Sesampainya disekolah Hengky melihat pak satpam masih ada disana, hendak menutup gerbang sekolah yang sangat sunyi. Dengan sigap langsung saja Hengky menghentikan langkahnya.
"Stop pak, stop!" teriak Hengky buru-buru. Ia menatap cemas pada bangunan di hadapannya. Dia bahkan yakin jika Reyna masih berada didalam sana. Fikiran Hengky pun ikut hanyut dalam perasaan yang tak ia inginkan sebelumnya.
Perasaannya semakin menjerit dan sakit membayangkan sesuatu yang seharusnya tidak terjadi pada gadis itu. Entah mengapa firasat buruk menghantuinya dalam mencari keberadaan Reyna.
"Loh ada apa den?" tanya satpam membuat Hengky dengan sigap mencari alasan.
"Maaf pak, handphone saya ketinggalan dikelas, sebentar ya pak, saya ambil dulu" ucap Hengky sambil berjalan dan membalikkan wajahnya menghadap beliau yang kini menggeleng menatap pria itu.
Hengky berlari, memanggil nama Reyna berkali-kali. Namun teriakannya tak membuahkan hasil, tiada jawaban meski suara pria itu hampir habis. Hengky tak berfikir banyak, langkahnya segera berlari menuju toilet yang ia curigai. Perasaannya sangat tidak enak, begitu ia masuk, Hengky langsung membuka satu persatu toilet.
Ceklek ceklek
"Apa?! dikunci?" Hengky mencoba mendobrak pintu itu. Betapa terkejutnya ia setelah pintu terbuka dan melihat potongan rambut berserakan di atas lantai.
"Rey! kamu dimana Rey?!" teriak pria itu lagi dan lagi, namun masih saja tidak ada jawaban dari sana.
Hengky segera membuka satu persatu pintu toilet disana, dan sampailah ia pada pintu toilet terakhir yang tertulis bahwa toilet didalam tengah mengalami kerusakan.
Seolah tidak perduli, Hengky mendobrak pintu itu sekuat tenaga. Seketika tubuhnya lunglai saat mengetahui sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan.
"REYNAAAA!!!!" Hengky terkejut melihat Reyna tak sadarkan diri, terlebih kaki dan tangannya diikat serta mulutnya dibungkam menggunakan lakban, seluruh tubuhnya lebam, kepalanya mengeluarkan banyak sekali darah dan wajahnya yang putih dan mulus itu penuh bekas cakaran.
Perlahan Hengky membuka lakban yang membungkam mulutnya, dan terlihat bagian mulutnya juga mengeluarkan darah, rambutnya juga menjadi pendek sekarang dengan potongan yang acak-acakan.
"Rey, bangun Rey, Reyna!" teriak Hengky ketakutan sambil menggoyangkan tubuhnya perlahan. Namun tidak ada respon sama sekali, ia merasa takut dan hatinya terasa sakit ketika melihat keadaan gadis itu sekarang.
Langsung saja Hengky membawa gadis itu keluar dari sana, pria itu menggendong Reyna ala bridal style. Ia berlari keluar dari sekolah dan hendak menuju rumah sakit untuk menyelamatkan gadis itu.
"Astaga! kenapa dia den?" tanya satpam yang tampak kaget menatap Hengky yang tengah membawa Reyna dengan keadaan yang sudah tidak berdaya.
"Bapak, tolong bantu saya ya, bawa motor saya itu kunci masih nancap, saya akan bawa dia naik taksi, kita kerumah sakit sekarang" kata Hengky panik.
Satpam itu hanya mengangguk sambil mengiyakan kata-kata Hengky. Ia kemudian bergegas mengunci pintu gerbang seraya pandangannya tak lepas dari Hengky dan Reyna yang berada digendongnya.
Sesampainya di rumah sakit Hengky langsung mencari seorang dokter dan suster untuk merawat Reyna.
"Ada apa ini?" tanya seorang dokter dengan matanya yang menatap tajam kearahnya.
"Korban penganiayaan dok, tolong dok selamatkan teman saya" mohon Hengky dengan perasaannya yang campur aduk dan wajahnya yang begitu cemas melihat keadaan Reyna.
"Cepat, suster bawa dia ke UGD" ujar dokter dengan sigap dan langsung direspon oleh suster. Hengky mengikuti langkah suster itu yang membawa Reyna untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut.
Suster langsung memeriksa keadaan Reyna, dan keluar dengan buru-buru. Sekitar 2 menit kemudian suster kembali membawa dokter yang tadi, dan dokter memeriksa ulang untuk memastikan keadaannya.
Terlihat wajah pria itu merasa sangat cemas. Bahkan baju yang Hengky kenakan kotor penuh dengan lumuran darah tak ia hiraukan.
"Ada apa dok?" tanya Hengky yang sangat khawatir kala dokter muda berkacamata itu keluar dari ruangan Reyna.
"Kita harus membawanya ke ruang ICU, dia kehilangan banyak darah dan detak jantungnya melemah" ujar dokter itu dan dengan segera diberi anggukan oleh sang suster.
Hengky semakin cemas. Tak tau apa yang harus ia lakukan selanjutnya jika terjadi sesuatu padanya.
Hengky mengacak rambutnya, dan mengusap wajahnya dengan kasar.
"Kamu tunggu saja diruang tunggu, biarkan kami memeriksa sebentar" lanjut dokter membuat Hengky mengangguk lemah sambil sedikit memohon padanya.
"Dok, apapun yang terjadi tolong selamatkan lah Reyna, saya mohon dok" kata Hengky dengan matanya yang berkaca-kaca.
"Doakan saja semoga teman adik tidak apa-apa, kami akan melakukan sebaik mungkin. Oh ya, siapa orang tuanya?."
"Saya akan segera menghubungi pihak keluarganya dok, tapi tolong Reyna dulu dok, dia kehilangan banyak sekali darah" dokter hanya mengangguk. Lalu dari jauh terlihat satpam sekolah tadi telah sampai dan berlari menemui Hengky dengan tatapannya yang sama khawatirnya dengannya.
Hengky ikut menatapnya dengan pandangan sendu. Sebuah kekhawatiran yang begitu membuat ku terguncang, terjadi pada gadis yang begitu ia cintai.
"Den, bagaimana keadaan non Reyna? dan sebenarnya apa yg terjadi padanya?" tanya satpam yang keheranan beserta cemas meliputi wajahnya.
Pasalnya ia yang mengunci semua ruangan di seluruh pintu sekolah. Bahkan sebelumnya ia juga mengecek satu persatu ruangan sebelum menguncinya dengan rapat.
"Ini semua gara-gara Fani pak, Fani dan teman-temannya itu pasti yg melakukan hal ini pada Reyna, kita harus segera melapor pada polisi pak" kata Hengky dengan emosi yang memuncak.
Ia hendak melangkah untuk segera melaporkan perbuatan mereka ke pihak yang berwajib, namun sebelum Hengky lebih jauh melangkah satpam segera menghadang tubuhnya.
"Sabar den sabar, kita harus selidiki dulu pelakunya, lebih baik kita hubungi dulu keluarga Reyna" kata satpam membuat Hengky mengusap kasar wajahnya serta mengangguk dan menurut padanya.
Sebenarnya pria itu sudah sangat geram dengan apa yang dilakukan oleh orang idiot itu. Kemarahannya memuncak kala mengingat betapa kejamnya mereka terhadap Reyna.
Reyna yang tidak berdosa, gadis lugu dan polos. Ia bisa menerima cobaan seberat ini hanya gara-gara Fani yang tidak tau diri itu.
Pada saat itu, Hengky baru mengerti bahwa Reyna sangat sendiri di dunia ini, bahkan papa dan mamanya tidak menjenguk Reyna sedikitpun.
Oma pun sama, tak menjenguk Reyna sama sekali, dia hanya kerumah sakit untuk mengurus administrasi. Walau begitu diawal kesadarannya Reyna tetap tersenyum seolah tidak terjadi apapun. Bahkan dia juga tidak mencari keberadaan keluarganya, seperti sudah terbiasa terjadi padanya.
Setelah kejadian itu setiap hari Hengky selalu menjenguknya, bahkan kadang maminya juga ikut menjaga Reyna. Sedangkan Fani dan teman-temannya hanya di skors selama 1 bulan.
Sebenarnya Hengky tidak terima, dan hendak melaporkan dia ke pihak yang berwajib, tapi apa yang dibayangkan olehnya tak semudah kenyataan yang harus ia terima. Sementara melapor Hengky juga harus menyertakan laporan dari pihak keluarganya. Sesuatu yang begitu menyedihkan hingga Hengky merasa iba pada Reyna, mereka sudah tak peduli lagi pada putrinya.
Pihak sekolah pun tidak berani mengeluarkan Fani dari sekolah, karena ayahnya adalah penyumbang dana terbesar di sekolah kami.
Seminggu kemudian.
ceklek
Hengky membuka pintu kamar rawat Reyna. Tak lupa senyum pria itu pada Reyna membuat gadis itu membalas senyum seperti biasa.
"Hai Rey, gimana keadaan kamu?" tanyanya dengan penuh senyuman yang biasa ia berikan.
"Em aku udah mendingan kok Ky, gimana sekolah kamu?" tanya Reyna balik.
"Baik juga. Oh iya, kata dokter kamu besok udah bisa keluar dari sini lo. Besok aku jemput ya, jangan lupa hari senin kamu harus mulai masuk. Pagi aku jemput dan nanti aku anterin pulangnya kaya biasanya" ujar pria penuh semangat.
"Kayanya nggak usah deh Ky, besok aku pulang sendiri aja, kalo masalah sekolah, aku bisa naik angkot kok, kamu nggak perlu repot-repot antar jemput aku, lagian rumah kita kan nggak searah" tolaknya yang membuat Hengky sedikit terkejut.
"Tapi Rey, kamu baru sembuh dari pemulihan, seharusnya ada yang nemeni kamu pulang kan" pandangan Hengky seperti memohon, hendak meyakinkan hati Reyna.
"Makasih banyak Ky atas perhatian kamu selama ini, tapi untuk kedepannya biarin aku sendiri. Bilang ke mami mu, makasih dari aku. Dan sore nanti, kamu nggak usah jenguk aku lagi. Aku merasa terlalu banyak utang sama kamu."
Kata-kata Reyna yang membuat Hengky semakin tak percaya dengan apa yang ia katakan. Matanya terperanjat sembari seolah mengintimidasi sikap Reyna yang tiba-tiba berubah.
"Tapi" kata-kata Hengky terpotong oleh sanggahan dari Reyna.
"Aku mohon Ky, biarin aku sendiri" sahutnya menekan kata mohon, seolah ia ingin sendiri untuk saat ini.
Hengky sempat bertanya-tanya, ia bahkan menebak-nebak jika Reyna butuh sendiri karena ia merasa sedih dengan ketidakpedulian keluarganya padanya.
"Oke kalo itu mau kamu, semoga cepet sembuh ya Rey, aku berangkat dulu" ucapnya seraya tersenyum sambil menepuk kepala Reyna dan langsung bergegas pergi.
Namun tebakan Hengky kala itu salah besar, ketika saat Reyna keluar dari rumah sakit dan mulai menghindar darinya. Tak ada kata yang keluar dari mulut gadis itu meski Hengky mencoba untuk mendekatinya lagi dan lagi.
Setiap kali Hengky mendekati gadis itu, Reyna selalu bertingkah aneh dan beralasan jika ia harus pergi dulu untuk mengerjakan sesuatu. Meski Hengky tak mudah percaya namun is6 tak tau apa alasannya.
Jauhnya hubungan Hengky dan Reyna dimulai saat itu juga. Dimana Reyna selalu mengurung diri dikelas, atau bahkan hanya makan bersama Kanaya di kantin. Jika mendapati Hengky disana, ia buru-buru meninggalkan tempat itu dengan hati-hati, tanpa Hengky mengetahui.
Flashback off
'Aku rindu kita yg dulu Rey, Kamu adalah cewek terkuat yg pernah aku kenal, bahkan saat kamu sakit pun tanpa didampingi orang-orang yg kamu sayangi kamu tidak menitikkan setetes air mata' batin Hengky ditengah ia mengendarai motornya sembari fokus pada jalanan lengang dihadapannya.
***
Seorang gadis cantik turun dari motor besar yg membawanya sampai halaman rumahnya.
"Makasih ya Ky, maaf jadi ngerepotin kamu deh" ucap Reyna dengan senyuman yang mengembang, membuat perasaan Hengky dirundung kerinduan yang sangat mendalam.
"Santai aja Rey, oh iya aku langsung cabut dulu ya" kata Hengky sambil membalas senyuman dari gadis itu.
"Oke, hati-hati ya" ujar Reyna dengan senyuman yang indah.
Kakinya mengayun, mendekati pekarangan rumahnya yang begitu rindang.
"Rey, baru pulang ya?" tanya oma Malik yang sedang duduk depan teras. Pandangannya penuh keramahan meski tiap hari tanpa keperdulian pada cucunya.
"Udah" jawab Reyna singkat tanpa memperdulikan tatapan dari oma Malik padanya.
"Udah lama ya Hengky nggak antar jemput kamu dan main kerumah, kamu nggak nawarin dia masuk?" tanya Oma membuat Reyna memutar bola matanya sembari menghentikan langkahnya sejenak.
"Sejak kapan oma peduli?" kata Reyna yang langsung berjalan melalui oma dan masuk kedalam rumah.
Oma hanya menggeleng, sesuatu rahasia seperti apa yang sangat ia sayangkan pada cucu yang selalu menemaninya itu. Meski Oma tak terlihat perduli namun dalam hatinya, ia selalu mengkhawatirkan keadaan cucunya yang kini mulai beranjak dewasa.
lima menit kemudian Reyna sudah berganti baju, dan hendak keluar lagi, dan lagi-lagi, tidak memperdulikan keberadaan omanya disana.
"Mau kemana kamu Reyna?" tanya oma, membuat Reyna berhenti sebentar tanpa membalikkan tubuhnya.
"Keluar, sebentar" jawab Reyna singkat sambil melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.
Oma hanya menggeleng lagi, tatapannya gusar menatap kepergian gadis itu yang kini melangkah menjauh dari pekarangan rumahnya.
"Maafkan oma ya Reyna" kata oma dengan suaranya yang begitu lirih sepeninggal Reyna dari pandangannya yang memburam sejauh mata ia memandang karena termakan usia.
***
Reyna berjalan santai menuju Cafe Orange, setelah sebelumnya ia turun dari ojek online yang baru ia pesan.
Tak butuh waktu lama tanpa basa-basi gadis itu membuka pintu kaca cafe yang mengarah pada jalanan.
Pandangannya menyebar keseluruh ruangan.
"Rey, disini" teriakan suara yang tak asing baginya yang Reyna yakini pasti itu adalah Kanaya.
Tanpa pikir panjang, gadis itu menghampiri Kanaya yang kini terlihat cemberut dengan tatapannya yang malas.
"Nay, udah lama nunggu ya?" tanya gadis sembari menarik kursi dan beralih duduk.
"Nggak kok, cuma setengah jam yang lalu" jawabnya dengan nada ketus, membuat Reyna menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Eh maaf deh, gue tadi baru bisa bebas jam dua, untung ada Hengky, soalnya dari pagi gue belum makan sama sekali, gue hampir pingsan terus dianter makan deh sama dia" jelasnya panjang lebar membuat Kanaya membulatkan matanya dengan sempurna.
"Hah lu baru pulang jam dua?, gue kira udah cabut aja lo sebelum bel pulang. Wah tapi ada hikmahnya dong bisa CLBK sama si Hengky" balas Kanaya dengan tatapannya yang menggoda membuat Reyna memanyunkan bibirnya.
"Eh ngaco lo, gue sama Hengky itu cuma temenan, lagian juga gue udah lama gak deket kok sama dia" ujar Reyna dengan nada ketus menimpali, membuat sahabatnya kini beralih mendekatkan wajahnya.
"Cerita dong, kenapa sih lo kok sekarang udah lama gak bareng sama Hengky lagi, mana kalo ketemu jarang nyapa, udah kaya nggak kenal aja" ucapan Kanaya membuat Reyna menghela nafas.
"Gue ceritain ya, tapi lo harus janji bakal jaga rahasia ini baik-baik oke" tawarnya yang diberi anggukan oleh kanaya.
"Dulu gue itu sahabatan sama Hengky, sebenernya gue ada rasa sih ke dia, sedikit. Tapi setelah bullying dari Fani dan gengnya itu, gue tiap hari diteror. Dapat kiriman bangkai tikus lah, dapat surat ancaman lah, sampek si Fani sendiri datang ke ruang gue malem-malem. Tapi sebenernya gue gak goyah kok, gue cuma niat temenan sama Hengky aja. Sampe yang terakhir, gue udah nyerah mau mertahanin hubungan pertemanan gue sama hengky karena gue merasa malu dengan diri gue sendiri. malam sebelum gue keluar dari RS, ada perawat yg ngasi surat ke gue."
Jelas Reyna panjang lebar, membuat sahabatnya itu menyimak kata-kata Reyna dengan tatapan penuh penasaran.
"Isi suratnya apa, ancaman lagi?!" tanyanya antusias dengan matanya yang penuh dengan pertanyaan untukku.
"Bukan, isinya foto Hengky lagi makan sama Fani, Hengky jalan sama dia, dan yang terakhir foto Hengky pas dicium Fani"
"Apa?! Hengky kaya gitu?" tanya Kanaya masih dengat mata yg membelalak dan tatapan tak percaya.
"Elu serius Rey, lo gak tanya dulu gitu ke Hengky?" tanya Kanaya lagi yang masih bertahan dengan pendapatnya.
"Nggak, gue dapat tulisan yg ada dibelakang foto itu, katanya gue harus jauh dari Hengky, gue dituduh pelakor lah, cewek keganjenan lah. Buat gue itu udah cukup jelas kok Nay, lagian gue juga nggak mau kena masalah lagi " kata Reyna menghela nafas.
"Gue sempet kaget lo, pas lo masuk rumah sakit, gue kira elo dihajar orang. Ehhh ternyata si nenek lampir ya, cuma gara-gara dia suka sama Hengky sampe mau ngilangin nyawa orang, gila tuh cewek, brutal banget!" kata Kanaya jengkel.
"Maklumin aja, Hengky kan baru masuk pertama langsung jadi famous gitu, elu aja pasti naksir kan sama dia. Bahkan nih ya dia selama seminggu udah nolak tiga tembakan cewek sekaligus. "
"Iya sih, dulu gue juga sempet suka sama Hengky, wajahnya itu lo, gantengnya aja ngalahin kapten basket sekolah kita. Udah kaya artis korea, ganteeeeng banget, gue aja sampek iri sama lo, jadi temennya aja gue pasti udah guling-guling ditempat tidur tiap malem. Eh tapi lama-lama gue juga udah biasa sih sama dia" kata Naya melanjutkan.
"Oh iya Rey, lo inget nggak guru magang bahasa inggris yang tadi pagi?" pertanyaan Naya membuatku tersedak.
Hampir saja gadis itu menyemburkan minuman yang telah dipesankan oleh Kanaya jika ia tidak segera menelannya.
uhuk uhuk...
"Pelan Rey, aelah ngomongin pak Yasya aja lo sampe keselek kek gitu" katanya dengan nada menggoda.
" Ooohhh namanya Tasya, lo kenapa sih ngomongin dia, kesel deh gue jadinya."
" Yasya Rey, Yasya! bukan Tasya. Lo pasti kesel kan gara-gara dihukum tadi pagi. Aelah Rey, kan lo udah biasa dihukum, masih mending lo dihukum pak Yasya, daripada mbah enggot" kata Naya membela, membuat Reyna semakin kesal karena pembahasan ini.
"Terserah kek mau Tasya, Yasya, gak peduli sama nama dia, gara-gara dia, gue tadi pulang sekolah udah kaya zombie bangun dari kubur" ucap gadis itu dengan nada kesal sambil memutar bola matanya kala Kanaya mulai menahan tawanya.
"Hahaha, sabar Rey, tapi gimana tampangnya? cakep kan? nggak kalah cakep dari Hengky, gue kayanya udah jatuh cinta nih sama pangeran" ujar Naya melayang, membuat Reyna nyengir merasa jijik menatapnya. Ia bahkan heran, apa yang dikagumi dari sosok berandalan tua bangka itu.
"Cakep apaan?! tua bangka gitu dibilang cakep."
Tiba-tiba Kanaya berubah ekspresi, dia gelisah dan pamit. Aku semakin bingung dibuatnya karena dia seperti ketakutan saat menatap wajah ku. Oh hellowww, gue itu Reyna Malik, salah satu cewek tercantik di dunia, masa muka gue disamain sama genderuwo sih? dasar aneh.
"Eh Rey, gu gue, gue lupa tadi ada janji sama mami, ini gue udah kesorean, gue pamit duluan ya" kata Naya dan bergegas pergi membuat Reyna tambah bingung.
"Eh, lo ga mau nungguin gue ya!, dasar aneh!" Reyna menatap dia pergi. Punggungnya mulai menghilang dari pandangannya saat Kanaya berlari kencang menjauh dari Cafe.
Reyna menunduk, meminum charamel latte yang dipesan oleh Kanaya dan memandangnya untuk kesekian kalinya.
"Wah kok bisa enak gini ya, warnanya cokelat, tapi rasanya kaya kopi, aneh, busanya juga bagus bulet-bulet gitu" ceracau Reyna tak jelas sambil menatap keanehan yang terjadi. Mata Reyna beralih menatap kedepan.
"Aaaaaaa!" teriak gadis itu, membuat orang-orang disekitar menatap aneh pada dirinya, ia menutup mulutnya dan terdiam sejenak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Bunda Tria Tria
Smp sini blm ktm feel ny
2019-12-04
4
radon surva
ceritanya paan si ..kok gk nyambung ya
2019-11-20
9