"Rangga...!" Panggil wanita berusia 40 Tahuan lebih.
"Ouh ibu!" Jawab Rangga malu-malu langsung mencium tangan ibu mertuanya.
"Kasih ke Mira yah, ini tape dan gemblong kesukaannya."
"Hehehe, kesukaan Rangga juga Bu!"
"Nak Rangga, nunggu siapa disini."
"Hehehe, biasa pekanan begini, ngojek disini Bu!"
"Alhamdulillah, semangat kamu bekerja yah, ibu selalu mendoakan rumah tangga kalian, agar selalu bahagia?"
"Amin! Oh Iyah, apa ibu mau pulang!"
"Iyah, Alhamdulillah semua dagangan ibu habis Nak!"
"Alhamdulillah, Rangga antar yah Bu!"
"Apa tidak merepotkan Nak Rangga!"
"Tidak lah Bu!"
Rangga langsung bersigap menghidupkan sepeda motornya.
"Ini Rangga juga sudah mau pulang Bu! Sudah hampir Zuhur."
"Ouh! Baiklah, Ayo!"
Rangga pun mengantar ibu mertuanya itu pulang ke rumah. Biasa Narwati naik becak dayung untuk pergi dan pulang berjualan.
"Beruntung juga si Mira punya suami seperti Rangga, baik dan ganteng!" Batinnya.
Narwati yang tidak pernah menduga jika Rangga sosok suami yang lebih banyak menghabiskan waktu di warung dengan menggambar dan bermain game, memberi uang belanja di bawah kata cukup. Wanita paru baya itu juga berpikir polos tentang putrinya baik-baik saja selama menikah dan pasti cukup mendapatkan nafkah bahkan lebih, mengingat besannya seorang pegawai lurah.
***
Sebelum pulang ke rumah, Rangga singgah ke rumah Alfin.
"Bro! Ni aku balikin hutangku!"
"Dapat berapa ente?"
"Seratus lima puluh ribu!"
"Uih banyak sob!"
"Lumayan lah, 100 bayar hutang, lebihnya buat Mira!"
"Kan masih siang? Kamu enggak narik lagi!"
"Aargh, sudah lah, capek, panas, lagian, pekanan juga mau tutup, aku mau menggambar disainku lagi di warung."
"Mau menggambar atau download video syur?"
"Semprul!" jitak Rangga di kepala Alfin!"
Keduanya pun memang saling menjitak dan tertawa.
"Aku cabut dulu! Besok aku hutang lagi yah!" Teriak Rangga melambaikan tangannya lalu pergi dengan sepeda motornya.
"Dasar lu, Rangga-rangga!" ucap Alfin geleng-geleng kepala melihat tingkah pecicilan temannya itu.
Rangga begitu santai menjadi peran seorang suami. Ia terlihat belum puas menikmati masa kesendiriannya.
***
"Assalamualaikum!
Beib, Suami mu pulang nih!" teriak kecil Rangga.
"Wa'alakumsalam!" Jawab Mira dengan wajah sendu.
"Makan yuk!" Ajak pria itu dengan senyum menggoda.
"Mas dari mana saja?" tanya Mira masih dalam raut sedih.
"Cari duit lah buat kamu!" Jawab santai Rangga melengketkan satu lembar uang lima puluh ribu di dahi Mira.
"Hah!" Wanita itu tersenyum kecil.
"Giliran bawa uang baru senyum."
Keduanya pun makan bersama di atas meja. Tampak Mira terlihat tidak begitu selera makan.
"Kenapa? Apa kurang enak, ini warung nasi yang paling mahal aku beli?"
"Enak!" Jawab lambat Mira.
Rangga terdiam dan melanjutkan makannya dengan lahap.
Suasana hening sejenak
"Mas, coba tanyak Mas Andi tetangga kita sebelah, ada lowongan kerja enggak di tempatnya, dia juga banyak sampingan! Siapa tau Mas Rangga bisa ikut kerja dengannya. Mas Andi itu sangat rajin bekerja, jadi semua keperluan keluarganya bisa terpenuhi dengan mewah!"
"Kenapa? Si Tanti memamerkan lagi, apa yang ia beli?"
Mira langsung terdiam.
"Mir! Rezeki orang itu beda-beda, enggak usah lihat kanan kiri. Aku kan sudah bilang, untuk satu tahun ini, kita bersakit-sakit dulu. Kamu yang sabar. Ini Aku lagi fokus. Kalau aku kerja terikat, aku tidak bisa mengembangkan ilmu arsitek ku dengan mahir. Aku janji, setiap pekanan aku akan ngojek!"
"Katanya Mas, enggak punya uang? Tapi kenapa bisa beli martabak, sarapan dan rokok!"
"Tadi malam itu, aku pinjam uang si Alfin 100 ribu, jadi hari ini aku dapat 150 ribu, 100 buat Alfin. 50 ribu buat kamu. Kalau bisa itu di hemat sampai 5 hari ke depan!"
"Hah? (Mira langsung melotot) Be...besok Mas ngojek lagi kan?"
"Belum tau sih!"
Mira langsung lesu.
"Capek kerja-kerja seperti itu, hasilnya hanya sedikit, aku mau cari yang bayaran bener-benar mahal, biar kita langsung kaya!"
Bukannya senang, Mira semakin tidak bersemangat mendengar ucapan suaminya.
"Gimana kalau kita cerai saja Mas!"
ucap Mira dengan tegas, wajahnya sangat serius mengatakan tentang perpisahan.
Sontak membuat Rangga tidak berkutik dan berhenti menyudahi makanannya.
"Kamu ngomong apa si Mir! Dari kemarin bilang itu terus! Aku capek," jawab Rangga mulai emosi.
"Mumpung kita belum punya anak dan masih muda Mas! Kita bebas dulu, cari masa depan! Aku enggak bisa nungguin Mas terus-terusan begini!"
Hati Rangga begitu pedih mendengar ucapan Mira. Ia langsung buru-buru bangkit meninggalkan wanita itu dengan wajah yang masam dan penuh kesal, lalu bergerak mengambil tas berisi leptop.
"Aku mau ke warung lagi.
Oh Iyah! Ini tadi ada titipan dari ibu kamu."
Rangga meletakkan sebungkus tape dan gemblong di atas meja.
"Aku juga mau keluar cari kerja!"
ucap Mira dengan wajah masam.
"Terserah!"
Rangga tidak perduli tetap berjalan membawa tasnya menuju warung.
Sejenak wanita itu memandangi bungkusan titipan dari ibunya, seketika itu pula airmata Miranda mengalir. Hatinya sangat sedih, serasa ia ingin menceritakan semua apa yang ia rasakan.
Setelah berberes, Mira bergegas mengganti pakaian.
"50 ribu di suruh hemat sampai lima hari, mau beli apa sih? Kesel, ih nyebelin!" ucapan cemberut Mira, ia mencoba keluar mencari apa yang bisa menjadi sampingannya di hari Sabtu dan Minggu.
***
Sesampai di warung, perkataan Miranda masih terngiang jelas di telinga Rangga.
"Gimana kalau kita cerai saja Mas!"
"Mumpung kita belum punya anak dan masih muda, kita bebas dulu, cari masa depan! Aku enggak bisa nungguin Mas terus-terusan begini!"
"Mira-mira, kamu tu enggak tau kalau di sini aku sedang berjuang banget buat kamu. Menciptakan sebuah karya disain yang sangat sulit dan aku yakin tidak semua orang bisa melakukannya. Kenapa enggak ada satu orangpun yang bisa mengerti aku, padahal aku berharap Miranda lah orangnya. Aku berjanji, jika nanti aku berhasil, kau lah orang pertama yang akan aku bahagiakan. Entah bagaimana lagi aku harus menjelaskannya, sementara janji ini terdengar begitu membosankan di telinganya!" Batin perih Rangga.
"Aarrgh... Main game sejenak lah, penat, otak refresh dulu biar ide muncul kembali!" Pikir Rangga.
Selain ahli dalam menciptakan disain bangunan secara visual, Rangga juga suka bermain game sebagai penghibur dirinya.
***
Sehabis mengganti pakaian, terlihat Mira bersiap keluar mengunci pintu, ia tetap mempertahankan diri untuk tidak pergi ke rumah orang tuanya, wanita itu tidak ingin menambah beban lagi di hati sang bunda.
Entah mengapa kakinya iseng melangkah menuju warung, Ia begitu penasaran dengan apa yang sedang di lakukan suaminya berjam-jam berada di warung. Sebelumnya Miranda tidak pernah mencari tau, hari itu ia ingin membuktikan benarkan Rangga sedang menggambar seperti yang ia katakan.
Saat mengintai tanpa sepengetahuan Rangga, Miranda melihat jelas suaminya sedang asyik bermain game.
Tubuh wanita itu berbalik dan menunjukkan raut wajah yang semakin sedih.
"Bagaimana aku bisa mencintai Mas Rangga, dia tidak pernah berjuang untuk membahagiakan aku. Katanya sedang menggambar, ternyata asyik bermain game!" Miranda bergegas pergi meninggalkan warung. Ketika langkah kaki wanita itu meninggalkan lokasi, Rangga kembali membuka lembar kerja disain nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
ratna
coba rangga waktux dibagi dg tepat setengah hari ngojek setengah lg desain
2022-09-19
0
Gayatry
up
2022-01-11
0
Wati_esha
Rangga ... mainnta berjam-jam, nyari kerjanya sebentaran doang.
2021-12-20
0