nakuti Jenni terlebih dahulu sebelum menolongnya.

"Tolong aku!" Teriak Jenni lagi dengan suara bergetar.

Jenni mundur lagi, dan terus mundur. Hingga...

Bruk..

Tubuhnya menabrak sebuah dada bidang entah milik siapa. Jenni meringis kesakitan, lalu melirik ke arah yang ditabraknya.

"Waaahhhh...."

"Aaaaaa.... Tidaaaakkk!!!"

"Ini aku, Jenni! Kenapa kau lari tadi?" Mengguncang tubuh Jenni sambil tertawa.

Jenni akhirnya tersadar, ia langsung memeluk Rey sambil menangis.

"Kau bilang tadi ingin menghabisiku, jadi aku lari aku masih ingin hidup untuk membalaskan dendamku!"

Rey tergelak, ia tak menyangka Jenni ternyata sepolos itu.

Dengan cepat, ia menggendong Jenni dan membawanya kembali menuju Villa.

"Siapa yang bilang akan membuatmu mati? Maksudku, aku ingin... Ah, sudahlah! Ayo masuk dan lakukan saja!" Ajak Rey.

Jenni semakin merasa bingung, ia tak mengerti maksud Rey.

"Melakukan apa?"

Rey menoleh lagi, kemudian menurunkan Jenni diatas tangga. Ia mendekatkan dirinya pada Jenni.

Jantung Jenni berdebar kencang, ia merasa gugup dan malu.

Apa dia akan....

"Belajar menembak!" Rey menjentikan dua jarinya di depan wajah Jenni.

"Hah?!"

Rey tertawa, kemudian melangkah memasuki ruangan lantai dua.

"Kau pikir apa?" Saat Jenni sudah masuk kedalam ruangan gelap itu.

"Emm..."

"Aku tidak akan menyentuh wanita tanpa cinta, apalagi menyentuhmu. Meski kau istriku tapi aku hanya ingin mengikatmu agar aku juga bisa balas dendam bersamamu."

Deg...

Jenni meraba dadanya, hatinya terasa sakit dengan kata-kata Rey.

Hei, kenapa aku sakit hati?

Bukankah aku juga hanya ingin balas dendam?

"Jangan melamun! Aku tidak menikahimu untuk itu, cepat ambilah satu dan bawa kesana!" Menunjuk pistol, lalu menunjuk sebuah tempat luas dengan sasaran tembak.

Jenni mengangguk, ia mengambil salah satu pistol itu kemudian membawanya ke arah Rey.

"Cobalah!" Menunjuk papan sasaran penembakan.

Jenni mengatur posisinya, kemudian mulai menembakan pistolnya.

Beberapa kali meleset, membuat Rey menghela napas kasar dan mendekati Jenni.

"Bukan seperti itu cara menembak! Bagaimana bisa kau akan balas dendam, jika menembak seperti itu saja tidak bisa? Dunia Mafia itu kejam, Jennifer! Kau harus berani! Bayangkan jika di hadapanmu itu adalah orang yang telah melenyapkan keluargamu!" Teriak Rey membuat seluruh tubuh Jenni bergetar.

Jenni memejamkan matanya, membayangkan apa yang seharusnya ia bayangkan. Membayangkan pembunuh orang tuanya.

Satu-persatu bayangan orang itu muncul, pertama Meira, ayahnya Meira, kemudian Ibunya Meira, dan terakhir...

Jenni melirik Rey, ia menutup matanya. Membayangkan Rey lalu mulai menembaknya.

Dor...

Jenni tersenyum, melihat pelurunya yang tepat sasaran Rey tersenyum juga dan bertepuk tangan bangga, kemudian memeluk Jenni.

"Hebat, tingkatkan! Semoga kau berhasil membalaskan dendammu!" Memeluk Jenni.

"Terima kasih telah mengajariku!" Jenni membalas pelukan itu, kemudian melepasnya.

"Aku keluar dulu, kau teruskan latihanmu!" Jenni mengangguk, lalu menatap kepergian Rey sambil tersenyum.

Dan terima kasih, kau sudah memberiku ruang untuk menghabisimu! Pembunuh!

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Ifti Nisa

Ifti Nisa

mungkin karna di hatimu udah ada rasa syang sama rey jen

2022-07-31

0

Ifti Nisa

Ifti Nisa

habis di atas ranjang jen🤣🤣🤣

2022-07-31

0

Pia Palinrungi

Pia Palinrungi

lanjut thor...

2022-04-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!