Alasan

"Ra, Dera." Panggilan ibu dari dapur.

"Iya buk," jawab Dera sambil mendekat kearah ibu.

"Ambilkan ketumbar nak."

“Baik buk.” Sambil berjalan menuju arah di mana ketumbar berada.

"Ini buk ketumbarnya." Sambil memberikan ketumbar yang diminta ibu.

"Ketumbar loh nak."

"Iya kan ini ketumbar buk," jawab Dera tidak mengerti maksud ibunya.

"Ini namanya merica ibu Dera Prameswariii."

"Loh, tadi aku ambil ketumbar kok yang ngikut merica yaa, rumah ini aneh buk, kayaknya ada penghuni yang gak suka sama Dera deh," jawab Dera berusaha menutupi ketidaktahuannya perihal bumbu dapur.

"Sak karepmu lah Der, pusing ibu."

Merekapun akhirnya tertawa dan melupakan sejenak perihal lelaki yang telah pergi itu. Hingga malam datang dan menutup semua pintu kenangan di masa lalu.

Dalam malam yang sunyi dan dingin yang menyelimuti

Terdengar lirih suaramu, terasa lembut sentuhanmu

Kupikir itu benar kehadiranmu, ternyata hanya haluku

Aku candu pada kalimat manismu

Aku candu pada rayuanmu

Dan aku begitu berharap kehadiranmu mengobati rinduku

Tapi tampaknya sang pencipta ingin tau

Perihal ketulusanku, Sehingga ia merusaha menjauhkanku denganmu

Supaya aku belajar perihal jarak yang jauh

Supaya aku mengerti perihal kasih yang utuh

Supaya aku belajar tentang cinta yang sungguh.

Bahwa cinta bukan sekedar kehadiran

Bukan sekedar kabar harian

Dan cinta bukan sekedar rayuan belaka

Cinta dan kasih adalah satu paket sempurna untuk memahami arti hidup, memahami arti rindu dan memahami manusia lain.

Satu lagi coretan hati Dera yang ia tulis dalam buku hitam kecil miliknya. Malam berganti dan jangkrik berbunyi. Sunyi menyelimuti gubuk tua yang dihuni dua wanita yang ditinggalkan kekasihnya. Kadang malam terasa begitu panjang hingga pagi tak kunjung datang.

"Kenapa pagi sekali ibu bangun?" tanya Dera pada ibu.

"Gak bisa tidur dari tadi malam Ra, jadi dari tahajud ibu gak tidur lagi," jawab ibu.

"Jangan terlalu difikirin buk, kan sudah ada Dera di sini."

"Iya nak."

Manusia selalu menyembunyikan tangisnya, mengadu pada sang pencipta di tengah malamnya. Dalam sujud yang panjang, dalam doa yang paling tulus mengharapkan yang terbaik dari Tuhan. 

Pagi di kampung memang berbeda dengan diperantauan, pukul delapan masih dengan kabut yang menyelimuti dinginnya tubuh mungil Dera. Dering telepon dari Risa tiba-tiba menyapa Dera yang masih asyik menghangatkan tubuhnya di depan tungku yang menyala.

"Halo Risa."

"Kamu di mana Ra? Gak pergi ngampus?" tanya Risa.

"Aku di rumah ni Risa."

"Loh kok malah pulang? Kita kan ada UTS hari ini sama besok."

"Aku masih kangen ibu Risa."

"Jadi UTSmu gimana Ra?""Aku nyusul aja kalau sudah pulang."

"Ooh gitu, ibu gimana? Sehatkan Ra?"

"Alhamdulillah ibu sehat."

"Alhamdulillah kalau gitu, yaudah deh Ra, aku mau belajar dulu sebelum dosennya masuk, salam buat ibumu yaa Ra. Assalamualaikum."

"Iya Risa, walaikumussalam." 

Sebenarnya Dera lupa jadwal ujian tengah semesternya akan diadakan hari ini, patah hati sering membuatnya lupa akan kegiatan rutin bahkan sekedar makan, apalagi tentang ujian yang datang tiga bulan sekali. 

"Di mana Dera Risa?" tanya Lika.

"Dia di rumahnya loh lik, entah kapan pulangnya tiba-tiba udah di rumah aja," jawab Risa.

"Loh loh loh ini kan ujian tengah semester, kok bisa bisanya dia malah pulang."

"Mungkin ada kepentingan yang gak bisa ditinggalkan di rumahnya Lik."

"Dera itu emang aneh anaknya."

"Aneh gimana Lik?" tanya Risa penasaran.

"Yaa aneh aja, dulu si Abi nungguin dia bertahun-tahun, giliran udah bisa move on eh dia malah sama Restu. Padahal yaa Ris, gantengan juga si Abi daripada si Restu itu. Sekarang aja mungkin sebenernya ibu cuma jadi alasan dia aja, dia tau kali kalau besok Restu bakal sosialisasi ke jurusan kita."

"Apaan sih lik, kok jadi suudzon kemana-mana gitu."

"Lagian kan ini ujian loh Risa, ujian."

"Au ah aku mau belajar aja gak mau nggosip".

Seringnya manusia lari atau bahkan bersembunyi dari masalah. Entah itu mendadak menghilang, entah tiba-tiba memutuskan pergi menjauh. Padahal masalah selalu ada di atas kepalanya sendiri dan ia akan membawanya bahkan hingga mati. Namun tidak bisa dielak juga bahwa waktu dan sunyi bisa membuat kita belajar menangani masalah yang sedang dihadapi.  Hanya beberapa orang yang tau perihal waktu dan tempat yang bisa dijadikan sebagai pembelajaran untuk menyelesaikan masalah.Malam dan Tuhan, satu paket sempurna untuk menuangkan keluh kesah dalam jiwa. Karena sunyi yang dihadirkan malam selalu bisa membuat kita terbuka akan duka dan dosa. Tuhan, selalu bisa membuat manusia tenang bahkan walau hanya menyebut namanya. 

Tuhan, masih pantaskah aku berdoa pada engkau yang sering aku duakan dengan makhluk-Mu?

Masih pantaskah aku memanggil nama-Mu sebagai penenang jiwaku?

Sejujurnya aku malu, hanya mendatangimu kala hatiku sendu, kala hatiku tak menentu.

Allah, Engkau Dzat yang Maha Tahu

Tahu perihal luka hatiku, perihal kegagalanku, dan perihal dosaku padamu.

Ya Allah

Engkaulah yang maha adil, dan maha pengampun

Sudilah kiranya bagimu untuk mendamaikan sesalku, mendamaikan hancurku.

Sudilah kiranya bagimu mengampuni tindakanku yang telah melanggar perintahmu.

Sudilah kiranya bagimu memaafkanku.

Doa Dera yang begitu khitmad, begitu dalam. Selama hidup, Dera jarang sekali memohon hingga menangis, lelaki itu, lelaki yang membuat Dera mengerti bahwa sebenarnya ia tidak memiliki siapapun. Termasuk memiliki seorang pujaan hati. Setelah selesai sholat, Dera selalu bersujud untuk menumpahkan air matanya, menumpahkan sesak jiwanya, menumpahkan segala isi hatinya kepada sang pencipta. Meski Dera sadar bahwa ia datang saat jatuh, Dera tetap percaya Tuhannya Allah selalu memiliki pintu ampun dan taubat. Tuhannya Allah akan berbaik hati menyembuhkan luka hatinya saat ini.

Semua datang dan pergi sesuka hati, meninggalkan kenangan dan melanggar janji.

Restu tidak sejahat yang dilihat, ia punya alasan kenapa harus pergi, begitu juga dengan ayah.

Saat pertama kali mengetahui perangai asli ayahnya yang masih memendam rindu pada kekasihnya dulu, Dera selalu menceritakannya pada Restu.

"Tidak semua laki-laki itu seperti itu Ra, contohnya aku" Kata Restu.

"Emang kamu gimana?"

"Aku gak bisa mencintai dua wanita dalam waktu bersamaan"

"Ayahku juga tidak mencintai ibuku, ia hanya mencintai wanita di dompetnya itu Restu"

"Darimana kamu tahu?" tanya Restu.

"Setiap bertengkar dengan ibu, ia selalu duduk di belakang rumah sambil bercerita dengan dompetnya itu Restu, aku gak tau pasti apa ceritanya, tapi pandangannya benar-benar tulus pada foto di dompetnya itu"

"Kadang orang bersatu bukan cuma karena cinta Ra, misalnya saja ayahmu, bukan cuma paksaan karena dijodohkan, mungkin ia juga memilih ibu Dera karena gak kuat melihat apa yang diinginkan nenek Dera itu gak tercapai, kita gak pernah tahu motif orang lain melakukan sesuatu kalau gak bertanya langsung dengan yang mengalaminya Ra"

"Terus aku harus gimana sama keluarga ini Restu?"

"Kamu harus Terima bahwa kelurgamu dibangun bukan karena cinta, kalau harus berpisah jika itu lebih baik yaa gak papa. kita gak pernah tahu seberapa sulitnya ayahmu berpura-pura mencintai ibumu, dan gak pernah tahu seberapa keras ibumu untuk mencintai ayahmu meski akhirnya gagal, Terima aja Ra, terima bahwa gak harus punya keluarga yang harmonis"

Dera menatap Restu dengan dalam.

"Terus kamu? apakah bersamaku karena cinta?"

"Kalau gak?"

"karena bosen kadang"

"Enggak sayang, aku gak kayak gitu kok"

Percakapan di pinggir pantai itu yang membuat Dera merasa bahwa jika ia benar-benar kehilangan cinta dari ayahnya, ia masih memiliki cinta dari lelaki di sampingnya itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!