Hubungan Dera dan Restu bukan hanya soal berpacaran dan menghabiskan waktu bersama. Mereka pernah saling merangkul, pernah saling menyatu, dan berdoa bersama untuk satu sama lain.
Dera ingat betul saat Restu yang harus bangkit dari keterpurukan yang menimpa keluarganya.
Lima tahun lalu, Restu sempat berada pada situasi yang sangat sulit, usaha makanan keluarganya kian mengalami penurunan. Alasannya sudah cukup jelas, bahwa iri hati bisa membutakan mata siapa saja, bahkan jika itu adalah saudara sekandung.
Usaha yang dibangun susah payah oleh ayah Restu dipermainkan oleh adiknya sendiri. Awalnya ayah Restu merasa perlu memasukkan adiknya kedalam bagian penting perusahaan. Namun pada akhirnya, Om Wisnu sebagai adiknya tidak merasa demikian.
Tanpa disadari perekonomian perusahaan seperti dalam drama televisi, beberapa aset yang berpindah tangan, hutang yang cukup besar untuk dibayar dan seseorang yang sangat penting memegang kendali tersebut menghilang.
Akhirnya usaha yang susah payah dibangun itupun bangkrut, membuat ayah Restu mengalami serangan jantung dan membebankan semua urusan rumah tangga kepada anak pertamanya. Sejak saat itu hingga sekarang, Restu adalah tulang punggung bagi keluarganya.
Masalah uang memang bisa dicari kalau terus diusahakan. Berjuang setiap hari demi bisa makan untuk esok hari hingga tanpa disadari waktu yang dibagi untuk orang terkasih mulai berkurang.
Restu gak pernah tahu ternyata selama ia mengusahakan ekonomi keluarga ternyata ibunya sakit, dan meninggalkannya saat ia pergi merantau. Ibunya meninggal saat ia berusaha menghidupi keluarganya.
Rasa bersalah terus membuntuti Restu selama berbulan-bulan, hingga akhirnya ia depresi dan gak ada yang tahu soal itu selain Dera.
Dera dan Restu sudah berteman sejak lama, dan Deralah satu-satunya orang yang mengetahui bagaimana rasa bersalahnya Restu saat ia tidak ada disaat pemakaman ibunya.
Berada di samping rumah, menatap langit yang terlihat mendung, Dera memanggilnya dari balik jendela.
"Restu, udah mau hujan itu, ayo masuk, nanti kamu sakit"
Tidak ada respon, dan hujanpun perlahan membasahi tubuh lelaki malang itu.
Dera ingin mencari payung untuk menjemput Restu tetapi ia urungkan niatnya karena melihat lelaki itu terjatuh dan menjerit sekencang yang ia bisa.
"Maamaaaa, kenapa mama tinggalin Restu, kenapa mama bohong sama Restu? kenapa ma?"
Tak perlu menunggu lama untuk melihat lelaki itu, Dera langsung menghampiri nya dan memeluk erat lelaki itu.
"Restu, jangan begini, mamamu di sana gak mau kamu sakit"
Restu melepaskannya dengan kasar sambil berteriak.
"Diam!"
Tatapan tajam itu membuat Dera merasa sedikit takut dengan sikap Restu.
"Mama pergi Ra, dia gak akan bisa kembali, dia yang selalu nguatin aku Ra, aku sayang sama dia, tapi Tuhan gak sayang samaku Ra"
Tangisannya mengibaratkan luka yang begitu dalam atas kepergian orang terkasih.
"Mama pergi Ra!"
Dera kembali memeluk nya dengan sedikit paksaan dan berbisik pelan pada Restu.
"Hei Mama sayang sama Restu, pun begitu dengan Tuhan. Gak ada yang paling sulit selain menerima perpisahan Restu, tapi bukan berarti hal itu gak bisa dilakuin. Kita masuk yaa, jangan sampai mama marah tahu kalau anak lelakinya ini gak bisa menerima takdir Tuhan"
Sejak kepergian mamanya, Restu menjadi pendiam dan murung, cinta pertamanya telah meninggalkannya. Bagaimana mungkin ia bisa tertawa bahagia?
Sejak saat saat itulah Dera selalu memperhatikan keadaan dan kesehatan Restu. Ia merasakan bahwa Restu memang sedang membutuhkan teman.
Dera memahami rasa sakit yang dirasakan Restu, karena ia juga memiliki perasaan yang cukup besar untuk ibunya.
Mulai dari perhatian kecil seperti menyiapkan makanan, hingga mendatangkan psikolog untuk Restu, Dera lakukan karena ia percaya bahwa Restu memang berhak bahagia. Tanpa menaruh rasa sedikitpun. Karena yang Dera rasakan adalah kasih sayang kepada ibunya.
Selama sewindu, Dera memperhatikan betul bagaimana keadaan Restu hingga benar-benar sembuh dan tidak lagi memikirkan untuk menjemput ibunya dengan seutas tali.
Ya, sebegitu tidak relanya Restu kehilangan mamanya, hingga ia beberapa kali berusaha mengakhiri hidupnya. Dan menjadi alasan bagi Dera untuk akhirnya mendatangkan psikolog untuk Restu.
Keluarga restu bukannya tidak memperhatikan, tapi bagi mereka seharusnya Restu terbiasa seperti adiknya yang lain dan tidak perlu berlebihan seperti yang ia lakukan saat itu.
Dera selalu ada disaat Restu berada dimasa terburuknya, saat kehilangan ibunya, Deralah yang menjadi pengganti ibunya.
Tapi saat Dera kehilangan ayahnya, Restu tidak menggantikan posisi ayahnya.
Begitulah hidup, seharusnya kita tidak seharusnya menaruh harap pada siapapun, tidak seharusnya kita berharap apa yang kita lakukan pada orang lain, akan dibalas sama dengan orang lain yang kita bantu.
Itu kenapa ketulusan selalu dihargai lebih mahal, karena tidak semua orang memilikinya, meskipun itu adalah orang yang sering membantunya sekalipun.
Meskipun Dera merasa bahwa seharusnya Restu tidak pergi saat ayahnya perlahan mulai meninggalkannya, tetapi dalam hatinya yang sungguh dalam ia benar-benar masih mengharapkan lelaki itu kembali dan tetap menemaninya.
Dera tetap berharap bahwa lelaki itu datang dan menguatkannya seperti ia menguatkan lelaki itu saat ibunya pergi. Dera tetap berharap bahwa perempuan yang menggandeng tangan lelaki itu adalah dirinya. Meski jelas perpisahan itu sudah terucap, Dera masih menginginkan Restu kembali dengan cinta seperti sebelumnya.
Begitulah perempuan, selalu punya cara yang tetap ia pertahankan meski menyakitkan hanya karena perasaan sayang. Apakah laki-laki juga begitu? Aku tidak tahu, karena laki-laki terlalu banyak menyembunyikan sesuatu. Beberapa orang mungkin akan mengatakan bahwa perempuan yang mudah membawa perasaannya sangat tidak bisa mengambil keputusan yang benar, aku juga tidak tahu, karena bagiku keputusan yang tepat tidak hanya memberikan jalan logika dn pemikiran mendapatkan medalinya, tetapi perasaan dan jiwa juga harus mendapatkan ketenangannya.
Harapan kini hanya tinggal harapan, entah terwujudkan atau tidak, tapi tampaknya sangat mustahil.
Perdebatan isi kepala dan hati terus memperkeruh suasana yang dirasakan oleh Dera, ia merasa bahwa dunia ini sungguh tidak adil, saat ia memberikan sepenuh hatinya kepada seseorang, mengapa orang lain memberikan seutuhnya bukan kepada dirinya?
Saat cinta membutuhkan balasan, sesungguhnya itu bukannya cinta yang abadi. Karena kasih adalah sebuah ketulusan yang tiada seorangpun bisa menggantikannya dengan hal yang benar-benar persis.
Dengan terpaksa, Dera harus merelakan dan harus menerima bahwa apa yang menjadi rencananya bukanlah yang diinginkan Tuhannya. Apa yang impikannya tidak harus terwujud, apa yang menjadi keinginannya memang harus hancur.
Rencana Tuhan yang terbaik, jadi jangan berpura-pura tahu bahwa ini bukan jalan yang seharusnya.
Rencana Tuhan hebat, jadi jangan berpura-pura bahwa kita merasa lebih tahu hari esok dibandingkan sangat pencipta.
Sungguh kesombongan yang sebenarnya adalah ketika kita merasa bahwa Tuhan melakukan hal yang salah untuk kehidupan kita.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments