CANCEL !

Apartemen yang di sewa Wren untuk satu tahun kedepan menjadi saksi bisu kekesalan hatinya.

Menggebuk bantal, meninju guling layaknya samsak bahkan melempar ponsel ke kasur walaupun setelah itu dirinya was-was jika ponsel yang merupakan fasilitas kantor itu bisa rusak.

Semua benda tak bersalah di kamar menjadi sasaran amukannya.

Nafas Wren terengah. Itu semua tidak juga mampu meredam amarahnya. Dengan kedua tangan menjambak rambut Wren berjongkok di sekitaran dapur. Bukan untuk mencari barang yang bisa di banting, tapi mengambil air minum di kulkas. Harap-harap air itu bisa membasuh jiwanya yang kalut.

Apalagi Anita pagi tadi pergi tanpa pamit dan hanya meninggalkan secarik memo yang di tempel di meja kerjanya . Gadis itu terburu pergi ke Bandung. Orang tuanya protes karena semenjak sebulan yang lalu dirinya pindah, belum sekalipun menengok orang tua.

Alasannya sudah jelas, Anita adalah jomblo karatan yang tidak punya pasangan. Jika dia pulang kampung, sudah pasti keluarganya kompak bertanya 'kapan nikah'?

Bukan Anita tidak ingin mengakhiri masa lajang atau punya trauma tertentu terhadap pria. Namun, dia belum menemukan pria yang datang mendekat.

Anita sering memimpikan dia akan menikah dengan pria tampan, gagah, seperti Lian Hemsworth. Syukur-syukur jika rekening bank nya tidak bermasalah dan mengalir lancar. Mempunyai anak yang lucu, dan berbulan madu setiap tahun.

Wren hanya bisa mencibir dalam hati, apa yang diimpikan Anita itu lebay.

Pernikahan tidak melulu soal ranjang dan kepantasan status di masyarakat. Menikah adalah penyatuan dua manusia lawan jenis, menyatukan keluarga dan visi misi. Tampak mudah di luaran. Pada kenyataannya pernikahan itu juga butuh kompromi.

Saling menghargai dan menjalin komunikasi yang baik.

Jika komunikasi saja sudah tersendat seperti provider ponsel saat musim hujan, tidak akan pernah ada yang namanya pernikahan bahagia.

Tidak hanya itu, Anita juga meninggalkan beban maha berat di pundak Wren hingga wanita itu menjadikan barang-barang di rumah sebagai pelampiasan kekesalan.

Anita sudah mengatur jadwal untuk bertemu klien setelah makan siang. Semalam mereka berdebat jika Wren tidak mau andil menjadi kuasa hukum Dominic. Wren berdalih, tidak perlu dua senior associate untuk menangani kasus perceraian dan perebutan harta gono gini. Anita bisa mengajak junior associate untuk menambah jam terbang dan pengalaman mereka.

Namun Anita tetap ngotot jika Wren harus ikut turun tangan. Apalagi si klien juga menginginkan Wren menangani kasusnya.

Bisa banget Dominic memanipulasi semuanya.

Dengan malas Wren mendekati meja kerja milik mereka berdua di dekat jendela kaca. Mereka memilih meletakkan meja kerja di sebelah jendela karena pemandangan kota Jakarta dengan gedung-gedung menjulang tinggi terlihat jelas dari lantai 20 apartemen mereka. Jika malam lampu kelap kelip gemerlap nampak indah dan menyingkirkan penat di tubuh setelah seharian bekerja.

Tangan Wren menjulur menjangkau berkas yang dua hari lalu di serahkan pada rekan sejawatnya. Selama mereka berbicara, Wren memilih mengungsi ke toilet restoran. Tidak ingin mendengar masalah yang di hadapi Dominic.

Terlebih lagi masalah yang menyangkut Kalinda.

Saat Anita sibuk memeriksa berkas, Wren pura-pura sakit kepala dan memilih untuk tidur Cepat. Dia sama sekali tidak tahu detail kasus yang menimpa kliennya.

Setelah jam makan siang, Wren harus pergi menemui kliennya kembali untuk menandatangani surat kuasa atas kliennya. Tapi sebelum itu terjadi, Wren akan nekat membaca berkas-berkas milik Dominic agar dia mendapatkan alasan untuk membatalkan bantuan hukum kepada klien jam karetnya itu.

Dengan persiapan hati yang mantap, Wren pelan-pelan membuka file bersampul kuning itu. Di lembar pertama terdapat data diri klien. Ada fotokopi E-KTP berwarna milik klien.

Dominic Sinatria.

Nama yang bahkan Wren tau saat pak Penghulu itu mengucapkan ijab qabul pernikahan. Membuat dada Wren bergetar walau samar.

Lembar berikutnya, ada fotokopi Buku Nikah. Memperlihatkan dokumen pernikahan antara Dominic dan Kalinda. Pernikahan megah yang bisa jadi impian semua Wanita. Mengusung konsep Autumn in Korea pernikahan mereka romantis dan tentu saja menelan biaya fantastis. Souvenir pernikahan mereka berupa gelang dengan batu swarowski yang berpendar indah jika terkena cahaya.

Wren tersenyum miris. Mereka sekarangadalah pihak yang bertikai di meja hijau. Kalinda menggugat cerai dan menuntut harta gono gini. Pernikahan impianpun, tidak bisa menyelamatkan biduk rumah tangga mereka.

Lembar berikutnya, adalah salinan berkas surat perjanjian. Dan yang mencengangkan, ini adalah surat perjanjian pra nikah. Wren sangat yakin jika otak di balik surat perjanjian ini adalah Kalinda.

Wren menghela nafas sebentar untuk memulai membaca. Mempersiapkan mental dan jantungnya karena Wren yakin, isi surat ini pasti gila.

Pihak pertama adalah Dominic Sinatria, dan pihak kedua adalah Kalinda Larasati. Disana juga tercantum nama seorang notaris yang menjadi saksi dan menerbitkan surat ini.

Beberapa lembar surat ini berisi pasal mengenai hak-hak yang di terima pihak kedua dalam hal ini istri. Dan hanya beberapa poin saja tercantum kewajiban istri yang sebenarnya tidak penting dan terkesan mengada-ada.

Seperti : Istri berkewajiban melayani suami. Menurut Wren ini masih wajar. Umum.

Yang aneh : Jika suami pulang bekerja dan istri tidak ada di rumah atau sedang tidur, maka suami harus memaklumi istri.

Wren segera menutup mulutnya dan tertawa. Kalinda memang sama gilanya seperti dulu. Tidak pernah ada yang menang melawannya.

Ini lembar terakhir pasal ketiga puluh. Berisi tentang harta dan kepemilikan kedua belak pihak. Seketika mata wanita itu terbelalak. Isi yang tercantum disini, hanya akan membuat Dominic rugi besar.

Wren menyugar rambutnya yang masih acak-acakan. Membaca kata demi kata.

Hebat banget Kalinda.... !

🐮🐮🐮🐮🐮🐮

"Keputusanku udah final Nit. Aku enggak bisa lanjutin ini lagi" Wren yang berada di parkiran sebuah gedung berbicara melalui telpon dengan Anita.

"Jangan dong Wren. Aku udah janji kita bakalan bantuin dia" Suara Anita bernada kekhawatiran.

"Lagian dia berani bayar mahal" Lanjutnya lagi.

"Sejak kapan associate di James & co goyah iman karena uang?" Tangan Wren mengepal di setir mobilnya.

"Bukannya gitu Wren, kita butuh uang juga kan untuk kantor?? Dan aku lama enggak liburan" Nadanya terdengar rendah di ujung.

Wren memutar bola mata.

"Kita enggak akan menang Nit, di atas kertas penggugat menang atas harta gono gini. Kan udah ada perjanjian pra nikah." Kilah Wren.

"Iya aku tahu, setidaknya buat mereka rujuk. Itu harapan klien kita !"

Wren terdiam. Ternyata Dominic masih mengharap Kalinda membatalkam gugatan cerainya dan kembali hidup normal seperti pasangan suami istri yang lain.

"Kalau kamu ngotot banget pengen bantuin klien itu, kamu jangan ngajak aku. Biar kasus perdata di Bantar Gebang aku yang nanganin"

"Enggak bisa Wren. Klien kita maunya kamu dan aku yang urus"

"Pokoknya aku mau batalin sekarang juga !"

Sambungan telpon di putus sepihak oleh Wren. Agar dirinya tidak mendengar rengekan Anita yang tergiur dengan bayaran mahal dari Dominic.

Tapi melawan Kalinda, itu bukan perkara mudah.

Lebih baik Wren menyerah sekarang.

🐮🐮🐮🐮

Gedung perkantoran ini masih sama seperti yang dulu. Tidak pernah berubah. Hanya saja mungkin pegawai resepsionis di Lobby bukan wajah-wajah lama. Tentu saja, itu sudah 8 tahun lalu. Mereka mungkin sekarang sudah resign dan menikah.

Wren melepas kacamata hitamnya saat mendekat ke meja resepsionis.

"Selamat siang Bu. Ada yang bisa di bantu?" Sapa Mbak resepsionis dengan senyum terbaiknya.

Ibu?? Wren sadar kalau dirinya sudah tua. Anti aging yang dioleskan ke wajah tiap malam belum menunjukkan hasil maksimal.

Bibir Wren tersenyum.

"Saya ada janji dengan Bapak Dominic Sinatria. Saya dari kantor Firma Hukum James & Co" Wren mengulurkan ID Card nya sebagai senior acociate untuk di tunjukkan pada resepsionis wanita berbaju hitam ini.

"Baik, saya akan memberitahu sekretaris Pak Dominic"

Resepsionis mengangkat gagang telpon untuk menghubungi sekretaris yang ada di lantai atas. Memberitahu jika Pengacara ingin bertemu.

"Baik, ibu silahkan naik ke lantai 15 dan berbelok ke kanan. Disana Ruangan Pak Dominic"

Wren mengangguk takzim seraya tersenyum

"Terima kasih"

Jantung Wren berpacu lebih cepat. Wren tidak tahu pasti. Apakah jantung tidak normal ini di sebabkan karena lelah berjalan beralas kaki sepatu berhak 10cm? Atau tidak normal karena klien itu sendiri.

Sepanjang perjalanan menuju ruangan Dominic, Wren hanya menunduk. Mewaspadai jika bertemu dengan orang lama yang mungkin masih mengingatnya.

Pintu lift terbuka. Setelah berbelok ke kanan, ada seorang wanita berpakaian seperti dirinya menunggu tamu sang atasan.

"Mari Bu, sudah di tunggu Pak Dominic"

Sekretaris itu membawa Wren menuju ruangan Dominic. Membukakan pintu dan menanyakan Wren mau minum apa.

"Tidak usah, terima kasih. Saya hanya sebentar" Tolak Wren halus.

Setelah mengucap permisi sekretaris Dominic keluar dari ruangan bosnya.

"Akhirnya kamu sampai juga" Dominic berdiri menyambut pengacara pilihannya dengan senyum yang menampakkan gigi seri yang bisa membuat jantung Wren rontok.

"Kamu enggak usah basa basi gitu. Kayak sama siapa aja !" Wren menatap sinis Dominic. Melesakkan pantatnya di kursi menghadap pria lemah itu.

"Oh, kamu mau nostalgia?" Dominic bertopang dagu dengan kedua tangan mengepal. Senyumnya masih ramah.

Wren membuang muka. Manipulatif !

"Seharusnya kita enggak usah bicara formal."

"Baik, setuju. Biar kerja sama kita bisa terjalin akrab kan?"

Wren tersenyum sarkas.

"Siapa bilang? Aku mau batalin kerja sama Kita. James&co memutuskan untuk mundur selaku kuasa hukum Bapak Dominic Sinatria !"

Dominic yang semula berwajah ramah kini mengernyitkan alis.

"Kamu enggak bisa batalin gitu aja"

"Bisa, kita belum tanda tangan surat kuasa."

"Apa menurut kamu bayaran yang aku tawarkan kurang besar? Aku bisa nambahin. Kamu mau apa? Kamu mau mobil, rumah, saham, apartemen, atau kamu mau lanjutin kuliah, aku bisa kasih. Asal kamu bantu aku batalin Gugatan Kalinda !" Dominic menyugar Rambutnya kasar. Membuat dahinya yang tertutup poni terbuka.

"Ini bukan soal bayaran !" Gertak Wren.

"Aku masih enggak percaya kalau kamu sekarang enggak doyan duit !" Dominic tergelak memghina masa lalu Wren.

"Aku cuma enggak mau berurusan sama Kalinda !" Alasan ini terungkap juga akhirnya.

"Apa itu alasannya??"

"Aku enggak mau lagi ada urusan dengan kalian berdua !" Tunjuk Wren dengan jari manisnya ke arah Dominic. Rasanya kenapa sesak sekali.

"Aku yakin, cuma kamu yang bisa bantuin aku sama Kalinda !"

"Harusnya kamu bisa nyelesain masalah kamu sendiri tanpa bantuan pengacara? Kamu kan paling bisa ngrayu Kalinda untuk memaafkan kamu dan baikan seperti enggak pernah terjadi apa-apa diantara kalian?" Wren mengedikkan bahu. Mereka adalah couple romantis yang menjadi idola pada masanya. Dominic, laki-laki baik hati yang bersedia mengalah demi cinta.

Dominic bangkit dari posisi duduknya yang mulai gusar. Pengacara yang diyakini akan membantu menuntaskan masalah menolak tegas. Bahkan membatalkan kerja sama mereka.

"Kamu enggak perlu ungkit-ungkit soal itu lagi. Cobalah menjadi lawyer yang profesional. Aku klien kamu !" Wajah Dominic terlihat meredup. Bukan tidak suka jika Wren mengumbar masa lalunya bersama Kalinda. Lelaki itu tiba-tiba teringat jika kisah cintanya bersama Kalinda, adalah kisah yang manis. Bahkan, dirinya tidak akan malu jika harus menceritakan romantisme kisah cintanya kepada anaknya nanti.

"Aku emang enggak pernah profesional dalam membantu kalian berdua. Dulu atau sekarang bagiku sama aja !" Wren yang tak ingin berlama-lama di ruangan ini melemparkan berkas milik Dominic di meja. Tanpa Permisi, Wren melangkah keluar ruangan.

Dominic akan mengejarnya. Namun ia ingat soal harga diri dan kesetiaan yang di junjung tinggi. Tidak mungkin Dominic berlarian mengejar seorang wanita sepanjang koridor kantor dan berdebat di Lobby. Dominic masih suami sah Kalinda. Mungkin hingga ketuk palu pengadilan agama.

Wren memutar kenop pintu dengan kasar hingga tidak sadar dia menubruk seorang pria berbadan tegap. Kepala Wren terantuk dada yang berbalut kemeja milik pria tampan itu.

Saat wajah Wren mendongak untuk meminta maaf, pandangan mereka Bertemu.

Begitu Wren tau siapa yang di tabraknya, wanita itu semakin mempercepat langkah. Salah langkah bisa menimbulkan bahaya.

"Bang, itu tadi siapa. Gue kayak kenal?" Jantaka yang baru saja di tabrak Wren bertanya pada Dominic yang sedang duduk bersandar di sofa dengan mata terpejam.

"Pengacara gue" Dominic masih tetap dengan posisi sama.

"Pengacara lo??" Jantaka semakin tak percaya. Buru-buru pria ini mendekat Kakak tirinya.

"Yang bener Bang?" Jantaka menggeret lengan Dominic untuk mendapatkan perhatian. Sedang si abang, tidak menggubris adiknya.

Dominic hanya mengangguk.

"Dia Wren kan? Sejak kapan lo ketemu dia lagi? Ketemu dimana Bang ?!!" Jantaka semakin tak sabar.

"Gue ketemu seminggu yang lalu..."

"Lo lagi enggak becanda kan Bang?? Yang bener aja, dia kan mantan istri lo !

🐮🐮🐮🐮🐮

Selamat sore gaesss....

Semoga sehat selalu ya....

See you....

Terpopuler

Comments

Nacita

Nacita

Wah wah wahhhhhhh nnti juga bkln ketauan siapa yg doyan duit, eh bkn doyan sih klo doyan sih gue juga doyan ya semua org juga doyan kali, serakah lebih tepatnya😏

2022-12-20

0

H!@t>🌟😉 Rekà J♡R@

H!@t>🌟😉 Rekà J♡R@

Jantaka...😑😑😑😑😑

2022-06-02

0

Cucu Saodah

Cucu Saodah

owh hohoho..... mantan istrinya ternyta

2022-02-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!