PENGHIANAT CINTA.

🐮🐮🐮🐮🐮🐮

"Ada yang busuk disini" Anita mendesis. Matanya bergantian memandang dua kertas putih masing-masing di tangan kiri dan kanan. Di meja tampak file berserakan.

Spontan, Wren mencium gulungan sushi yang di jepit sumpit setelah di cocol saus teriyaki. Sushi ini baru saja di kirim oleh kurir pesan antar makanan online. Tidak busuk, masih fresh. Wanita itu mencebikkan bibir. Bisa-bisanya bicara menjijikkan saat dirinya sedang makan.

"Sushi ini layak untuk dimakan." Wren langsung mengunyah sepotong sishi itu hingga pipinya menggelembung.

Anita menghela nafas, bola matanya berputar.

"Bukan sushimu Wren" Anita menangkap maksud sahabatnya. Untung Wren tidak melemparnya dengan gumpalan kertas karena menyinggung busuk saat teman sejawatnya itu sedang menikmati makan siang setelah di gempur pekerjaan dari pagi buta.

"Terus apanya yang busuk?" Wren mengulik sushi dengan sumpit dan menjepitnya. Sesekali tangan kirinya mengibas leher karena risih dengan rambut panjangnya yang tergerai.

"Pasti di antara mereka berdua ini, salah satunya adalah penghianat" Anita meletakkan file di tangan kirinya dan menjangkau file lain untuk diambil dan di amati serius.

"Siapa?"

"Klien kita" Wren yang tidak peduli pergerakan Anita dan fokus menikmati makan siang dikejutkan dengan sambaran tangan Anita yang mencomot sushi yang akan di makannya.

"Kamu yang penghianat" Sarkas Wren menyindir Anita. Sushi yang sedianya dimakan di ambil Anita tanpa permisi. Seperti kekasih yang direbut paksa oleh sahabat sendiri. Bukannya itu sinonim dari penghianat???

Keduanya tergelak bebas. Saling menyindir bahkan mengolok setiap hari adalah kebiasaan mereka. Hingga keduanya melupakan umur yang kian menua.

"Terlapor mungkin penghianatnya, tapi bisa jadi klien kita yang sebenarnya menipu." Mereka berdua kembali serius, menghadapi pekerjaan yang pelik menurut mereka.

"Itu bisa saja sih kejadian. Kamu ingat enggak kita pernah nanganin kasus suami yang mencari keadilan karena kematian istrinya?" Wren mengacungkan sumpit ke arah Anita. Membuka kasus lama yang pernah mereka ungkap di pengadilan.

Anita mengangguk ingat. Bagaimana bisa mereka lupa. Itu adalah kasus kematian yang sempat membuat wilayah New Hampshire heboh. Suami korban mendatangi kantor James&co untuk di beri bantuan hukum. Karena suaminya mencurigai perusahaan tempat istrinya bekerja memaksa istrinya lembur hingga membuat istrinya kelelahan dan meninggal.

"Kita sempat simpatik dengan klien kita kan? Sampai kita menemukan fakta jika dia cuma mengarang cerita? Istrinya meninggal karena suaminya membekapnya dengan bantal." Wren menghela nafas pernah bekerja sia-sia untuk klien yang rupanya adalah penjahat itu sendiri.

"Suaminya cuma ingin menuntut sejumlah uang karena ternyata mereka memiliki banyak hutang" Anita ikut sebal. Wanita itu ikut pusing mencari fakta di TKP dimana si istri itu tewas. Hasilnya? Hanya di tipu mentah-mentah.

Di jaman sekarang banyak sekali orang jahat yang mengaku menjadi korban dan paling tersakiti.

Wren menghentikan kegiatan makan siangnya. Meneguk air mineral untuk membasahi tenggorokan.

"Terus klien kita yang ini adalah seorang suami kan?" Tanya Wren seraya mengelap tangannya dengan tisu basah.

Anita mengangguk kembali. Wajahnya tampak sedikit lesu. Wanita itu berharap jika dia tidak memiliki klien manipulatif seperti yang pernah di tanganinya dulu.

"Bagaimana mungkin seorang suami meminta perlindungan hukum karena ditipu istrinya sendiri???" Anita meletakkan kembali file di meja. Berkumpul dengan file yang acak-acakan.

Matanya melebar seperti tak percaya dengan kasus yang mereka tangani.

"Bukan hanya suami yang pernah di tipu istri. Banyak juga istri yang ditipu suami" Wren merapikan file acak-acakan itu tanpa membacanya. Anita memang tetaplah Anita. Seharusnya seorang senior Acociate harus bekerja dengan rapi.

"Ah, yang bener kamu Wren. Emang kamu pernah liat yang kayak gitu?" Anita tampak ragu.

Melihat kawannya mengangguk mengiyakan semakin Anita tak percaya.

Wren sendiri juga tidak paham dengan Anita yang lugu. Lelaki yang katanya mencintai kita, bisa berubah kapan saja menjadi sosok yang kejam dan tega.

"Ngliat langsung?" Anita memburu.

Mendadak Wren yang sedang merapikan file menjadi kikuk.

"Ya enggaklah. Kelihatan banget kamu enggak pernah nonton berita kriminal." Wren menguasai degub jantungnya yang mendadak tidak normal. Takut sahabatnya mencurigai sesuatu.

"Sepanjang hari kita bekerja, mana sempat nonton TV atau membuka internet. Lagian kasus yang sering kita tangani kebanyakan dari kalangan menengah kebawah untuk mencari keadilan. Aku rasa keputusan James & co untuk membuka kantor di Jakarta berhasil. Banyak orang yang menerima ketidakadilan hukum disini."

"Tapi aku denger dari bagian junior advokat, kalau klien kita ini bukan kalangan menengah kebawah" Wren mengambil kunciran dari saku blazernya kemudian mengikat rambut asal.

"Iya, bukannya kamu udah hubungin dia kan? Udah buat janji?"

"Dia akan mengatur waktu untuk pertemuan. Tapi ini sudah seminggu yang lalu dan dia tidak mengkonfirmasi apa-apa" Wren menghembuskan nafasnya. Wanita ini paling tidak suka dengan orang yang menyia-nyiakan waktu. Seperti tidak sungguh-sungguh dalam minta bantuan.

Kantor James&co, buka di jam 06.00 pagi tepat. Itu sudah berlangsung selama puluhan tahun dan tidak akan pernah berganti waktu. Wren sedikit kesal dengan sikap kliennya ini.

"Kita tunggu aja. Soalnya aku tertarik sih buat bantuin. Jarang-jarang kan kita dapat kasus aneh kayak gini" Anita tertawa kecil. Lawyer seperti mereka memang harus menjajal tantangan baru.

"Dan semoga aja dia enggak nipu kita. Aku agak khawatir" Wren menggigit bibir bawah.

Anita mengedikkan bahunya. Semoga klien kali ini adalah orang yang jujur.

Rasa khawatir menggelayuti pikiran Wren sejak seminggu yang lalu. Dimana terakhir kali dirinya menelpon sang klien untuk meminta bertemu.

Ada desiran aneh jika mengucapkan nama Dom Mi Nic.

🐮🐮🐮🐮🐮🐮

Bibir milik Dominic merekah sebentar sejurus kemudian perlahan menarik lengkungan itu ke posisi normal. Kedua tangan menggenggam segelas coctail diatas meja minibar.

Dominic merutuki kebodohannya selama ini.

Menganggap cinta sejati itu nyata hingga mati. Namun itu semua sekarang hanyalah omong kosong.

10 tahun bersama itu bukan perkara gampang.

Hati kecilnya menolak jika Kalinda yang ia kenal dulu menjadi Kalinda yang 360 derajat berbeda. Bagaimana perangainya bisa berubah. Setelah semuanya ia korbankan untuk cinta.

Pria berusia 33 tahun itu tidak pernah merasakan galau yang teramat sangat apalagi di karenakan kisah asmara.

Kalau dipikir-pikir, dirinya kurang apa?

Setia, juga tidak terlalu jelek. Tampan hingga banyak wanita yang berusaha masuk menjadi orang ketiga dan Dominic menolak mentah-mentah.

Banyak di antara koleganya melakukan politik kotor dengan menghadirkan wanita seksi di ruangan meeting agar proyeknya mulus.

Itu semua, tidak berlaku baginya.

Setia dengan pasangan adalah prisip utama.

"Mas, aku bisa menemani kamu malam ini" Seorang hostess berpakaian minim dengan belahan dress di paha mendekat mengelus pundak milik Dominic yang tertunduk.

Pria itu tidak merespons. Diteguknya coctail kembali, muak dengan wanita penghibur di klub malam.

"Ayo Mas. Malam ini aku akan kasih servis yang hot buat kamu" Jari lentik dengan kuteks warna merah menyala ini mengelus pipi Dominic agar pria itu terbakar gairah.

"Tolong kamu pergi. Saya masih bisa mengusir kamu secara baik-baik..."

Bukannya menyerah, wanita penghibur ini kian tertantang. Banyak di antaranya lelaki yang awalnya dingin kini menjadi langganan tetap dan memberikan pundi-pundi uang yang banyak.

"Silahkan pergi" Dominic menatap nyalang si wanita penghibur dengan mata tajam menghunus. Dia harus tegas menolak dan pikirannya masih waras walaupun berkali-kali menenggak alkohol.

Wanita penghibur menyerah dan kembali menghampiri pria kesepian dan banyak masalah yang lain. Dominic bukan sasaran empuk.

Disaat masalah rumah tangga tengah menggerogoti pikirannya, yang dia butuhkan hanyalah solusi. Bukan hiburan, apalagi menerima pelukan wanita penghibur. Setelah layanan selesai, masalah itu akan datang kembali.

Sia-sia selama ini predikat lelaki setia ia sandang jika goyah dengan rayuan wanita murahan.

Diambilnya ponsel yang tersimpan di saku celana. Membuka aplikasi chat warna hijau dan mengirimkan pesan kepada lawyer yang akan membantunya untuk bernegosiasi dengan Kalinda.

Membuat janji untuk bertemu besok di tempat yang telah di tentukan.

Dalam hatinya, tidak pernah terpikir jika ia akan melawan istrinya sendiri dan akan membicarakan ini baik-baik.

Tapi ketika Kalinda datang dengan kuasa hukum untuk merampas haknya , Dominic juga membutuhkan kuasa hukum untuk membelanya.

Tidak lucu kan jika kekayaan yang selama ini di dapatkan dengan susah payah jatuh ke tangan istrinya sendiri ? Apalagi sang istri telah melayangkan gugatan cerai.

Semuanya telah ia korbankan.

Harga diri, rasa malu. Hanya untuk cinta kebahagiaan sang istri.

Termasuk cinta sejatinya untuk Kalinda.......

🐮🐮🐮🐮🐮🐮

...Dukung aku terus yaaa dengan like n comment......

...selamat sore........

Terpopuler

Comments

Cucu Saodah

Cucu Saodah

masih nyimak aja thor.... menikmati alur cerita mu

2022-02-09

0

Nur Kholifah

Nur Kholifah

mungkin dominic itu calon jodohnya wren ya thor

2021-12-23

0

azra

azra

hemh kdng yg kita anggap baik blm tentu trbaik utk kita

2021-10-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!