Rencana Kakek

"Hai, lagi ngapain!" Tanya Andrew saat dilihatnya adik semata wayangnya berkutat dengan layar persegi di hadapannya, sementara beberapa kertas berserakan di atas tempat tidurnya.

"Tidur!" Jawab Marsha cuek.

Andrew mendekat melihat apa yang dikerjakan adiknya itu.

"Bikin proposal?"

"Dihukum kakek!"

"Kenapa?"

"Gara-gara telat ngantar File yang aku ambil sama kakak tadi."

"Perlu bantuan?"

"Gak usah, aku coba sendiri, nanti kalau gak bisa baru aku minta tolong kakak!"

Andrew mengacak gemes rambut adik semata wayangnya itu, walaupun sering kali nyebelin dan suka seenaknya, adiknya itu tetap adik manis yang penurut dan sayang keluarga.

"Oiya, gimana tadi orang yang mau presentasi sama kakak? Bener gak orang yang aku tabrak?"

"Iya. Udah kakak minta dia presentasi lisan, Sepertinya prospeknya bagus. Jadi kakak setujui!"

"Bagus deh, walaupun tu orang sengak banget, tapi aku akan merasa berdosa kalau usahanya gagal karena aku!" Jawab Marsha.

"Dia yang sengaja atau kamu yang Nyolot???" Ledak Andrew.

"Aku gak salah, ya aku Nyolot dong, itu namanya membela diri tau!!!! Udah ah sana, gangguin konsentrasi aja!!!" Usir Marsha sambil beranjak dan mendorong kakak nya itu keluar dari kamarnya.

...***...

"Gimana pa? Aku hebat kan!" Kata Bertrand Bangga. Papanya hanya geleng-geleng kepala melihatnya.

"Ini belum apa-apa Bertrand, yang kita lihat itu proses akhirnya nanti akan seperti apa? Yakin gak kamu bisa menanganinya?" Ucap papa Bertrand.

"Papa jangan ngeramehin aku, meskipun aku ini bandel, urusan gini mah kecillllll!" Ucap Bertrand sok menyepelekan tantangan dari papanya itu.

"Ada apa ini?" Tanya Kakek Bertrand yang tiba-tiba muncul.

"Ini ni kek, proyek aku sama perusahaan Andara Wijaya mendapat respon baik. Tadi aku sudah presentasi secara lisan. Dan aku tinggal menunggu waktu untuk datang keperusahaan itu membicarakan poin-poin kerjasama ini nantinya."

"Awal yang bagus, kakek yakin kamu bisa!" Ucap Kakeknya sambil tersenyum penuh arti.

...***...

Marsha tengah sibuk mengecek laporan perusahaan satu persatu sambil membuat rekapan datanya. Dia tampak serius menyelesaikan pekerjaannya sampai melupakan jam makan siang nya.

"Makan dulu non!"

tiba-tiba seseorang datang dan menaruh sekotak bento dan secup juice jeruk di meja Marsha.

"Eh, Mario! Apa ini? buat aku?" Tanya Marsha.

"Ya, tadi aku lihat kamu sama sekali gak bergerak dari depan komputer. Jadi aku inisiatif bawain kamu makan siang." Jawab Mario, rekan kerja yang berada dibawah divisi yang sama dengan Marsha.

"Thank you, you're so sweet!" Kata Marsha. Dia menghentikan sesaat pekerjaannya. Menikmati makanan yang dibawa oleh Mario untuknya. Lalu kembali fokus kembali ke pekerjaannya tanpa mengindahkan Mario yang terus memperhatikannya hingga seluruh staf karyawan kembali ke meja masing-masing melanjutkan pekerjaannya.

"Mbak Marsha, laporannya di tunggu satu jam lagi untuk rapat pimpinan ya!" Kata salah satu staf yang tiba-tiba berdiri di samping Kanya.

"Oke, nanti biar saya antar sendiri rekap laporan nya!" Kata Marsha. Dia lalu kembali fokus ke layar yang ada di hadapannya. Marsha melihat jam yang ada di layar komputernya. 15 menit lagi. Dan File terakhirnya sudah selesai di cetak.

"Oke!!! Gak ada yang salah!!!" Gumam Marsha, dia segera bangkit dan akan menyerahkan rekap laporan tersebut ke kepala divisi yang menaunginya.

"Permisi, maaf pak, ini rekap laporannya!" Kata Marsha saat masuk ke ruang pimpinan divisi.

"Oke! terima kasih Marsha. Ini sudah kamu cek kan?"

"Sudah pak, semua sudah saya teliti dengan baik, tapi jika bapak berkenan, bisa dikoreksi kembali dan saya akan segera perbaiki!" Ucap Marsha.

"Saya percaya sama pekerjaan kamu! Nanti kamu tolong dampingi saya saat rapat!" Perintah bos Marsha.

"Saya pak? Tapi apa gak pa-pa saya ikut rapat?"

"Iya kamu. Karena kamu yang mengerjakan laporan ini, kamu tentu menguasainya dengan baik. Oke kamu siap-siap! masih ada waktu 10 menit lagi."

"Baik pak, saya permisi dulu!" Kata Marsha sambil menundukkan punggungnya dan keluar dari ruangan bosnya dan kembali ke mejanya bersiap-siap untuk mengikuti rapat rutin untuk mengevaluasi kinerja setiap divisi perusahaan.

Ini pertama kalinya Marsha ikut rapat, dia sama sekali tidak mengerti bagaimana jalannya rapat nanti. Tapi dia sangat percaya diri jika dia pasti bisa.

"Lagi pula, paling juga rapatnya sama Andrew, papa, atau kakek sekalian!!!" Kekeh Marsha.

"Aku udah biasa ngomong sama mereka. Nyantai lah!" gumamnya lagi.

Marsha meraih cermin yang ada di laci mejanya. Dilihatnya penampilannya, masih rapi. Dia segera meraih agenda, pulpen, berkas file dan laptopnya, lalu segera kembali ke ruangan bos nya.

Ponselnya berdering. Dari bos nya yang memintanya segera ke ruang rapat di lantai atas.

Marsha segera ke atas, tak lupa membawa pulpen, agenda, dan laptop beserta berkas yang dia perlukan. Beberapa orang sudah berada di ruang rapat menyiapkan berkas dan laptopnya masing-masing yang mereka miliki. Marsha tidak terlalu mengenal tapi dia beberapa kali pernah berpapasan di lift. Karena kantor ini sangat besar dan memiliki banyak karyawan di setiap bagiannya.

Dia juga mempersiapkan laptop dan filenya. saat bersamaan tim direksi masuk. Salah satunya Andrew dan kakeknya.

...***...

"Saya minta laporan keuangan bulan ini!" Kata Andara Adiwijaya selaku pimpinan tertinggi di perusahaan tersebut.

Atasan Marsha menyerahkan laporan yang tadi di olah Marsha.

"Ini laporan kapan?" Tanya Andrew.

"Laporan terbaru pak." Jawab Marsha.

"Kenapa berbeda dengan laporan sebelumnya?"

"Laporan sebelumnya bukan saya yang membuat pak, baru kali ini saya diperintahkan membuat laporan. Dan saya sudah mempelajari laporan sebelumnya, memang ada kesalahan dalam penginputan data. Tapi sudah saya perbaiki dengan kondisi laporan terkini."

"Kamu sudah berapa lama bekerja di perusahaan?"

"Baru enam bulan pak!"

Andrew memandang atasan Kanya.

"Bagaimana bisa anda mempercayakan laporan kepada anak baru? Apa dia bisa dipercaya?" Tanya Andrew.

"Saya yakin dia dipercaya pak, walaupun masih baru Marsha cepat belajar, dan dia tidak segan untuk mengungkapkan ide atau apapun yang mengganjal di fikirannya mengenai masalah perusahaan. Dia juga sangat tegas dan berani. Karena itu saya yakin untuk menyerahkan data dan laporan penting perusahaan kepadanya pak. Jika terjadi sesuatu, saya yang akan bertanggung jawab." Kata Bos Marsha.

Ya, tidak ada yang tau jika Marsha dan Andrew adalah kakak adik dan mereka keturunan Andara Adiwijaya. Bahkan untuk masuk keperusahaan sendiripun mereka melewati seleksi yang ketat.

Andrew mengangguk mendengar penjelasan Bos Marsha. Dia sangat tau kemampuan adik perempuannya itu. Apalagi dia memang lulusan bisnis terbaik di universitas nya.

"Jadi apa benar laporan yang lama ada kesalahan dalam penginputan atau memang unsur kesengajaan?" Tanya Adiwijaya.

Bos Marsha terdiam, sementara kepala bagian yang lain tampak gugup.

"Menurut saya, sistem di kantor ini sangat baik, apalagi didukung dengan sumber daya manusia yang memang berkualitas dan di seleksi secara ketat. Semua sudah mendapat pelatihan dan training sesuai bidang masing-masing. Jadi seharusnya kesalahan dalam penginputan itu kecil sekali kemungkinannya." Ucap Marsha tegas.

Andrew tersenyum dalam hati. Dia tau akan berbahaya membawa Marsha dalam rapat seperti ini, ternyata bos Marsha benar-benar belum mengenal anak ini.

Bos Marsha memberi kode kepada gadis itu. Tapi anak itu malah membalas kode dengan gerakan tangannya. Hal itu diperhatikan oleh Adiwijaya.

"Bagaimana pak Ronald? Anda setuju dengan staf anda?" Tanya Adiwijaya kepada bos Marsha yang bernama pak Ronald tersebut.

"Sebenarnya memang ada ketidak seimbangan data dari laporan bulan lalu, saya sudah mencoba untuk mempelajari. Tapi saya belum menemukan jawabannya. Karena itu saya meminta staf saya untuk mencoba memasukan dan mengecek kembali data dan laporan beberapa bulan terakhir, ternyata memang terjadi kesalahan penginputan dari divisi produksi dan pemasaran dengan stok di gudang."

"Jadi anda yakin ini adalah kesalahan penginputan?" Pak Ronald terdiam. Tiba-tiba Marsha mengangkat tangannya meminta waktu untuk berbicara.

"Sebenarnya pak Ronald tidak bisa disalahkan sepenuhnya dalam hal ini pak, Karena pak Ronald sendiri hanya menerima data kemudian merekapnya. Dan data yang diinput pak Ronald sesuai dengan yang diterimanya. Dan untuk lebih jelas apakah ada kesengajaan atau memang karena kesalahan input perlu dibentuk tim investigasi untuk menelusurinya. Dan maaf sebelumnya, ini hanya pendapat saya." Kata Marsha yakin. Membuat kepala Divisi dan manajer yang ada di ruang rapat menjadi tegang.

Andrew bertepuk tangan. "Sebagai staf baru, kamu cukup berani. Bagaimana dengan bapak manajer siap untuk diinvestigasi?" Tanya Andrew. Suasana tegang. Hanya Marsha yang terlihat tenang.

"Pak Ronald, tolong siapkan Tim audit dan investigasi untuk semua divisi, libatkan staf anda ini di semua kegiatan dimaksud saya tidak mau ada yang bermain-main di perusahaan ini. Ingat jika sampai ada yang main-main, Silahkan siap-siap di depak dari perusahaan ini dan kredibilitas anda juga akan hancur." Ancam Adiwijaya. Beliau lalu bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan ruang rapat.

"Saya rasa semua sudah mengerti apa yang dikatakan bapak Andara Adiwijaya. Untuk itu semua harus bersiap-siap. Lebih baik, jika ada kesalahan katakan dari sekarang sebelum terlambat. Dan untuk pak Ronald dan Marsha, saya tunggu secepatnya laporan mengenai tim audit dan investigasi. Saya minta semua bergerak cepat. Jika ada hal yang diluar kendali, segera informasikan kepada saya. Terima kasih!" Ucap Andrew jelas dan tegas.

"Keren banget sih Andrew!" Ucap Marsha tapi hanya di dalam hati. Dia tersenyum, tanpa menyadari beberapa sorot tajam sedang menghujam kepadanya.

"Pak Ronald, kita kembali ke ruangan sekarang?" Tanya Marsha.

"Ayo, rapatnya sudah beres. Kita ada tugas yang harus segera dilaksanakan." Ucap Ronald. Dia segera keluar dari ruang rapat tanpa perlu berbasa-basi dengan rekannya yang lain.

...***...

"Kakek gak nyangka jika Marsha seberani itu!" Ucap Andara Adiwijaya saat hanya dia dan Andrew yang ada di ruang kerjanya.

"Aku gak heran sih kek, Dia itu kalau benar kan emang gitu, dia bakal bilang, bahkan akan terus berkeras dan adu ngotot!"

"Tapi kakek juga khawatir jika ada yang tidak senang dengan keberanian Marsha, apa lagi dia perempuan!"

"Kakek tenang aja, Marsha kan juga sudah dibekali bela diri. Dia pasti bisa jaga diri."

"Tolong kamu awasi adik kamu! Kakek takut ada yang macam-macam sama dia."

"Iya kek! Oh iya, itu Marsha kemarin kakek suruh buat apa? Katanya di hukum buat proposal. Tapi aku gak tau proposal apa."

"Kakek minta dia buat proposal perencanaan. Dia bebas memilih apa saja untuk proposal nya. Sebenarnya bukan sembarang hukuman, jika dia benar-benar serius dalam memberikan ide dalam proposal tersebut, prospek nya bagus dan jelas, kakek akan wujudkan isi proposal itu!"

"Aku rasa dia gak asal-asalan kek, dia benar-benar berfikir keras dan gak ingin diganggu saat aku ingin melihat apa yang dia kerjakan!"

"Kita lihat saja, tapi kamu rahasiakan dulu hal ini dari Marsha."

"Siap Kek!"

"Oya, bagaimana pertemuan kamu dengan cucu Wisnu Hutama kemarin?"

"Oh, masalah itu, aku gak tau ceritanya seperti apa, tapi Marsha minta aku untuk menerima kerja samanya dengan Bertrand, cucu kek Wisnu. Entah bagaimana Marsha merusak tablet yang dibawa Bertrand, dan sepertinya mereka sempat bersitegang juga."

"Oya? Kalau begitu sangat kebetulan sekali."

"Maksud kakek?"

"Kakek berencana menjodohkan Marsha dan Bertrand!"

"Appaaa???" Teriak Andrew kaget. Membuat kakeknya mengelus dada.

"Kamu ini. Nanti kakek akan jelaskan. Tapi awas, kamu harus rahasiakan hal ini dari adikmu!" Ancam Adiwijaya.

Andrew hanya bisa mengangguk pasrah. Dia tidak bisa membayangkan reaksi adiknya itu saat tau akan dijodohkan.

...***...

Terima kasih sudah berkenan membaca dan mengikuti novel ini. Mohon klik suka dan berikan vote untuk mendukung novel ini yaa, Terima kasih😊🙏💐

Episodes
1 Pertemuan Pertama
2 Rencana Kakek
3 Pertemuan Kedua
4 Mencari Kado
5 Keributan di Cafe
6 Pesan Andrew
7 Obrolan di Cafe
8 Ribut di Minimarket
9 Meeting
10 Bertemu Mario
11 Kekhawatiran Andrew
12 Meeting di Restoran
13 Keributan di Meja Makan
14 Bersama Ardi
15 Ungkapan Hati Mario
16 Persiapan Jamuan Makan Siang
17 Makan Siang Bersama.
18 Obrolan di Meja Makan.
19 Perjodohan
20 Langit Senja yang Menenangkan
21 Curhat
22 Pembicaraan Serius
23 Tak Pernah Dibayangkan
24 Kegusaran Bertrand
25 Sikap Aneh Bertrand
26 Panik
27 Di Klinik
28 Bermalam di Klinik
29 Berkumpul di Klinik
30 Pembicaraan Keluarga
31 Kesepakatan Marsha dan Bertrand
32 Bertrand yang Menyebalkan
33 Fitting (1)
34 Fitting (2)
35 Lunch
36 Galau
37 Hari Itu Tiba
38 Pantry ...
39 Panggilan Video Kakek
40 Bukan Malam Pertama pada Umumnya
41 Keributan di pagi Hari
42 Tiket Bulan Madu
43 Walk in closet
44 Setengah Transparan
45 Efek setengah transparan
46 Tak semudah yang dibayangkan
47 Mencoba berteman
48 Bukan bulan madu
49 Cerita dengan sahabat
50 Bertrand dan Aline
51 Obrolan Bertrand dan Rista
52 Cerita Rista (1)
53 Cerita Rista (2)
54 Cerita Rista (3)
55 Sikap aneh Bertrand
56 Yang sopan Marsha!
57 Bosan
58 Bisikan tidur
59 Berkemas
60 Curhat with Rista
61 Mencoba saran Rista
62 Marsha pergi, Bertrand sakit
63 Bukan Malam Pertama
64 Positif
65 Amarah Kakek
66 Akhirnya...
67 Pengen gampar, boleh?
68 Bahagia Selamanya
Episodes

Updated 68 Episodes

1
Pertemuan Pertama
2
Rencana Kakek
3
Pertemuan Kedua
4
Mencari Kado
5
Keributan di Cafe
6
Pesan Andrew
7
Obrolan di Cafe
8
Ribut di Minimarket
9
Meeting
10
Bertemu Mario
11
Kekhawatiran Andrew
12
Meeting di Restoran
13
Keributan di Meja Makan
14
Bersama Ardi
15
Ungkapan Hati Mario
16
Persiapan Jamuan Makan Siang
17
Makan Siang Bersama.
18
Obrolan di Meja Makan.
19
Perjodohan
20
Langit Senja yang Menenangkan
21
Curhat
22
Pembicaraan Serius
23
Tak Pernah Dibayangkan
24
Kegusaran Bertrand
25
Sikap Aneh Bertrand
26
Panik
27
Di Klinik
28
Bermalam di Klinik
29
Berkumpul di Klinik
30
Pembicaraan Keluarga
31
Kesepakatan Marsha dan Bertrand
32
Bertrand yang Menyebalkan
33
Fitting (1)
34
Fitting (2)
35
Lunch
36
Galau
37
Hari Itu Tiba
38
Pantry ...
39
Panggilan Video Kakek
40
Bukan Malam Pertama pada Umumnya
41
Keributan di pagi Hari
42
Tiket Bulan Madu
43
Walk in closet
44
Setengah Transparan
45
Efek setengah transparan
46
Tak semudah yang dibayangkan
47
Mencoba berteman
48
Bukan bulan madu
49
Cerita dengan sahabat
50
Bertrand dan Aline
51
Obrolan Bertrand dan Rista
52
Cerita Rista (1)
53
Cerita Rista (2)
54
Cerita Rista (3)
55
Sikap aneh Bertrand
56
Yang sopan Marsha!
57
Bosan
58
Bisikan tidur
59
Berkemas
60
Curhat with Rista
61
Mencoba saran Rista
62
Marsha pergi, Bertrand sakit
63
Bukan Malam Pertama
64
Positif
65
Amarah Kakek
66
Akhirnya...
67
Pengen gampar, boleh?
68
Bahagia Selamanya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!