Pertemuan Rangga dan Alfin.
"Berapa?" tanya Alfin.
"100 ribu saja Bro! Jangan kau keluarkan semua uang mu!"
"Haha, ngejek aja kau, aku juga bokek nih, mana bini aku gila beli skincare lagi, kau tau lah harganya mahal. Mau jadi wanita korea katanya! Ah, pusing lah, enggak di kasih merajuk, terancam jatah," curhat Alfin.
"Hahaha, kau bilang sama bini mu ini Indonesia bukan Korea!"
"Haha!"
("Untung si Mira sudah cantik dari lahir, jadi enggak perlu pakai skincare-skincare an," batin Rangga)
"Besok aku janji pasti balikin!"
"Iyah!"
"Terima kasih yah Bro!" Rangga mulai menghidupkan mesin sepeda motornya dan bersiap pergi, ia takut istrinya ketiduran.
"Hem!"
"Tapi kalau nanti aku enggak bisa balikin, Anggap aja lu sedekah sama orang pengangguran seperti aku!" Canda Rangga sambil tertawa langsung tancap gas.
Sontak Alfin serasa ingin menjitak kepala Rangga namun temannya itu bak menghilang tersapu angin.
"Wuuh!" Sorak Alfin.
***
"Si Mira kan suka martabak mesir! Dia paling suka kalau di bawakan makanan itu!"
Rangga pun bela-belain berkendara lebih jauh demi membeli martabak mesir yang di jual oleh orang keturunan pakistan.
"Pak beli 2 bungkus yah!"
"Telornya abis Mas!"
"What's!"
"Hehehe, bercanda Mas Rangga?"
"Haduh, kirain beneran Pak!" Mengusap dahi.
Si penjual sudah hanya tersenyum. Rangga salah satu pelanggannya dari sejak usia ABG.
"Zaman sekarang ini susah banget cari kerja yah Pak!"
"Sabar Mas, terus berusaha, banyak berdoa kepada Allah swt, Dia itu Tuhan Maha kaya!"
"Iyah Pak!"
"Jangan pilih-pilih pekerjaan, lakukan saja asal halal!" Bisik si tukang martabak yang sholeh.
"Hehehehe!" Wajah cengengesan Rangga.
Setelah selesai, ia siap melaju pulang.
"Sisa uang ini; Beli sarapan besok, rokok, sama minyak motor, mantab dah!" ujarnya langsung melaju pulang.
***
Rangga siap memarkirkan sepeda motornya dengan rapi di dalam rumah.
"Dengan martabak ini cukup membuat istriku kuat dalam bergoyang! Cihuy," Pria itu senyum-senyum menghampiri istrinya lalu sengaja menggantungkan martabak yang masih hangat tepat di area hidung Miranda. Sontak wanita itu mengendus langsung membuka lebar matanya.
"liat Mas bawa apa, hayo?"
"Martabak mesir?" Tebak Mira kegirangan.
"Peluk dulu dong!"
Dengan polosnya, wanita itu langsung memeluk sang suami.
"Duh! Ini yang membuat aku bahagia menikah dengan kamu, di kasih martabak aja, udah girang bukan main!" batin Rangga.
"Nah, ini makan!" Karena merasa lapar dan tak sabar lagi Miranda langsung menyantapnya di kamar. Rangga pun bergegas mengambilkan mangkuk kecil untuk kuahnya.
Keduanya duduk bersila.
"Dua-duanya buat Mira yah Mas!"
"Hem, makanlah yang banyak, udah kenyang jangan tidur yah, ingat tugasnya apa!"
Mira mengangguk dengan wajah ceria, tampilan wajah polos yang masih terlihat sangat muda.
"Mas boleh minta🤤 satu potong!" pinta Rangga.
Dengan cepat Mira menyuapkan sepotong martabak yang sudah dicelup kuah ke mulut Rangga.
Senyum kebahagiaan dan kesederhanaan keduanya yang begitu indah terasa.
***
"Hah! Kenyang banget Mas!" Kata Mira mengelus perutnya.
"Kenyang salah, lapar pun salah! hehehehe!" ucap Rangga.
"Hehehe!" Sambut tawa Mira yang manis.
Mira membereskan bungkus.
"Mau gosok gigi dulu yah Mas"
"Oke!" Pria itu langsung menjatuhkan diri ke kasur, merasa ada yang kurang nyaman, ia membereskan kembali kain sprei yang terlihat sedikit kusut, memastikan jendela terkunci, menutup gorden, membunuh nyamuk dengan raket listrik, menyemprotkan sedikit pengharum agar kamar tampak harum dan segar. Rangga tampak heboh dan begitu sibuk dengan persiapan ritual malam Jum'at mereka di ranjang.
Rangga membuka kaosnya lalu menjatuhkan diri di atas kasur.
"Aaargg, indahnya!"
"Si Mira lagi gosok gigi atau gosok apa sih? Lama amat?" Batin Rangga yang sudah tidak sabar untuk 'umach-umach' an dengan istrinya malam itu.
Merasa lama, akhirnya Rangga menyusul ke kamar mandi.
"Tok...tok...! Jangan di gosok semua, ntar lecet sayang!" Seru Rangga dari balik pintu.
"Lagi e'e Mas!" Jawab Mira dengan wajah pas lagi ngedan.
"Oouh😳 ok!"
"Makan banyak malah e'e, Hehehe, enggak apa lah, tunggu saja!" gumam Rangga kembali tiduran menatap asbes dan menjadikan Kedua lengan tangannya sebagai bantal.
"Kawan-kawan pada pelit bagi lowongan kerja, lagian kenapa yah, satu disain ku tidak ada yang laku sudah berbulan-bulan. Teman yang lain sudah langsung bisa kaya. Padahal kalau diperhatikan disain yang aku rancang jauh lebih keren. Nasib-nasib, apa aku harus mandi bunga dulu, apes banget dah!" gumam Rangga menggerutu.
"Mas!" Panggil Mira dengan senyum manisnya dia sudah siap dan terlihat sexy menggoda.
"Uiiiis🤤, Malam Jumat guys! ini yang ane tunggu-tunggu" batinnya dalam wajah sumringah.
"Sini Mas pangku dulu!" panggil Rangga menarik lembut tangan istrinya.
"Tangannya udah di cuci bersihkan?"
"Sudahlah, sudah wangi?" Kata Mira menyodorkan tangannya ke hidung Rangga.
"Oh Iyah!"
Rangga langsung menjatuhkan dagunya di atas bahu mulus Mira. Bermanja-manja sambil memeluk istrinya.
"Mira, Aku janji kalau nanti proyek disain ku ada yang beli, berhasil, kamu minta Gunung Himalaya, Mas akan ambilkan!"
"Beneran Mas!"
"Hehe, Lukisannya doang!"
Mira mencubit genit paha Rangga.
"AW!"
"Mas hanya bisa janji, kapan dan kapan?" Rengek Mira.
"Makanya kamu doa in yah!" Jawab Rangga sambil mencium lembut kepala serta rambut istrinya.
"Iyah, Mira selalu berdoa, agar Mas segera mendapatkan pekerjaan!"
"Dalam setahun ini, kamu sabar dulu yah, kalau aku belum bisa memberikan uang! Percayalah aku tetap berusaha!"
Mira hanya terdiam, meski terlihat wajahnya sudah lelah tapi ia masih bertahan.
"Apa ibumu tau soal ini!"
Mira menggeleng pertanda tidak!
"Terima kasih yah sayang, aku mencintaimu!" Rangga langsung memutar kepala Mira dan mengkecup manis bibir sang istri.
"Ouh Mira, Tubuhmu seperti candu bagiku!" gumam Rangga.
Setelah berciuman dahi Mira langsung berkerut tajam.
"Mas? Nafas mu kok bau jengkol!"
"Oh Iyah, aku lupa, belum gosok gigi! Hehehe, ini gara-gara Bik inur nawarin jengkol ke Mas tadi," tawa cengengesan Rangga berlari ke kamar mandi.
***
Ia pun buru-buru mengambil odol.
"Hais, odolnya habis lagi!"
Tak kehabisan akal, Rangga mencari gunting ke dapur dan membawanya ke kamar mandi. Lalu memotong dua bagian odol hingga sisa isinya masih bisa dikorek-korek.
Tiba-tiba ia teringat dengan ucapan ibunya;
"Kamu pikir gaji momong anak itu berapa? Ini kampung! Bukan kota, sekarang itu apa-apa mahal, harga uang kecil!"
"Benar juga kata ibu, harga uang sangat kecil zaman ini, kebutuhan banyak, sampai odol di rumah ini aku belah dua, belum beli beras dan lain-lain!" Pikirnya sambil menyikat gigi.
Setelah selesai, ia kembali berjalan ke dapur meletakkan gunting. Sanking buru-buru nya. Rangga tidak menyadari ada sedikit becek genangan air cucian piring yang mengalir.
kakinya terpleset menabrak tiang rak piring hingga bergoyang, otomatis panci yang letaknya tidak sempurna terjatuh menimpa kepala Rangga.
"Cliit... Bram"
"Kampret, Haduuh (meringis), mau wik-wikan sama Bini aja! Panjang banget prosesnya, nasib-nasib!" Menggosok-gosok kepalanya lalu menendang kecil panci tak bersalah itu.
Rangga bangkit dan berjalan sengkrak menuju kamar, memegangi pinggulnya
"Kenapa Mas?" Tegur Mira.
"Enggak apa-apa!"
"Hah!" Menghembuskan nafasnya tepat ke hidung Mira.
"Sudah harum kan?"
"Hihi, ia sudah!"
"Masih ada aroma jengkolnya?"
"Enggak!" Jawab Mira.
Malam itu keduanya langsung melakukan ritual cinta suami istri di atas ranjang. Rangga menjadi kuda dan terkadang menjadi penunggang yang jinak, siap membawa dirinya dan sang istri menuju lautan kenikmatan bercinta.
"Pelan-pelan Mas!" Tegur Mira melihat Rangga krasak-krusuk.
"Hehehe, habis kamu gemesin!"
***
Begitulah kondisi rumah tangga Rangga dan Miranda, terkadang ada senyum, tawa cekikikan, desahan nafsu sampai dengan amarah Miranda kepada Rangga yang tidak memberinya uang belanja, pernikahan yang baru seumur jagung dengan usia yang masih tergolong muda.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Hijrah
,😂😂
2022-12-06
0
Bripah Hadrian
greget greget lucu
2022-11-04
0
Crystal
Ngakak thor😂😂😆
2022-09-10
0