"Aku tidak suka dibantah!" Sambil menodongkan pistol pada kepala Jenni.
Jenni mengangguk dengan cepat, merasa nyawanya sudah sangat terancam. Ia mengikuti Rey dengan seribu umpatan di dalam hatinya.
Gila! Kenapa aku harus minta bantuannya?! Dia itu sangat jahat, Jenni!
Keduanya sudah berada di kediaman Rey dan Meira, yang Jenni yakini bahwa Meira dan keluarganya adalah tujuan balas dendamnya.
Semua tak akan Jenni lakukan, jika Meira dan keluarganya tidak lebih dulu membuat masalah dalam keluarganya. Hari ini, keberanian tersebut datang ketika menyaksikan seluruh kelicikan Meira terhadap Rey.
Meski dengan jantung yang berdebar kencang karena takut, Jenni tetap melangkah masuk kedalam rumah Meira.
Hingga saat masuk seorang wanita sudah menyambutnya, lebih tepatnya menyambut Rey dengan memeluknya.
"Sayang," ucap Meira manja.
Rey membalas pelukan Meira, kemudian melepasnya dan menarik Jenni agar mengikutinya.
"Aku hari ini membawa seseorang untukmu, dia ahli dalam merawat rambut!" Sambil menunjuk Jenni.
Sementara Jenni menggeleng pada Rey, karena ia tidak bisa menata rambut sedikitpun. Rey memberi tatapan tajam.
Iya, artinya aku harus menuruti setiap kata-katamu, kan?
"Ah iya, terima kasih kau sudah memberiku pekerjaan tuan!"
"Siapa namamu?" Meira beralih pada Jenni. Jenni mulai berdoa dalam hatinya, semoga ia bisa dalam langkah-langkahnya.
"Namaku-"
"Silva." Potong Rey dengan segera sambil melirik Jenni dan memberinya tatapan tajam lagi.
Ah iya, iya!
Lagi-lagi Jenni mengumpat Rey di dalam hatinya.
Lagipula kenapa aku harus jujur?
"Kalau begitu, ikut aku ke kamar dan bantu merias rambutku!" Ajak Meira sambil bergegas menaiki tangga.
Sebelum Jenni ikut Meira, Rey menarik tangan Jenni sambil mendekat padanya.
"Lakukan sebisamu, berhati-hatilah di rumah ini!" Jenni mengangguk. "Salah sedikit saja kau bisa membuat nyawamu melayang! Satu lagi gunakan nama Silva!" Melepas Jenni dan membiarkannya naik menyusul Meira.
Jenni menarik napas perlahan kemudian mengeluarkannya lagi. Ia begitu gugup dalam hal ini, tapi demi balas dendam Jenni akan berusaha.
Di dalam kamar lain, Rey mulai merancang rencana-rencana mengenai trik balas dendamnya.
Ia memikirkannya dengan duduk diatas sofa sambil menyandar.
Mula-mula, aku harus menusuk Meira dengan cara halus. Menyakitinya seperti dia mengkhianatiku, tapi
apakah itu bisa?
Saat sedang asyik memikirkan rencana balas dendam, tiba-tiba sebuah tangan memijat pelipisnya membuat Rey sedikit rileks.
"Memikirkan apa?" Bertanya masih dengan tangan memijat pelipis Rey.
"Tidak memikirkan apa-apa." Rey menjawab sambil melepaskan pijatan tangan Meira, kemudian membalikan kursi hingga berhadapan dengan Meira.
Ia menatap Meira dengan tatapan biasa, entah sejak dulu Rey tidak tahu mengapa tidak memiliki rasa cinta untuk Meira. Bahkan, Rey tidak tahu apa itu cinta.
"Sudah selesai dengan rambut?" Meira mengangguk, lalu mengibas-ibaskan rambutnya. Memperlihatkan hasil karya Jenni.
"Silva sangat hebat, rambutku jadi sehalus ini!" Puji Meira untuk Jenni. Rey meraih rambut Meira, sangat jelas rambut Meira terlihat sangat indah.
Benarkah dia yang melakukannya?
"Bisa panggil Je-.., ehm... Maksudku Silva?" Meira mengangguk. Setelah Meira naik keatas, Rey merutuki kebodohannya.
Bo doh! Hampir saja aku mengucapkan nama Jenni!
Ia mengusap wajahnya, kemudian menegakkan duduknya sambil menunggu Jenni datang.
Yang ditunggu akhirnya datang dan masuk kedalam ruangan Rey. Meira juga ikut, tapi karena ponselnya berbunyi ia kembali keluar untuk memgangkat teleponnya.
"Kunci pintunya!" Jenni langsung menguncinya, kemudian mendekati Rey.
"Duduk!" Menepuk pahanya. Sementara Jenni masih ragu, apa maksudnya duduk disana?
"Tidak dengar?" Menajamkan tatapannya, yang membuat Jenni langsung menurut dan duduk disana.
Rey mengambil sebatang rokok, kemudian membakar ujungnya dengan api dan mulai menghisap rokok itu.
Ia memberikan rokok itu pada Jenni, yang dimaksud menawarkannya. Jenni menggeleng. "Aku tidak merokok,"
Rey tersenyum kagum, ia baru melihat wanita yang berada di dekatnya tidak merokok, itu sungguh membuat Rey semakin penasaran dengan Jenni.
"Ceritakan!" Ucapnya tanpa menjelaskan, membuat Jenni kebingungan.
"Tentang ayah dan ibumu, kematian mereka."
Jenni mulai bercerita, hingga Rey membelalakan matanya saat mendengar terjadinya hal yang membuat orang tua Jenni tiada.
"Kau bisa menembak? Bela diri?" Jenni menggeleng. Rey mengibaskan tangannya, menyuruh Jenni turun dari pangkuannya.
"Mulai besok kau akan tinggal di markas, aku akan mengajarimu menembak dan bela diri!" Mata Jenni berbinar senang. "Kau adalah bagian dari kelompokku, tapi berhati-hatilah jangan sampai kau memberitahukan siapapun tentang ini!" Jenni mengangguk menyanggupi.
"Duduk lagi!" Menepuk pahanya lagi, bagi Jenni mungkin itu akan menjadi kebiasaannya bersama Rey.
"Kau adalah istriku, Istri Reytan Hocane. Turuti semua kata-kataku, atau mungkin napasmu akan berakhir jika melanggar!" Jenni mengangguk.
Tiba-tiba, Rey mengubah posisi duduk Jenni menjadi berhadapan dan sangat dekat. Rey meraih kepala Jenni mendekatkannya dan membuat adegan yang membuat napas Jenni tak beraturan.
Adegan itu menurun, hingga kancing kemeja yang dipakai Jenni terbuka. Rey sendiri begitu terhipnotis dengan indahnya aset milik istri simpanannya.
Tok tok tok
Rey mengakhiri adegan itu, lalu menyuruh Jenni masuk kedalam ruang rahasianya.
Jenni dengan segera masuk, didalam dia langsung merapihkan pakaiannya. Dan merebahkan dirinya diatas ranjang di kamar rahasia tersebut.
Rey merapihkan pakaiannya, kemudian membuka pintunya. Munculah Meira yang langsung masuk kedalam.
"Mana Silva?"
"Sudah pergi, makanya aku mengunci pintunya." Sambil memalingkan wajah dan menghapus air dekat dagunya.
"Eh, kau berkeringat?" Meira meraih dagu Rey dan menghapus air sisa Rey dan Jenni.
Meski ragu, Meira tetap menghapusnya.
Ini... Apa dia selingkuh?
"Silva... Kau bertemu dengannya dimana?" Terlihat raut wajah Meira mulai menjadi penasaran.
"Dia dibawa anak buah kita, anaknya anak buah kita. Karena tidak bisa me.bayar hutang jadi dia menyerahkan Silva padaku." Jelas Rey dengan tatapan terus mencari celah ke arah lain.
Dengan mudahnya Meira percaya, hingga akhirnya tidak curiga lagi dan bergegas keluar ketika ponsel dalam sakunya berbunyi.
"Tunggu!" Sambil menahan tangan Meira.
"Ya?"
"Siapa yang telpon?" Sambil mencoba meraih ponsel Meira namun Meira menepisnya.
"Oh, ini... em... Ayah. Sudahlah, aku ingin istirahat belakangan ini aku sangat lelah!" Meira melepaskan tangan Rey lalu pergi begitu saja.
Dengan cepat Rey mengikuti, ia melupakan Jenni yang masih berada di dalam kamar rahasianya.
Sesampainya di kamar, Meira sudah berada di dalam kamar mandi. Karena pintu kamar mandi terbuat dari sebuah kaca buram, Rey melihat sedikit keanehan didalamnya.
Bayangan siapa itu?
Penasaran, akhirnya Rey mendekat. Bayangan itu semakin jelas terlihat, seperti ada dua orang di kamar mandi.
"Meira? Kau didalam dengan siapa?"
Meira yang berada di dalam sangat terkejut, ia menutup mulut seseorang di hadapannya.
"Iya, kenapa?" Tanya Meira.
Orang itu tiba-tiba mendekat, membuat Meira menggigit bibir bawahnya.
"Euh..." Suara asing itu tiba-tiba lolos begitu saja, membuat telinga Rey memanas.
"Meira?!" Rey menggedor pintu kamar mandi.
Karena tak ada jawaban, Rey membukanya secara paksa.
Braak...
"Kau..."
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Pia Palinrungi
next...
2022-04-18
1
Chahya Burek
akhirnya pintunya jebol🤣🤣
2022-02-18
1
Arfiyatun
fa
t
2021-11-21
1