Sebelum membaca alangkah baiknya menyentuh tombol like terlebih dahulu jika suka dengan Chapter ini dan tinggalkan komentar jika ada kekurangan atau kelebihan.
Jangan lupa tekan tombol favorit, agar tak ketinggalan update.
Selamat membaca, semoga terhibur.
...
Tak peduli pria, wanita, anak kecil ... mereka semua meringkuk ketakutan mendengar suara keributan dari luar. Suara ketakutan dari seseorang yang memperlakukan mereka sebagai barang dagangan.
"P-pasti terjadi sesuatu!"
Beberapa dari mereka mulai berdoa. "Dewi Aria, tolong selamatkan hambamu ini!"
Lalu ... cahaya yang menyilaukan muncul ketika seseorang mencoba masuk ke tempat sempit itu dengan menebasnya dengan sesuatu yang tajam.
"A-pa ada orang di sini?"
Mengharapkan seorang penyelamat, tapi yang datang adalah makhluk yang menyeramkan.
Semuanya kompak berpelukan dan berulang kali menyebut nama Dewi yang mereka sembah. Wujud makhluk itu sungguh menakutkan, tubuh selayaknya manusia, tapi kepalanya berlumuran darah.
"Dewi Aria ... ka-mi mengharapkan berkahmu!"
Makhluk menyeramkan yang tak lain adalah Kiya hanya memiringkan kepalanya. Dan suara di kepalanya terdengar.
[Apa Tuan tidak peka? Wujud Anda sangat menakutkan, wajar mereka ketakutan]
"Hahaha ... a-ku hanya iseng!"
"Kalian tenang saja, aku tak akan melakukan sesuatu yang buruk!? Tunggu ..." Makhluk menyeramkan itu mulai melepaskan pakaian atasnya.
Tubuh ideal dengan perut kotak-kotak dan dada bidang yang kelihatannya kokoh. Para wanita yang melihatnya sampai melongo dan melupakan ketakutannya.
Lalu dia membersihkan kepalanya yang tertutupi noda merah. Wajahnya kini terlihat jelas, dia adalah seorang pemuda. Karena belum sepenuhnya bersih, pemuda itu mengambil kantong kulit berisi air di pinggangnya dan menyiramkan pada kepalanya.
"Ahh ... maaf, menunggu lama!?" Kiya mengibas-ngibaskan rambutnya.
Semuanya kompak mengangguk.
"Kakak ... terima kasih telah menyelamatkan kami!?" Beberapa anak kecil dari kelompok itu mulai menghampirinya.
"Kalian semua sudah ama—" Kiya terkaku melihat kondisi anak-anak itu. Mata penuh kelembutan kini berubah menjadi keseriusan.
Kemudian pandangan menyebar ke semua orang. Kondisi mereka semua sungguh memperhatikan, tubuh yang kurus seperti kekurangan gizi, tubuh penuh luka memar, pakaian seadanya dari karung yang mengekspos bagian tubuh mereka. Beberapa wanita dengan malu-malu menutupi dada dan selangkangannya ketika Kiya melihatnya secara seksama.
"Yah ... kalian semua akan aman sekarang." Kiya membalikkan kesan lembut setelah anak-anak itu mulai ketakutan dengan perubahannya.
"Aku akan membebaskan yang lain!"
...
Kiya menatap dingin sekelompok orang yang sujud menghadap padanya. Dalam pikirannya sudah ada ide apa yang akan dia perbuat pada mereka.
"Para rookie itu ..." Kata Kiya menatap ke arah kota.
Para rookie yang dekat dengan TKP sudah melarikan diri mengetahui keributan terjadi. Kiya berpikir pasti mereka melaporkannya pada pihak kota namun, sudah sangat lama tak ada bantuan yang datang.
"Orang-orang ini ... baiklah, mereka pada dasarnya jahat sama dengan bos-nya. Tidak ada alasan aku melepaskan mereka setelah apa yang mereka perbuat."
Kiya berjalan mendekat ke salah satu orang yang bersujud dengan membawa sebilah pedang yang dirampas. Hawa di tempat itu berubah mencekam, anak-anak mulai merasa ketakutan.
Kiya mengangkat pedangnya tinggi ke udara, bersamaan dengan itu ... anak-anak didekap dengan kuat agar tak melihat pemandangan yang tak seharusnya.
"Kalian sudah salah karena sujud padaku. Aku bukanlah Tuhan yang bisa disembah!"
"KAKAK, HENTIKAN!"
Menanggapi teriakan salah satu anak kecil itu, matanya sudah berlinang air mata.
Bilah tipis itu menyisakan jarak beberapa milimeter, dan mungkin saja dinginnya logam sudah dirasakan pada lehernya.
Kiya mengangkat lagi pedangnya kemudian menancapkan pedang itu ke tanah. Tanpa mengeluarkan satu patah kata, Kiya bergerak menjauh.
"Kalian pergilah!" Kata Kiya dingin.
Orang yang hendak di tebas Kiya mengangkat kepalanya. Dia menangis sejadi-jadinya ... lalu yang lainnya mulai melakukan hal yang sama. Dalam sekejap hawa mencekam tadi menghilang.
"Kakak tadi hanya bercanda. Jangan menangis lagi, ya!" Kiya menunjukkan senyum penuh kelembutan berusaha menenangkan anak itu.
Kiya lalu memfokuskan perhatiannya lagi pada sekelompok orang yang mengeluarkan semua emosi yang dipendam.
"Pergi ...! Dan ingat kesempatan ini hanya satu kali!"
"Terima kasih atas kemurahan hati Tuan. Kami berjanji pasti tidak akan mengulangi perbuatan kami!" Semua orang itu membungkuk sangat dalam dengan air masih menetes dari matanya.
Tanggapan Kiya datar dan dingin. "Hmm ..."
[Tuan baik sekali]
"Jangan salah sangka! Takdir kematian mereka bukan ditanganku!"
[Setelah Tuan gagal menebasnya, Anda langsung mengambil kesimpulan]
"Begitulah."
Sudah menyelesaikan urusannya yang satu ini, dia menghembuskan nafas lega dan terduduk di rerumputan. Para budak itu mulai menghampirinya.
"A-no ... meskipun rasanya tak pantas. Ta-pi, apakah Tuan tak kedinginan bertelanjang dada?" Seorang wanita dengan malu bertanya tanpa berani menatap Kiya.
"Mereka sudah terbiasa dengan dua matahari. Bagiku memakai pakaian sungguh menyiksa!?"
Kiya menerima dengan senang hati jubah berwarna cokelat yang agak lusuh, sepertinya itu milik salah satu bawahan si pedagang budak.
"Terima kasih." Kiya langsung memakainya.
"Sangat gerah!" Kiya berusaha tak membuat ekspresi yang aneh.
[Maklum saja Tuan belum terbiasa dengan iklim di dunia ini]
Wanita yang memberikan jubah pada Kiya langsung terlihat sangat senang. Tentu saja itu karena Kiya yang memiliki rupa yang enak dipandang.
"Hmm ...?" Kiya melihat ke arah hutan dengan serius.
Semuanya pun langsung melakukan hal yang sama. "Ada apa, Tuan?" Kata mereka berusaha bersikap sesopan mungkin.
"Ahh ... tidak, hehe."
"System, tunjukkan dirimu berguna. Apa ada sesuatu yang mendekat dari arah hutan?"
[Tepat sekali, Tuan]
Sudut bibir Kiya melengkung ke atas.
"Umm ... begini, apa kalian bisa melakukan sesuatu untukku?" Tanya Kiya agak segan.
"Tentu saja. Kami pasti akan melakukan apa pun untuk membalas kebaikan Anda."
...
Sunyinya hutan langsung berubah ketika sesuatu melesat menimbulkan kegaduhan yang membuat semua hewan yang berhamburan.
"Perasaan yang aneh!?"
Dia adalah manusia, rambut hitam panjang berkilauan berkibar-kibar saat dirinya melesat dengan kecepatan tinggi. Wanita itu bergerak dengan cepat ke arah lokasi Kiya berada.
"Hawa membunuh yang sangat kental!"
Swoshh ...
Rapatnya pepohonan sudah menghilang berganti dengan daratan datar yang luas.
Mata berwarna biru saphir nampak memperhatikan ke seluruh area padang rumput, sampai akhirnya pandangannya berhenti pada sesuatu yang jaraknya masih beberapa kilometer.
Kenapa wanita itu bisa melihat sejauh itu? Yah ... dia menggunakan sihir.
"Eagle sight."
Wanita itu merasa harus cepat ke sana, oleh karena itu dia melepaskan sebuah cincin yang melingkar di jari tengah tangan kanannya dan langsung melemparkannya.
"Vian!"
Cincin yang dilemparkannya tiba-tiba berasap dan secara mengejutkan muncul seekor burung dengan bulu yang dominan berwarna biru.
Wanita itu langsung melompat ke atas burungnya dan terbang ke langit.
...
"Yah ... dia sudah sampai!" Kiya tersenyum tipis melihat ke atas.
"Wah ... ada burung besar berwarna biru terbang ke sini." Kata salah seorang anak menunjuk ke langit.
Semua orang lalu melihat ke arah yang sama. Dari burung itu melompat seorang wanita. Semua yang melihatnya terpana akan kecantikannya, kecuali Kiya. Dia hanya berkata "Hmm ..." Nampak tak peduli.
[Dia cantik, Tuan]
"A-ku sudah punya pacar dan aku orang yang setia!"
[Tuan sangat membosankan! Protagonis seharusnya membuat Harem]
Rambut hitam panjang berkibar dengan keren ketika wanita itu mulai berjalan mendekati Kiya dan yang lainnya. Mata biru yang sama dengan langit menunjukkan kesan kelembutan dan ke anggunan. Dan juga pakaian dengan warna dominan putih dan biru nampak cocok dengan wanita itu.
"Apa terjadi sesuatu?" Tanya wanita itu melihat ke sekeliling. Dia agak terkejut melihat rumput berwarna merah gelap dan dua kepala yang berserakan.
Tak ada yang berani menjawabnya.
Wanita itu pun sedikit tersadar dengan kondisi mereka.
"Mereka budak! Dan ... pemilik kepala itu pasti pedagang budak!" Batin wanita itu melihat kepala yang tergeletak.
Salah seorang budak memperhatikan secara seksama pedang tipe rapier dengan sarung berwarna biru yang menggantung di pinggang kiriya. Dia membedah semua ingatannya, dan akhirnya menemukan sesuatu.
"P-p-pahlawan Viola?"
Wanita yang bernama Viola menoleh padanya. "Jangan memanggil saya pahlawan! Rasanya belum pantas saya mendapatkannya."
"Syukurlah ... terima kasih Dewi karena telah menjawab do'a kami!"
Kiya yang berbaur di tengah-tengah mereka hanya tersenyum. Sebelumnya dia sudah berpesan pada mereka agar menyembunyikan fakta bahwa dialah pembuat keributan ini. Kiya agak malas jika nanti harus diintrogasi saat masuk ke kota. Itulah mengapa dia menunggu kedatangan seseorang dari hutan, dia tak menyangka bahwa dia adalah pemegang title pahlawan, Viola De Arca.
Perwakilan dari kelompok budak—mantan budak mendekat dan menjelaskan kejadian yang sudah jelas palsu. Ketegangan sedikit hilang ketika mengetahui identitas dari wanita itu. Para anak kecil pun mulai bermain-main dengan burung biru besar di belakang Viola.
"Begitulah Nona."
"Baiklah, aku mengerti." Viola mengangguk.
Viola lalu memejamkan mata dan menempelkan kedua tangannya seperti berdoa. Dan merapalkan suatu mantera.
"Kesembuhan bukanlah kuasaku, namun izinkan hamba-Mu yang lemah ini menggunakan sedikit kuasa-Mu, Heal!"
Cahaya biru yang menghangatkan menyelimuti semua orang, efek dari cahaya itu membuat mantan budak yang tubuhnya kurus langsung berisi. Sihir penyembuhan itu menyembuhkan kurang gizi mereka.
Kiya terkagum-kagum dengan kemampuannya. "Dia hebat!"
"Saya akan mengawal kalian sampai ke kota!" Kata Viola lembut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Budi Setiatwo
WOW
2021-08-22
0
lumpur
.
yang menting komen
2021-08-18
6
Arsya Hanafi
Udah mantap sih Tod tinggal Tunggu kelanjutan baca gas
2021-07-19
0