Selain ruangan yang lengkap, rumah ini juga memiliki tiga buah kamar. Dua buah kamar di tempati aku dan Kak Laras, lalu kamar yang lainnya di tempati Ayah dan Bunda jika kelak mengunjungiku. Bukan tanpa alasan Bunda meminta agar Kak Laras tinggal bersamaku, selain aku belum bisa mengurus diri sendiri, aku juga menderita alergi pada saluran pernapasan yang mungkin bisa kambuh kapan saja.
Sesekali Pamanku juga menjenguk kami jika sedang ada waktu luang. Aku biasa memanggilnya Om Wandy.
Benar saja, aku jauh merasa lebih baik selama bersekolah di sini. Aku memiliki bnyak teman-teman baru dan mereka juga ada yang berasal dari daerah yang berbeda-beda.
Saat usai makan malam aku dan Kak Laras mengobrol di ruang tengah sambil sesekali kami bercanda dan tertawa. Ku dengar ada yang mengetuk pintu, karena Kak Laras sedang ke belakang jadi aku yang membuka pintu dan melihat siapa yang datang. Ternyata Om Wandy yang berkunjung.
"Nih," Om Wandy memberikan sebuah kantongan yang ia bawa padaku.
"Apa ini Om?" Tanyaku sambil mengintip isi kantongan yang berisi kotak di dalamnya.
"Buka saja."
Ku ajak Om Wandy masuk di ruang tengah tempat biasa kami ngumpul. Ku buka kotak dari dalam kantongan pelastik tadi dan tercium aroma lezat dari sana. Aku masih bingung menyimpulkan makanan yang ada di dalam kotak tersebut. Seperti kue yang sudah di potong-potong tapi di dalamnya ada sayuran. Ini pertama kalinya aku melihat makanan tersebut karena di tempatku sebelumnya tidak ada.
"Itu martabak, coba saja," ucap Om Wandy seraya menyalakan rokoknya.
"Om Wandy...! Jangan nyalain rokok disini dong..., Anita itu gak boleh kena asap rokok," kata Kak Laras yang baru datang dari belakang.
"Maaf... maaf, aku lupa," kata Om Wandy seraya pindah ke ruang tamu.
Setelah membuatkan Om Wandy kopi aku dan Kak Laras memakan martabak yang di bawa oleh Om Wandy tadi. Sebetulnya aku sudah sangat kenyang tapi aku penasaran ingin memakannya karena ini pertama kalinya bagiku.
Om Wandy sendiri sebetulnya tidak tua seperti Om-om, hanya pangkatnya saja yang mengharuskan ia di panggil Om. Kadang Om Wandy risih saat aku dan Kak Laras memanggil Om jika di tempat umum. Tapi aku malah suka mengerjai Om Wandy saat bertemu ku panggil Om Wandy dengan suara keras. Hehe....
"Om Wandy gak ikut makan juga?" Tanyaku sambil menengok ke ruang tamu di mana Om Wandy duduk sambil menikmati kopi dan rokoknya.
"Kalian makan saja, aku sudah kenyang," sahut Om Wandy sambil mencari siaran lewat remote tv di tangannya.
"Hehe..., baguslah. Lagian, An nggak serius koq, karena martabaknya juga udah ludes di makan Kak Laras!" Kataku sambil memasukan potongan martabak terakhir ke mulutku.
"Huhh..., dasar tukang fitnah!" Ucap Kak Laras seraya melempar gumpalan tisu ke arahku.
Aku merasa sangat kekenyangan dan akhirnya aku pun mengantuk. Sebelum aku ketiduran aku buru-buru pergi ke kamar mandi untuk menggosok gigi. Setelah itu aku langsung masuk ke kamarku. Aku tidak tau jam berapa Om Wandy pulang karena aku sudah tertidur, begitu terbangun adzan subuh sudah berkumandang terdengar sangat nyaring karena rumah kontrakan kami sangat dekat dengan Mesjid. Mungkin karena itulah Ayah sengaja memilih kontrakan itu agar kami tidak lupa untuk sholat.
Setelah ber'wudhu aku langsung menunaikan sholat. Setelah sholat aku kembali ke tempat tidur tapi Kak Laras sudah lebih dulu masuk ke kamarku.
"An..., jangan tidur lagi nanti kamu telat."
"Sebentar doang..., percaya deh," ucapku sambil memejamkan mataku dan bersembunyi di balik selimut.
Kak Laras menarik selimutku lalu melipatnya lalu ia merapikan tempat tidurku tanpa mempedulikan aku yang masih ada di sana.
"Kakk...."
"Besok-besok Kakak nggak peduli ya, mau kamu telat atau apa. Besok setelah nyediain sarapan kakak akan berangkat tanpa membangunkan kamu, karena mulai besok Kakak ada ujian."
Setelah mengucapkan itu kak Laras masuk ke kamarnya untuk bersiap-siap pergi ke sekolah juga.
Aku terdiam sejenak. "Itu artinya Kak Laras akan segera lulus dan mungkin nggak akan tinggal bersamaku lagi," batinku. Dan setelah itu aku juga akan menghadapi ujian kenaikan kelas. Itu artinya setahun kemudian aku akan lulus sekolah tingkat pertama.
Sejak saat itu aku mulai menuruti apa yang di perintahkan Kak Laras tanpa menundanya. Selama kurang lebih 2 tahun ini aku benar-benar bergantung pada kak Laras. Bagaimana nanti jika Kak Laras lulus sekolah dan harus pergi untuk melanjutkan pendidikannya.
Aku berjalan menuju ke sekolah dengan berjalan kaki karena jarak sekolah dari rumah tidak begitu jauh. Aku berjalan sambil melamun membayangkan bagaimana nanti aku tanpa kak Laras. Tiba-tiba aku mendengar suara klakson dari arah belakangku. Aku terkejut dan langsung menengok ke ke belakang. Ternyata seorang pria yang mengendarai motor dan membunyikan klaksonnya tadi. Di lihat dari penampilannya tampaknya dia seorang Guru. Tapi untuk ukuran seorang Guru dia terlalu tampan menurutku. Hihi...
Aku masuk ke kelas dan mendudukkan tubuhku di kursiku.
"Pagi-pagi udah cemberut aja," kata Maghda yang menyapaku pagi itu.
"Lagi gak mood aja," jawabku seraya meletakkan tasku di atas meja lalu aku menopang daguku dengan kedua lenganku di sana.
"Eh kalian udah tau gak Guru Biologikita yang baru?" Kata Susanti yang mendekat ke arah kami berdua.
"Nggak, emang kenapa?" Tanya Maghda. Aku masih diam dan hanya mendengarkan mereka berdua berbicara. Siapa pun Guru Biologi itu, pasti pembahasannya sama saja batinku.
"Selamat pagi anak-anak."
Terdengar suara dari arah pintu kelas. Maghda dan Susanti buru-buru kembali ke posisinya masing-masing.
"Selamat pagi Pak...," ucap teman-temanku yang lain. Sementara aku sedang menguap karena masih merasa mengantuk apa lagi jika terlalu banyak berpikir maka aku lebih cepat mengantuk. Buru-buru ku tutup mulutku dengan tanganku ketika melihat siapa yang berdiri di depan kelas saat itu. Dan orang itu juga melihat ke arahku. "Dia,kan orang yang tadi pagi bunyiin klakson," batinku. Aku berpura-pura saja mengeluarkan alat tulisku dari dalam tas dan seakan tidak peduli padahal jantungku hampir meledak seperti balon yang kelebihan angin. Haha...
"Perkenalkan nama saya adalah Muhammad Adji Nugraha. Di sini saya menggantikan Guru Biologi kalian yang sebelumnya. Kalian boleh panggil saya Pak Adji saja," tutur pria yang ternyata adalah Guru Biologi kami yang baru.
"Oh, jadi namanya Pak Adji," gumamku dalam hati.
"Berhubung saya belum tau nama-nama kalian di sini boleh bapak minta kalian untuk memperkenalkan diri masing-masing. Di mulai dari kamu," tunjuk Pak Adji pada salah satu temanku. Lalu temanku itu memperkenalkan namanya dan di lanjutkan pada temanku yang lain.
Ketika akan tiba pada giliranku aku sengaja menjatuhkan pulpenku ke bawah meja agar giliranku bisa terlewatkan. Namun pada saat aku kembali pada posisiku semula, aku di kagetkan dengan keberadaan Pak Adji yang sudah berdiri di dekat mejaku. Aku buru-buru membenarkan posisi duduk ku agar terlihat seperti anak yang manis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
ㅤㅤ💖 ᴅ͜͡ ๓ᵕ̈✰͜͡v᭄ ᵕ̈💖
wkwkwkwk pesona guru baru🙊
2021-10-16
0
mysh@lani
semangaat kakak🥰
2021-10-11
1
Yukity
hadir Thor...
Saling dukung ya..
salken dari GADIS TIGA KARAKTER
2021-09-12
1