Pertemuan Kedua

"Kakak salut sama kamu, berani banget sih dek?" Kata Andrew saat dia dan Marsha sedang nongkrong di kamar Marsha.

"Aku kan cuma mau ngomong yang bener kak, lagi pula itukan perusahaan keluarga kita. Masa aku diam aja saat melihat sesuatu yang aneh?"

"Bukan begitu, tindakan kamu itu bisa saja membawa masalah nantinya. Kakak hawatir kamu mendapat tekanan dan ancaman!"

"Emang mereka berani? yah walaupun aku gak pernah cerita aku siapa, semakin mereka menekan aku bakal semakin vocal!" Ucap Marsha sambil mencomot coklat yang ada di tangan kakaknya.

"Jadi, kamu beneran yakin ada faktor sengaja?"

"Ya yakinlah kak, perusahaan keluarga kita ini perusahaan besar, semua bagian sudah dibekali teknologi untuk mempermudah pekerjaan mereka. Semua akan terbaca pada komputer yang terhubung. Dan kesalahn penginputan itu cuma alasan yang dibuat-buat. apalagi selisihnya cukup besar, dan semua digit angka berubah jauh. Jadi, aku yakin ada yang bermain-main, hanya saja caranya tidak cantik!"

"Tapi, kamu yakin pak Ronal tidak terlibat?"

Marsha mengangguk.

"Tapi pak Ronal di tekan. Dia pernah ingin melakukan investigasi langsung saat terjadi kesalahan data, tapi saat dia bertanya ke staf audit, katanya datanya normal, gak ada yang salah dan pak Ronal tidak bisa bergerak, padahal dari neraca terlihat jelas perbedaan signifikan, Jadi staf audit aku yakin ada yang terlibat."

"Terus kamu dan Pak Ronal apa rencananya?"

"Seperti yang kakak minta, kami akan membentuk tim audit dan investigasi sendiri. Tapi aku harap kakak berkenan mengeluarkan surat wewenang untuk kami bisa menembus divisi lain untuk kasus ini."

"Oke, nanti kakak akan minta persetujuan kakek juga."

"Oiya, kakek lagi ngapain kak? Kakek marah gak ya?"

"Ya gak lah, kakek malah kaget melihat kamu begitu berani!"

"Hmm, kak, nanti bantuin ya masalah audit dan investigasi itu, paling gak aku butuh poinnya, biar gak salah langkah."

Andrew tersenyum, dia mengacak pelan rambut adik semata wayangnya itu.

"Tenang aja, kakak pasti bantuin!"

"Ahh, Terima kasih! Kakakku yang paling baik sedunia!" Kata Marsha sambil memeluk kakak tersayangnya.

"Iya adikku yang manis pas ada maunya doang!" Kata Andrew sambil tertawa. Marsha juga tertawa.

"Tau aja!!!" Katanya.

Marsha dan Andrew bukan anak kecil lagi, Marsha yang berusia 22 tahun, dan Andrew yang berusia 28 tahun. Tapi mereka terbiasa untuk saling bermanja-manja dan bercerita. Sudah kebiasaan mereka sejak kecil. Mereka akan saling bertandang ke kamar saat salah satu tampak tak terlihat, dan akan bercerita selama berjam-jam saat ada waktu luang. Marsha dan Andrew memang sama-sama jomblo. Setau Andrew, setelah cinta monyetnya, Marsha tidak pernah berpacaran. Sama halnya seperti yang Marsha tau Andrew sudah beberapa tahun ini jomblo, karena dia sulit menemukan kekasih yang tulus mencintai dia. Jadi tak heran jika kedua kakak adik ini begitu dekat.

...***...

"Marsha, kakek minta kamu hati-hati dan waspada ya nak, Kakek akan membayar orang untuk menjaga kamu. Kakek benar-benar khawatir!"

"Ga perlu kek, aku bisa menjadi diri, aku juga bisa bela diri!"

"Gak bisa! Jangan buat kakek kepikiran kamu!" Kata Adiwijaya menekankan jika ucapannya adalah suatu keputusan.

"Ya udah, aku nurut apa kata kakek!" Kata Marsha pasrah. Andrew hanya tersenyum melihatnya. Saat itu mereka berkumpul di meja makan pada waktu sarapan.

"Memang ada apa pa? Kenapa Marsha harus ada bodi guard?" Tanya mama Marsha khawatir.

"Hanya ada sedikit masalah di kantor, papa gak mau Marsha ada yang mengusik!" Kata Adiwijaya tak berniat memberitahu menantunya itu agar tidak khawatir.

Kening papa Marsha berkerut, dia tidak tahu apa yang terjadi, karena semalam dia tidak stay di kantor karena mengawasi proyek perusahaan yang lainnya. Lagi pula Marsha masih di posisi staf, dan tidak ada yang tau jika dia cucu Andara Adiwijaya. Papa Marsha menatap anaknya meminta penjelasan. Marsha hanya nyengir.

"Ya udah, aku berangkat duluan ya, kek, pa, ma, kak Andrew!" Kata Marsha sambil menyalami satu persatu keluarganya.

...***...

"Marsha, Kita akan bertemu pak Andrew untuk menanyakan perihal pembentukan Audit dan Investigasi kemarin, apakah membentuk orang dalam atau merekrut pihak ke tiga?"

"Saya fikir tim kita bentuk sendiri dari orang dalam sih pak, Kita yang memilih dari staf yang kompeten di bidang audit, jujur dan berani. Karena angka yang hilang juga untuk ukuran perusahaan sebesar ini bukanlah angka yang besar dan membuat perusahaan akhirnya bangkrut. Hanya saja kalau dibiarkan tanpa diberi efek jera, kejadian ini akan berlanjut. Tapi biar tidak salah sangka tidak ada salahnya juga kita bertemu dan konsultasi langsung ke pak Andrew pak!" Jawab Marsha.

"Baik, nanti biar saya yang menghubungi sekretaris pak Andrew. Saya kagum sama kamu Marsha, kamu sangat berani dan tegas. Saya sebenarnya sangat khawatir dengan hal ini, karena jika terjadi sesuatu saya pasti akan terseret walaupun saya tidak tahu apa dan bagaimana sebenarnya laporan ini bisa kacau." Kata Pak Ronal.

"Saya rasa bapak harus lebih tegas lagi, Perusahaan pasti akan melindungi bapak jika bapak benar!" Jawab Marsha.

"Marsha, kita ini bukan siapa-siapa disini, kita tak punya kekuatan apapun. Aah, terkadang saya sangat khawatir saat melakukan kesalahan."

"Pak Ronal tenang saja, selagi bapak jujur dan benar, tidak ada yang perlu di khawatirkan. Iya pak, saya sama Mario izin dulu kami akan mengambil laporan sekaligus mengecek gudang 105, apa sesuai data atau tidak." Kata Marsha.

"Iya, silahkan, kalau bisa ponsel kamu harus dalam keadaan On, jadi saya bisa segera menghubungi kamu saat akan menghadap pak Andrew."

"Siap pak! Kalau gitu saya permisi dulu." Pamit Marsha.

...***...

"Oke, kita jalan sekarang! Pake motor gak Keberatan kan? Biar gak terjebak macet?" Tanya Mario.

"Iya, gak pa-pa! Tapi kamu bawa helm kan?"

"Ada kok, ni!" Kata Mario sambil menyerahkan sebuah helm kepada Marsha. Dengan berboncengan mereka segera berangkat ke tempat tujuannya. Butuh waktu hampir 30 menit untuk mereka menuju kesana. Kanya merasakan ponselnya dari tadi bergetar. Begitu turun dari motor dia segera membuka ponselnya. Dan Ponsel itu kembali berdering.

"Kamu dimana? Bareng siapa tadi boncengan?" Ternyata Andrew.

"Aku di gudang 105 kak, bareng temanku Mario, Biasalah cek kerjaan. Kenapa?"

"Kakak fikir kamu kemana, Ya sudah hati-hati. Kerja yang bener!" Pesan Andrew. Dia lalu mematikan ponselnya.

"Dari siapa?" Tanya Mario penasaran karena Marsha menyebut namanya.

"Kakak ku, mungkin tadi dia lihat kita di jalan. Jadinya di tanyain."

"Oh, Kakak kamu cewek apa cowok?" Tanya Mario penasaran. Mereka berbicara sambil berjalan menuju ruang administrasi gudang.

"Cowok, kenapa? Mau di kenalin?" Tanya Marsha.

Mario terkekeh.

"Kalau cowok gak perlulah, kalau cewek bolehlah!" Ucapnya.

"Huh, Dasar!" Gerutu Marsha. Lalu mereka tiba di ruang administrasi gudang, dan segera fokus dengan tujuan mereka untuk ke tempat ini. Hampir dua jam mereka di tempat itu. Setelah selesai mendapatkan data dan laporan yang mereka inginkan. Mereka kembali menuju kantor utama. Tapi ditengah perjalanan Mario mengajaknya untuk minum es dan menikmati semangkok Bakso.

"Tadi kok elo lama banget di ruang pak Ronal?" Tanya Mario.

"Iya, ada yang dibicarakan tentang kelanjutan rapat kemarin."

"Eh, emang waktu rapat ada apaan si? Gue juga ada dengar sedikit kehebohan, tapi gak terlalu menanggapi. Ada kejadian apa?" Tanya Mario.

"Biasa, tentang laporan yang kemarin aku buat, dan angkanya berbeda dan terlalu jauh selisihnya dari data sebelumnya. Katanya ada kesalahan input dari beberapa divisi, tapi tau deh!"

"Kesalahan input di sistem kita itu kecil banget, paling juga sengaja!" Kata Mario sambil menyeruput kuah baksonya.

"Nah, itu dia yang gue ungkap pas rapat! Jadinya pak Andrew meminta pak Ronal untuk melakukan audit dan investigasi tentang data tersebut."

"Hah, elo terang-terangan ngomong kesalahan data itu disengaja gitu?" Tanya Mario tak percaya.

"Gak gitu juga, tapi intinya gitu, kalau kesalahan sistem dan penginputan data itu kecil sekali resikonya, kecuali emang faktor sengaja. Apa lagi saat dilihat dari variasi angkanya yang jauh banget bedanya, rasanya gak mungkin."

"Berani banget sih lo? Elo kan anak baru!"

"Masa Bodoh!!!"

"Tapi jujur, gue dari awal elo gabung bareng kita, gue salut sama elo, sepertinya elo benar-benar paham seluk beluk perusahaan, apalagi bawaan elo yang tenang dan gak canggung sama sekali dengan apapun itu yang diberikan. ke elo, eh, jangan-jangan elo mata-mata ya?" Selidik Mario.

"Mata-mata apaan?? Orang gue juga masuk ke perusahaan pake ngantri, pake interview, pake di training dulu!!!" Kata Marsha.

"Eh, udah kelar kan? Kita balik lagi ke kantor yuk, takutnya pak Ronal nyariin lagi!" Lanjut Marsha.

"Udah, bentar aku bayar dulu!" Kata Mario sambil beranjak dari duduknya, dan membayar pesanan mereka tadi. Setelah itu merekapun kembali ke kantor.

...***...

Marsha terburu-buru masuk ke dalam kantor dengan tangan dan mata yang fokus ke layar ponselnya. Tanpa sengaja dia menabrak seseorang dari belakang.

"Maaf, saya gak sengaja!" Ucap Marsha. Dia mencoba melihat siapa orang yang barusan di tabraknya. Orang itu berbalik badan. Dia kaget saat melihat siapa orang yang sudah menabraknya.

"Kamu?!" Katanya sambil mengangkat tangan menunjuk Marsha.

"Kamu lagi - kamu lagi!" Kata orang itu. Marsha mencoba mengingat-ingat siapa orang yang di tabraknya.

"Ahh, Mas yang tabletnya rusak karena di lempar dan gak sengaja saya injek itu ya?" Kata Marsha.

"Jelas-jelas gara-gara kamu tablet saya rusak! bukannya minta maaf malah kabur!"

"Aduh, saya sudah minta maaf, tapi mas nya yang rese, betah nyari ribut sama saya. Udah ah, saya gak mau ribut, saya ada urusan penting! Bye!!!" Kata Marsha sambil meninggalkan Bertrand begitu saja.

"Kenapa sih gue ketemu lagi sama ni orang! ngerusak mood aja!" batin Bertrand. Dia kembali fokus ke tujuannya semula datang ke kantor ini.

...***...

"Oke pak Bertrand, Saya setuju, nanti kita atur waktu untuk bertemu, dan bawa tim ada yang akan melaksanakan projects ini, dan saya juga akan mempersiapkan tim dari perusahaan kami. Sekalian kita akan atur poin dan perjanjian kerjasamanya." Kata Andrew.

"Baik pak Andrew, kami menunggu kabar dari anda, kapanpun ada menghubungi kami, kami siap. Terima kasih pak Andrew atas kerjasamanya, senang bermitra dengan anda!" Kata Bertrand kalem.

"Sama-sama pak Bertrand, mungkin untuk kali ini cukup sampai di sini saja pembicaraan kita dan akan kita lanjutkan dipertemuan berikut nya!" Kata Andrew menutup obrolan mereka.

"Baik, sekali lagi terima kasih. Saya permisi dulu, saya tunggu kabar dari Bapak selanjutnya." Ucap Bertrand sambil mengulurkan tangan mengajak berjabat tangan. Andrew menyambut tangan tersebut. Lalu Bertrand segera keluar dari ruangan Andrew.

"Yesss!!!!" Teriaknya begitu sampai di depan pintu, dia sama sekali tidak melihat, bahwa tak jauh darinya ada orang lain yang juga ada di sana.

"Sehat, Mas?" Sindir Marsha yang melihat hal itu, sementara pak Ronal dan sekretaris Andrew hanya tersenyum melihat tingkah Bertrand.

Bertrand segera berpaling ke seseorang yang menegurnya.

"Elu?" Katanya sambil menunjuk Marsha.

"Kenapa?" Tanya Marsha.

"Sempit banget hidup gue dimana-mana ada elu, sengaja elu ngikutin gue?" tuduh Bertrand.

"Aku??? ngikutin kamu???? Gak ada kerjaan banget!!! dasar gak beres ni orang!!" Gerutu Marsha.

"Yuk pak Ronal, buang-buang waktu aja setiap kali ada ni orang!" Kata Marsha sambil berlalu dari hadapan Bertrand.

"Awas aja Lo ya kalo muncul di hadapan gue lagi!!!" dengus Bertrand. Dia segera pergi setelah menyapa sekretaris Andrew.

...***...

Terima kasih sudah bersedia mampir dan meluangkan waktu membaca novel karya saya😊💐🙏

Mohon dukung karya saya dengan klik suka, berikan vote dan tinggalkan saran dan kesan di kolom komentar ya kak😊😊😊

Sekali lagi, Terima kasih😊💐🙏

Episodes
1 Pertemuan Pertama
2 Rencana Kakek
3 Pertemuan Kedua
4 Mencari Kado
5 Keributan di Cafe
6 Pesan Andrew
7 Obrolan di Cafe
8 Ribut di Minimarket
9 Meeting
10 Bertemu Mario
11 Kekhawatiran Andrew
12 Meeting di Restoran
13 Keributan di Meja Makan
14 Bersama Ardi
15 Ungkapan Hati Mario
16 Persiapan Jamuan Makan Siang
17 Makan Siang Bersama.
18 Obrolan di Meja Makan.
19 Perjodohan
20 Langit Senja yang Menenangkan
21 Curhat
22 Pembicaraan Serius
23 Tak Pernah Dibayangkan
24 Kegusaran Bertrand
25 Sikap Aneh Bertrand
26 Panik
27 Di Klinik
28 Bermalam di Klinik
29 Berkumpul di Klinik
30 Pembicaraan Keluarga
31 Kesepakatan Marsha dan Bertrand
32 Bertrand yang Menyebalkan
33 Fitting (1)
34 Fitting (2)
35 Lunch
36 Galau
37 Hari Itu Tiba
38 Pantry ...
39 Panggilan Video Kakek
40 Bukan Malam Pertama pada Umumnya
41 Keributan di pagi Hari
42 Tiket Bulan Madu
43 Walk in closet
44 Setengah Transparan
45 Efek setengah transparan
46 Tak semudah yang dibayangkan
47 Mencoba berteman
48 Bukan bulan madu
49 Cerita dengan sahabat
50 Bertrand dan Aline
51 Obrolan Bertrand dan Rista
52 Cerita Rista (1)
53 Cerita Rista (2)
54 Cerita Rista (3)
55 Sikap aneh Bertrand
56 Yang sopan Marsha!
57 Bosan
58 Bisikan tidur
59 Berkemas
60 Curhat with Rista
61 Mencoba saran Rista
62 Marsha pergi, Bertrand sakit
63 Bukan Malam Pertama
64 Positif
65 Amarah Kakek
66 Akhirnya...
67 Pengen gampar, boleh?
68 Bahagia Selamanya
Episodes

Updated 68 Episodes

1
Pertemuan Pertama
2
Rencana Kakek
3
Pertemuan Kedua
4
Mencari Kado
5
Keributan di Cafe
6
Pesan Andrew
7
Obrolan di Cafe
8
Ribut di Minimarket
9
Meeting
10
Bertemu Mario
11
Kekhawatiran Andrew
12
Meeting di Restoran
13
Keributan di Meja Makan
14
Bersama Ardi
15
Ungkapan Hati Mario
16
Persiapan Jamuan Makan Siang
17
Makan Siang Bersama.
18
Obrolan di Meja Makan.
19
Perjodohan
20
Langit Senja yang Menenangkan
21
Curhat
22
Pembicaraan Serius
23
Tak Pernah Dibayangkan
24
Kegusaran Bertrand
25
Sikap Aneh Bertrand
26
Panik
27
Di Klinik
28
Bermalam di Klinik
29
Berkumpul di Klinik
30
Pembicaraan Keluarga
31
Kesepakatan Marsha dan Bertrand
32
Bertrand yang Menyebalkan
33
Fitting (1)
34
Fitting (2)
35
Lunch
36
Galau
37
Hari Itu Tiba
38
Pantry ...
39
Panggilan Video Kakek
40
Bukan Malam Pertama pada Umumnya
41
Keributan di pagi Hari
42
Tiket Bulan Madu
43
Walk in closet
44
Setengah Transparan
45
Efek setengah transparan
46
Tak semudah yang dibayangkan
47
Mencoba berteman
48
Bukan bulan madu
49
Cerita dengan sahabat
50
Bertrand dan Aline
51
Obrolan Bertrand dan Rista
52
Cerita Rista (1)
53
Cerita Rista (2)
54
Cerita Rista (3)
55
Sikap aneh Bertrand
56
Yang sopan Marsha!
57
Bosan
58
Bisikan tidur
59
Berkemas
60
Curhat with Rista
61
Mencoba saran Rista
62
Marsha pergi, Bertrand sakit
63
Bukan Malam Pertama
64
Positif
65
Amarah Kakek
66
Akhirnya...
67
Pengen gampar, boleh?
68
Bahagia Selamanya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!