KAPTEN PILOT

Setelah Kapten Rijal mengantar Nisa ke rumah teman Nisa. Kapten Rijal pulang ke apartemennya.

Sesampainya Kapten Rijal di apatemennya. Kapten Rijal memarkirkan mobil miliknya di garasi apartemennya.

Dreett... Dreeett...

HP Kapten Rijal bergetar lagi panggilan masuk.

"Halo". Ucap Bu Desi di telepon.

"Halo, Ma". Ucap Kapten Rijal menyeret kopernya naik ke lantai atas tepat ke kamarnya.

"Kamu sudah sampai di apartemenkah?". Teriak Bu Desi duduk di sofa ruang tamu rumahnya.

"Iya barusan Ijal sampai di apartemen ". Ucap Kapten Rijal membaringkan dirinya di atas kasurnya.

"Jangan lupa makan". Ucap Bu Desi di sebrang telepon.

"Iya. Aku mau istrihat sebentar, Ma". Ucap Kapten Rijal masuk ke kamar mandinya untuk menyegarkan tubuhnya dan berniat akan tidur setelah mandi.

"Oke. Jaga kesehatan ya". Ucap Bu Desi.

"Baiklah". Ucap Kapten Rijal mematikan panggilan telepon dari Mamanya kemudian masuk ke dalam kamar mandinya entah

Selesai bersiap diri. Kapten Rijal berbaring di spring miliknya dan mulai masuk ke alam mimpi.

Keesokan harinya Kapten Rijal kembali ke bandara untuk memulai tugasnya.

Karena hari ini Kapten Rijal yang akan menjadi pilot menerbangkan pesawat Indonesia-Malaysia.

Sebelum berangkat, Kapten Rijal bertemu terlebih dahulu kekasihnya di resturan dekat bandara.

Di dalam resturan Kapten Rijal dan Feby makan bersama.

"Aku senang banget lho sayang. Kamu nggak jadi menikahi gadis itu. Aku masih punya peluang untuk menikah denganmu". Ucap Feby tersenyum pada Kapten Rijal.

"Hmm". Gumam Kapten Rijal menanggapi ucapan kekasihnya itu.

"Sayang... Kapan kamu mau nikahi aku?". Tanya Feby cemberut.

"Kamu tau sendirikan orang tuaku tidak merestui kita. Aku tidak bisa menikah tanpa restu orangtua". Ucap Kapten Rijal mengunyah makanannya.

Prang... Bunyi garpu di banting di piring.

"Jadi sampai kapan aku begini? sampai kapan aku nunggu kamu yang nggak ada kepastian sama sekali? aku muak menunggu begini". Ucap Feby marah kemudian melangkah pergi meninggalkan Kapten Rijal.

"Sayang... Tunggu". Teriak Kapten Rijal hendak mengejarnya.

Namun terhalang karena HPnya tiba-tiba bunyi.

Dreet... Dreett...

"Hallo".Ucap Kapten Rijal menerima telepon.

"Maaf Pak, pesawat waktunya akan berangkat". Ucap Co-pilot di sebrang telepon.

Kapten Rijal melihat jam tangganya, astaga hampir saja dia lupa waktu.

"Oh astaga... Baiklah sebentar lagi saya sampai". Ucap Kapten Rijal menarik kopernya keluar dari resturan.

Kapten Rijal kemudian mengakhiri panggilan dari HPnya. Sesampainya di parkiran returan Kapten Rijal masuk ke mobilnya kemudian melajukan mobilnya ke bandara.

"Kamu yakinkah? mau ikut ke Malaysia?bagaimana jika orang tuamu marah ikut denganku Nisa?". Tanya Anita merupakan pindahan dari Malaysia tapi masih berdarah indonesia.

Anita dulunya kuliah di Indonesia di Universitas yang sama dengan Nisa dari situlah mereka mulai berteman. Anita kuliah sambil mengelolah perusahaan Papanya yang ada di Indonesia.

Sekarang Anita ingin ke Malaysia untuk mengelola perusahaan Papanya. Karena Papanya yang akan ke Indonesia mengurus beberapa proyek pembangunan yang diusulkan Anita.

"Nggak masalah. Aku tetap ikut kamu pergi ke Malaysia, aku ingin merubah hidup lebih mandiri". Jawab Nisa yakin akan keputusannya.

Keputusan yang berat jauh dari keluarga tanpa sepengetahuan keluarga memilih hidup di luar negeri dan memulai hidup mandiri.

"Okelah tuh. Ayo kita berangkat ke bandara". Ucap Anita menyeret kopernya.

Setengah jam yang di tempuh akhirnya Anita dan Dokter Nisa sampai di bandara.

Setelah menuju loket. Para penumpang pun di segerakan naik di pesawat karena akan segera terbang.

Anita dan Nisa duduk di kursi penumpang, di bagian belakang cockpit. Kebetulan Kapten Rijal yang jadi pilot di pesawat yang ditumpangi Anita dan Nisa.

Setibanya di bandara, Kapten Rijal naik ke pesawat dan duduk di cockpit.

"Oh, ya Allah. Ganteng banget tuh, seharusnya kapten tak perlulah menerbangkan pesawat. Cukup dia di rumah saja". Ucap Anita yang melihat Kapten Rijal baru duduk di cockpit, terpesona kegantengan kapten Rijal dan menyangkan Kapten Rijal yang menerbangkan pesawat.

Menurut Anita seharusnya kapten menyuruh bawahannya saja yang menerbangkan pesawat dia bergelar Kapten yang cukup mengontrol bawahannya.

"Hey. Dia tidak seperti kamu malas kerja". Ucap Nisa menabok kepala Anita.

Tidak selamanya Kapten itu hanya mengontrol bawahannya dalam kerja. Kapten itu penuh tanggung jawab dan dia harus jadi panutan untuk bawahannya pilot-pilot lain.

"Aku kan bos. Kamu suka dia juga ya, kamu bela dia". Ucap Anita menggoda temannya itu.

"Ais. Kontrol pikiranmu mbak". Ucap Nisa memutar matanya malas.

''Kalau suka bilang aja sih''. Ucap Anita menyenggol lengan Nisa.

''Nggak''. Ucap Nisa menatap kesal ke arah Anita.

''Bilang aja. Nggak usah malu sama aku, biar aku yang urus biar kamu bisa pdkt sama dia''. Ucap Anita menatap Kapten Rijal.

''Anita... Aku bilang nggak ya nggak''. Ucap Nisa melototi Anita.

''Iya... Iya deh''. Ucap Anita menatap ke arah luar jendela pesawat.

Tidak lama kemudian pesawat segera di berangkatkan.

Setelah Co-pilot memeriksa mesin pesawat dan dirasa sudah aman untuk diterbangkan, Co-pilot memberi instruksi pada Kapten Rijal untuk segera menjalankan mesin.

Kapten Rijal pun melakukan instruksi dari Co-pilot.

"Bagamiana?". Tanya Kapten Rijal pada Co-pilot.

"Oke". Jawab Co-pilot.

Co-pilot pun menyampaikan pada pramugari bahwa pesawat segera terbang.

Pramugari pun memberikan instruksi pada semua penumpang agar memeriksa sabuk pengaman masing-masing.

"Para penumpang yang terhormat, selamat datang di penerbangan... Dengan tujuan Malaysia. Penerbangan ke Malaysia akan kita tempuh dalam waktu kurang lebih 2 jam 5 menit. Perlu kami sampaikan bahwa penerbangan ini adalah tanpa asap rokok, sebelum lepas landas kami persilahkan kepada Anda untuk menegakan sandaran kursi, memasang sabuk pengaman dengan benar, menutup dan mengunci meja-meja kecil yang masih terbuka dihadapan Anda, mengencangkan sabuk pengaman, dan membuka penutup jendela. Atas nama Kapten Rijal dan seluruh awak pesawat yang bertugas mengucapkan selamat menikmati penerbangan ini, dan terima kasih atas pilihan anda untuk terbang bersama kami". Ucap Pramugari.

Setelah semua penumpang memasang sabuk pegangannya. Sang Pilot menerbangkan pesawat.

Dengan kurung waktu 2 jam 5 menit jarak tempuh Indonesia ke Malaysia.

Setelah menempuh waktu 2 jam 5 menit itu, akhirnya mereka sampai juga di bandara Malaysia.

Sesampainya di bandara Malaysia Anita dan Nisa menuju cafe yang ada pada terminal.

Mereka sekedar beristirahat sambil mengisi perut. Mereka berdua makan sambil bercerita banyak. Tak lama kemudia datang seorang pilot berseragam putih yang merupakan Kapten Rijal.

"Hey boleh saya bergabung?". Ucap Kapten Rijal yang memakai kacamata hitam menyapa kedua gadis itu.

Kapten Rijal ingin bergabung di meja mereka karena cafe penuh sisa meja mereka berdua yang tersisa kursi kosong.

"Oh ya. Silahkan Kapten". Ucap Anita tersenyum mempersilahkan Kapten Rijal duduk.

Nisa memukul pelan lengan Anita,kemudian ditatap oleh Anita dan Kapten Rijal.

"Terima kasih". Ucap Kapten Rijal duduk di samping Nisa diantara Anita.

"Kamu. Bukannya yang aku antar pulang ke rumah teman kamu waktu lalu?". Ucap Kapten Rijal menyipitkan matanya kayaknya dikenal gadis yang satu ini pikirnya.

"Ya". Jawab Nisa singkat sambil tetap memakan makanannya.

"Ais. Gadis yang malang". Ucap Anita pura-pura sedih untuk membuat Nisa kesal.

"Kamu jangan memancing". Ucap Nisa memegang kuat garpunya menatap Anita.

Nisa tidak ingin mengingat kejadian itu. Hanya akan membuatnya stres.

"Oh. Jangan marah". Ucap Kapten Rijal yang menaikkan telapak tangannya di depan wajah Nisa.

Nisa menatap sinis ke arah mereka berdua, sedangkan yang ditatap tertawa.

''Hmm... Boleh aku tanya Kapten?''. Tanya Anita pada Kapten Rijal.

"Boleh silahkan". Jawab Kapten Rijal.

"Susah nggak sih jadi Pilot?''. Tanya Anita pada Kapten Rijal.

"Kalo di bilang susah nggak juga. Sebenarnya susah atau mudahnya pekerjaan tergantung orang yang mengerjakannya. Kalau kita bekerja dengan menekuni pekerjaan kita, sesulit apapun pekerjaan itu, kita akan berdamai dengan kesulitan pada suatu pekerjaan. Ditambah jika kita memang suka di bidang pekerjaan kita, maka pekerjaan akan dengan sangat mudah di kerjakan. Pekerjaan itu seperti pelajaran matematika, jika kita tidak suka pelajaran matematika. Maka akan sulit untuk bisa mengerjakan tugas-tugas di dalamnya bahkan tugas mudah pun ikut susah dalam mengerjakannya karena kita tidak suka dengan pelajaran atau dengan pekerjaan kita. Maka dari itu pintar-pintarlah memilih pekerjaan sesuai bidang yang kamu senangi sebelum kamu masuk di bidang pekerjaan dengan keterpaksaan dan keterbatasan pekerjaan''. Ucap Kapten Rijal.

Nisa dan Anita menatap serius pada Kapten Rijal kemudian mereka berdua mangguk-mangguk mendengar ucapan Kapten Rijal.

Mohon maaf bila ada kesalahan kata, penempatan tanda baca, dan huruf besar. Mohon pengertiannya ya.

Guys🤗 segini dulu ya kita lanjut ke part berikutnya😉

Terpopuler

Comments

💕Leyka Gallardiev 💕

💕Leyka Gallardiev 💕

lanjut

2021-08-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!