🐮🐮🐮🐮🐮
Jantaka, walaupun dia adalah pria playboy penghuni setia tempat kongkow paling elite Jakarta, nyatanya dia adalah adik Dominic yang paling setia.
Meskipun Jantaka lahir dari pernikahan siri sang Ayah, namun bonding diantara keduanya memiliki sinyal yang kuat.
Hanya saja, sifat mereka sangat bertolak belakang dalam hal pasangan.
Dominic, pria yang setia dengan cinta sejatinya sampai mati yaitu Kalinda. Wanita yang menjalin hubungan pernikahan kurang lebih selama 4 tahun dengan masa pacaran lebih lama dari usia pernikahan mereka sendiri. Kalinda, mengisi ruang yang ada dalam hati Dominic hampir seluruhnya setelah Ibu Dominic meninggal dunia.
Jantaka, di takdirkan untuk menjadi pria penuh dengan pesona mematikan. Laki-laki itu selalu berhasil menjerat gadis cantik incarannya.
Termasuk seorang gadis yang pernah termakan rayuan gombal mematikan dengan wangi parfum yang membuat mabuk kepayang. Membuat Dominic kakaknya tidak akan pernah melupakan kejadian di tengah malam itu. Pembalasan dendam dari gadis itu terasa menyesakkan Dadanya secara tiba-tiba.
Yang membuat Dominic salut dengan Jantaka adalah, adiknya itu selalu menjunjung tinggi hubungan pertalian darah. Jantaka sadar jika dirinya hanyalah adik Dominic dari pernikahan siri ayahnya dengan wanita Jawa hingga adiknya itu diberi nama Jantaka.
Jantaka, juga tidak pernah peduli dengan harta atau perusahaan yang dimiliki Ayahnya. Dia merasa tidak pernah berbuat apa-apa untuk membuat perusahaan semakin jaya. Tangan dingin Dominic lah yang membuat perusahaan Ayah maju pesat.
Setelah syarat-syarat terpenuhi sebagai pemegang hak waris perusahaan, Ayah mereka meninggal dan Dominic sepakat memberikan kepemilikan saham sebesar 15% untuk Jantaka. Dan dengan profit yang di terima, lelaki itu menebar pesona ke semua wanita.
Dominic tidak ambil pusing dengan ulah Jantaka. Jika Tuhan mengizinkan, adiknya insyaf suatu hari nanti.
"Bang, gimana perkembangan gugatan Kalinda?" Jantaka menanyakan hal serius namun pandangannya tak lepas dari ponsel yang melekat seperti tikus yang terkena lem jebakan.
"Gue belum menemukan titik terang. Apa menurut lo gue bisa menang melawan Kalinda??" Dominic mencondongkan badan kearah meja. Kedua jarinya bertaut diatas meja kerja.
Menatap serius adiknya. Meminta pendapat dari sang cassanova.
"Menang atau enggak itu urusan belakangan. Yang penting harga diri lo Bang. Berapa banyak waktu lo terbuang sia-sia bersama Kalinda. Sampai lo rela...."
"Stop ! Gue enggak mau bahas itu !" potong Dominic cepat. Sebelum adiknya itu kehilangan kendali. Menghadirkan kisah yang seharusnya tidak pernah ada. Menjadi jejak yang sukar terhapus.
Jantaka paham spontan mengatupkan bibir. Mana mungkin di tengah kondisi rumah tangga yang sedang kalut dirinya malah mengorek luka lama.
"Terus lo udah usaha apa aja untuk melindungi semua harta berharga peninggalan almarhum papa?" Dia pikir, bahasan strategis begini lebih baik ketimbang membahas sesuatu yang sudah lama berlalu. Perusahaan dibangun sedemikian rupa oleh sang Ayah, Jantaka sendiri tidak akan pernah rela jika hartanya akan di rampas wanita yang sekarang masih menjadi istri kakaknya.
"Gue udah minta bantuan pengacara untuk memback up gue. Gue bisa aja berbagi harta gono gini. Tapi lo tau sendiri kan Kalinda mau semuanya?" Dominic mendesah pasrah. Kalinda berdalih jika harta yang Dominic miliki adalah hak penuh milik Kalinda. Sebagai harga yang harus Dominic bayar atas kebersamaannya selama ini.
Terdengar licik. Tapi cinta itu tidak punya mata. Dominic terus mencari celah agar semuanya membaik dan Kalinda membatalkan gugatan cerainya.
"Lama-lama dia itu enggak waras. Gue pikir dia pacar terbaik lo dulu. Dan enggak mungkin incar harta lo karena dia juga kaya. Tapi gue ilfeel begitu dia memaksa lo...."
Dominic membuat geraman yang membuat Jantaka menyiutkan nyalinya kembali. Hanya itu yang bisa membangkitkan mood buruk abangnya.
"Ok, gue enggak akan keceplosan lagi"
🐮🐮🐮🐮
Anita menyikut lengan Wren di atas meja. Bibirnya mendesis memanggil nama Wren berulang kali. Mata milik Anita sesekali melirik ke sekeliling restoran tempat mereka akan bertemu klien jam karet itu.
Wren mengabaikan sikutan Anita yang hanya akan menunjukkan pria-pria eksekutif muda dan berpakaian rapi. Rata-rata wajah mereka tampan hingga membuat wanita 30 tahun ini begitu terpana.
Sesekali Wren melirik jam tangan dengan raut wajah kesal. Klien yang meminta bantuan hukum padanya tidak kunjung menampakkan batang hidungnya. Padahal dia sendiri yang membuat Janji. Menentukan waktu beserta tempatnya.
Dalam hati Wren, sebenarnya siapa yang lebih membutuhkan? Dia atau si klien? Wanita itu kesal jika ada orang yang suka mempermainkan waktu.
"Apa Sih Nit??" Hardik Wren dengan nada menggeram pelan saat Anita menyodok lengannya dengan sikut.
Wren mulai tersulut emosi. Kombinasi orang yang tidak disiplin waktu dan wanita kegatalan serasa menyentil ulu hatinya.
"Kamu liat dong Wren, banyak cowok-cowok ganteng eksekutif muda makan siang disini..." Cicit Anita kegirangan. Wajahnya berbinar senang. Seolah dirinya berada di tengah taman bunga yang menyejukkan mata.
Wren hanya menggeleng dan kembali menekuri ponsel.
Dilema, dia ingin menelpon si klien untuk mengonfirmasi pertemuannya yang molor hampir satu jam, dibatalkan atau lanjut menunggu. Namun wanita itu sangat Enggan untuk membuat panggilan. Suara sang klien masih membekas di indera pendengarannya dan membuatnya merasakan deja vu.
Anita meremas lengan Wren yang tertutup balzer warna hitam saat ada salah seorang pria eksekutif muda yang duduk berjarak 2 meja dengannya bermain mata.
"Anita ! Please jaga sikap. Kita mau ketemu klien" Wren menepis remasan tangan Anita di lengannya dan membuat sahabatnya itu cemberut.
"Ada yang salah?" Mata Anita mengintimidasi. "Aku cuma mengagumi makhluk Tuhan . Mereka semua ganteng. Dan kamu apa kabar??"
Anita menyeringai membuat Wren memundurkan wajah sedikit.
"Kamu enggak tertarik sama mereka? Aku yakin kamu masih normal kok !"
"Kita lagi nunggu klien Nit. Kita kerja !" Pungkas Wren kesal.
"Ini jam setengah satu siang. Anggap aja jam Istirahat. Kamu lanjut aja kerja lagi. Kalau aku berhasil dapat kenalan, kamu jangan iri ya??"
"Terserah !" Kalimat pamungkas Wren. Sinonim dari Aku tidak peduli.
Anita mengambil gelas berisi jus dengan kesal dan menyedotnya hingga tersisa setengah gelas.
Pekerjaan menunggu klien membuat Wren mendadak gerah dan risih dengan rambutnya yang tergerai. Wanita itu lupa membawa kuncir rambut hingga berinisiatif mengubah fungsi pulpen menjadi tusuk konde dadakan .
Angin serasa berhembus di tengkuknya saat rambutnya sudah di gelung. Rasanya melegakan, seperti beberapa tahun lalu saat rambutnya pendek.
🐮🐮🐮🐮
Ponsel yang tersimpan di dasboard mobil bergetar menerima pesan masuk. Bersamaan pula dengan mobilnya yang terhenti di depan lobbi restoran.
Rupanya itu pesan dari Lawyer yang menanyakan keberadaannya. Dengan cepat Dominic membalas pesan Itu. Mengabarkan jika dia telah sampai.
Mobil di ambil alih oleh petugas valet parking. Dengan langkah lebar, pria itu masuk dengan membawa beberapa berkas di tangan kanannya.
Pria itu ketar-ketir jika Lawyer yang akan membantunya mendadak berubah pikiran karena kedatangannya yang terlambat hampir satu Jam dari waktu yang di tentukannya sendiri.
Lawyer dari kantor Firma Hukum James&co terkenal disiplin waktu. Mereka juga tidak tergiur dengan uang yang akan diberikan klien jika berhasil memenangkan kasus. James&co berpegang teguh pada prinsip keadilan yang harus Mereka junjung tinggi.
Dua orang wanita berpakaian rapi duduk di meja yang di pesannya. Dari kejauhan, Dominic sudah bisa merasakan aura kedua lawyer pilihannya itu. Pria itu yakin tidak salah memilih.
Dominic yang sudah terbiasa bertemu dengan orang dari berbagai kalangan mendadak merasakan degub jantungnya berpacu lebih cepat.
"Selamat siang..." Akhirnya Dominic berhasil menyapa pengacaranya dengan nafas sedikit terengah karena berjalan dengan langkah lebar memasuki areal restoran.
Membuat Anita dan Wren yang dari tadi sibuk menekuri ponsel kompak mendongakkan wajah.
Senyum Anita terlihat ramah dan menjabat tangan klien barunya.
Sedang Wren yang tadinya tersenyum lebar, membuat kesan ramah pertemuan pertama, bibirnya menyusut seketika. Matanya terpaku.
Bayangan lelaki yang pernah merintih kesakitan di siang hari itu membuat ingatannya kembali terbuka.
Dominic yang sedianya juga menjabat tangan Wren juga terpaku dengan tangan terjulur. Bersamaan itu pula pulpen yang beralih fungsi menjadi tusuk konde dadakan lepas membuat rambutnya tergerai meloloskan diri.
Sejak kapan dia suka rambut panjang?
Siapa sebenarnya yang busuk?
What happen girl? Setelah semua pria-pria ganteng yang makan siang disini kamu abaikan kenapa kamu malah terpana dengan klien kita yang penuh dengan masalah.
Anita ikut mematung. Memandang bergantian mereka berdua. Sahabat dan klien barunya. Yang lebih membuatnya heran, pipi Wren bersemu merah.
🐮🐮🐮🐮
...Selamat malam semuanyaaaa..........
...tetap jaga protokol kesehatan ya. soalnya saya skrg kena lockdown jadi gabut gk ada kerjaan.jadinya nuliss novel......heheheh....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Nacita
Selalu suka karya2mu 😍😍😍😍😍
2022-12-19
0
Cucu Saodah
ada apa dengan do mi nic dan wren?
2022-02-09
0
Nur Kholifah
penasaran
2021-12-23
0