Saat ini, Aqila telah sampai di depan kontrakannya, setelah membayar ongkos ojek online, dia pun masuk ke dalam rumah.
Aldo yang melihat kakaknya telah pulang ke rumah, segera menghampiri sosok wanita yang saat ini tengah duduk di sofa kecil yang berada di depan kamarnya. Sebelum berbicara dengan kakaknya, Aldo pergi ke dapur untuk mengambilkan air minum untuk Aqila.
Dia selalu merasa iba saat melihat kakaknya kelelahan sepulang kerja, biasanya dia selalu berinisiatif memijat kaki kakaknya untuk menghilangkan pegal-pegal yang dirasakan setelah sepulang kerja. Aldo segera menyerahkan air minum kepada aqila yang masih duduk meluruskan kedua kakinya.
"Ini Kak, diminum dulu airnya! Sepertinya hari ini kakak benar-benar kecapekan, ya? Apa Kakak tadi langsung diterima bekerja di perusahaan Anugrah Jaya? Sini, biar aku pijitin kaki kakak agar sedikit berkurang capeknya!"
Aqila pun tersenyum lebar begitu mendengar adiknya menawarkan untuk memijat kakinya. "Kamu memang adik kakak yang paling pinter. Kakak sangat bahagia memiliki adik laki-laki sepertimu. Sudah pinter, baik, pengertian lagi."
Aldo pun perlahan mulai memijat kaki kakaknya. "Tentu saja Kak, Aldo kan sangat menyayangi Kakak. Sebenarnya Aldo nggak tega setiap hari harus melihat, Kakak kelelahan sepulang kerja. Kalau Kakak mengijinkan, aku pasti sudah bekerja membantu meringankan kebutuhan kita dan pasti tidak akan secapek ini tentunya."
Aqila menggelengkan kepalanya,seraya mengusap lembut kepala adiknya. "Kakak sebenarnya tidak secapek itu, Al. Akan tetapi, Kakak sangat suka kamu pijat. Karena pijatan kamu sangat nyaman dan membuat tubuh Kakak kembali rileks. Sudah Kakak bilang kan, kalau tugas kamu hanyalah belajar. Kalau kamu mau membalas Kakak, hanya harus rajin belajar."
"Pertahankan prestasimu agar tetap menjadi juara satu di sekolah. Dengan begitu, kamu bisa masuk ke perguruan tinggi negeri nanti. Lagipula, bukankah kamu sudah banyak membantu Kakak. Setiap hari, kamu selalu memasak dan membersihkan rumah, sedangkan Kakak selama ini hanya tahu bekerja saja. Itu sudah membantu meringankan beban Kakak. Karena Kakak sudah tidak perlu memikirkan masalah rumah saat ada kamu yang membereskan semuanya."
"Kalau urusan masak dan membereskan rumah itu sih perkara sepele, Kak. Kakak fokus saja bekerja dan serahkan urusan rumah tangga pada adik tercintamu ini. Oh ... ya, Kak. Bagaimana hari pertama Kakak bekerja di perusahaan Anugrah Jaya? Apa kakak benar-benar sudah diterima bekerja di sana?"
"Alhamdulillah Al, Kakak tadi diterima dan langsung bekerja di sana. Akan tetapi, Kakak saat ini masih menjadi karyawan kontrak selama tiga bulan. Bila Kakak menunjukkan kinerja terbaik, maka besar kemungkinan nanti bisa diangkat sebagai pegawai tetap."
"Kakak hanya perlu menuruti semua perintah dari para senior dan atasan. Karena mereka semualah yang akan menilai pantas tidaknya diangkat menjadi karyawan tetap di perusahaan. Mereka semua orangnya sangat baik, tidak ada yang berusaha merendahkan kakak saat hanyalah karyawan kontrak. Akan tetapi, mereka sangat senang karena dengan adanya Kakak, pekerjaan mereka sedikit terbantu. Sepertinya Kakak akan betah bekerja di sana. Kamu doakan Kakak agar nanti bisa diangkat menjadi pegawai tetap dan kehidupan kita akan sedikit lebih baik."
"Tentu saja Kak, aku slalu berdoa agar bisa menjadi pegawai tetap di sana dan segera mendapatkan jodoh. Kenapa sampai sekarang kakak belum mengenalkan kekasih Kakak kepadaku? Apa sampai sekarang, Kakak belum mempunyai pacar? Umur kakak sudah 22 tahun. Harusnya mulai sekarang, Kakak memikirkan untuk mencari calon suami," ucap Aldo yang mengamati ekspresi wajah kakaknya.
Aqila mengerjapkan matanya begitu mendengar pertanyaan menohok dari adiknya. "Pacar aja Kakak belum punya, apalagi calon suami. Mana ada laki-laki yang mau sama Kakak. Apalagi kita ini miskin, mana ada laki-laki yang mau menerima dan mencintai kakak apa adanya di jaman sekarang ini."
"Kakak hanya memikirkan kamu, Al. Karena Kakak ingin kamu kelak menjadi orang yang sukses. Bila nanti kamu sudah menjadi orang sukses, meskipun Kakak tidak menikah kan masih bisa numpang hidup sama kamu."
"Iissh ... Kakak tidak boleh ngomong seperti itu lagi, karena kata-kata adalah doa, Kak. Jadi, hati-hatilah dalam berbicara. Aldo yakin suatu saat nanti, Kakak akan mendapatkan jodoh laki-laki yang baik dan mencintai serta menerima Kakak apa adanya. Bukankah rejeki, jodoh, maut sudah ditentukan oleh Tuhan!"
"Siapapun yang menanam kebaikan, pasti suatu saat akan menuai kebaikan juga dan itulah yang Kakak lakukan selama ini. Kakak selalu menanam kebaikan dan tentu saja kelak akan memetik hasil dari kebaikan yang ditanam. Siapapun laki-laki yang akan menjadi suami Kakak, Aldo yakin dia adalah orang yang baik. Aku akan selalu menjaga Kakak, tidak akan aku biarkan ada laki-laki berengsek yang menyakiti Kakak."
"Ini semua adalah bukti kasih sayangku kepada, Kakak. Tidak ada yang bisa kulakukan untuk membahagiakan Kakak selain menjaga agar tidak tersakiti oleh laki-laki. Jadi, Kakak harus mengenalkan aku padanya, karena aku ingin menilai sendiri laki-laki itu. Sesama lelaki, tentu saja aku lebih tahu mana laki-laki yang baik dan mana yang brengsek."
Aqila mengusap kasar rambut Aldo hingga membuat rambut adiknya terlihat sedikit berantakan. "Kenapa sekarang mendadak kamu yang memberikan nasehat kepada Kakak? Kamu sekarang lebih terlihat seperti almarhum Ayah, mungkin beliau akan berbicara sepertimu bila ayah masih hidup."
Tanpa bisa di tahan lagi bulir bening seketika memenuhi kedua bola mata Aqila, seolah tak bisa di bendung tetesan air mata mulai jatuh membasahi pipinya yang putih.
Aldo yang melihat Aqila mulai terisak, segera mendekat dan memeluk kakaknya. "Kenapa Kakak sekarang malah menangis? Aku kan tidak bermaksud membuat Kakak sedih. Maafkan aku, karena telah membuat Kakak teringat almarhum ayah."
Aqila menggelengkan kepala, lantas melepaskan pelukan Aldo. Lalu, menatap lembut sosok adik yang sangat disayanginya. "Kakak sangat bahagia memiliki adik sepertimu."
"Kakak mungkin tidak akan sanggup bertahan bila hidup di dunia ini sendiri. Kita berdua harus saling mendukung satu sama lain, karena kita sudah tidak mempunyai orang tua. Kakak akan akan berusaha menjadi sosok orang tua untukmu meski mungkin sekarang ini kakak masih belum bisa memberikan yang terbaik untukmu."
"Kakak ngomong apa sih? Kakak selama ini sudah memberikan semua yang terbaik untukku, aku sangat bahagia mempunyai saudara seperti Kakak. Aaah ... lebih baik kita akhiri saja ini, aku tidak ingin melihat Kakak sedih seperti ini. Lebih baik Kakak segera mandi, bau tuh!" Aldo berpura-pura menutup hidungnya.
Aqila menahutkan kedua alisnya, mendengar aldo mengejeknya. Ia pun spontan mengendus aroma tubuhnya yang menurutnya tidak sebau yang Aldo katakan. "Kamu bohong ya, Al? Kakak kan pakai parfum banyak tadi pagi. Apa iya Kakak sebau itu? Ya sudah, Kakak mandi dulu. Kamu panasin makanannya, ya! Kita makan sama-sama nanti setelah selesai mandi."
Aqila beranjak dari tempat duduknya, menuju kamar dan mengambil handuk, serta baju bersihnya. Lalu pergi ke kamar mandi membersihkan tubuhnya yang saat ini terasa lengket, karena peluh membanjiri tubuhnya yang kurus.
Sedangkan Aldo menganggukkan kepala dan pergi ke dapur melaksanakan perintah kakak tersayangnya.
Tak butuh waktu lama baginya, kini makanan telah siap dihidangkan di atas meja kecil di ruang makan. Ruangan kecil berukuran dua meter itu sangat terlihat sempit, karena dimanfaatkan mereka untuk memasak dan ruang makan. Kini, di meja makan telah terhidang sayur asam, sambal terasi dan lauk tempe goreng makanan sederhana yang setiap hari menghiasi meja makannya.
Kini, Aqila telah keluar dari kamar mandi dengan memakai kaos casual dan hotpants, serta handuk yang melilit di rambut basahnya. Bau harum masakan tentu saja membuat perutnya yang keroncongan ingin segera menyantap hidangan yang telah tertata rapi di meja makan. Aqila pun langsung menarik kursi kayu dan mendaratkan tubuhnya di sana.
"Ayo kita makan, Al! Kakak sudah sangat lapar, karena tadi nggak makan siang. Sebenarnya para senior tadi mengajak kakak pergi makan ke kantin, tetapi kakak beralasan ingin segera menyelesaikan pekerjaan kakak yang menumpuk dan ingin menghemat uang. Kamu tahu sendiri kan, makanan di kantin pasti harganya sangat mahal."
"Jadi, lebih baik besok Kakak membawa bekal dari rumah saja. Kita harus menghemat pengeluaran selama satu bulan ini sampai Kakak menerima gaji pertama dari kantor. Lagipula pengeluaran Kakak juga bertambah, karena kakak setiap hari harus naik ojek online setiap hari."
Aldo mengambilkan makanan untuk Aqila, lalu menaruhnya di meja di hadapan kakaknya. Dia pun mulai menyuapkan satu sendok makanan ke dalam mulutnya, perlahan dia mengunyah makanan, lalu menjawab perkataan Aqila.
"Kakak tenang saja, setiap hari aku yang akan menyiapkan bekal untuk Kakak. Jadi, Kakak fokus saja bekerja dan mencari pacar, lalu mengenalkannya padaku. Ngomong-ngomong, apa di tempat Kakak bekerja, tidak ada lelaki yang menarik?"
Aqila yang saat ini tengah mengunyah langsung tersedak makanan. Dia pun menekan tenggorokannya yang sedikit terasa panas akibat tersedak makanan.
Melihat Aqila tersedak makanan, Aldo langsung mengambilkan air minum dan menyerahkannya kepada kakaknya, lalu dia pun menepuk-nepuk bagian belakang Aqila.
"Pelan-pelan, Kak. Kenapa Kakak tiba-tiba bisa tersedak seperti itu?"
Aqila langsung menghabiskan air yang diberikan Aldo. Perlahan rasa panas di tenggorokannya mulai hilang. Dia pun meletakkan gelas kosong itu di atas meja.
"Nggak tahu, Al. Mungkin karena tadi Kakak kebanyakan mengambil sambal, hingga membuat Kakak langsung tersedak karena makan pedas. Lebih baik kita lanjutkan makannya, jangan bicara saat kita makan karena kata orang tua itu tidak baik!"
Setelah itu, mereka berdua makan dalam diam. Namun, pikiran Aqila kini terbersit bayangan sosok pria tampan yang tak lain adalah manajernya sendiri.
"Memang ada satu pria yang menarik di mataku, mungkin aku sudah jatuh cinta padanya. Akan tetapi, apa mungkin pak Arya akan membalas cintaku? Pria tampan sepertinya pasti saat ini sudah mempunyai seorang kekasih. Lagipula banyaknya wanita cantik di kantor tidak mungkin tidak ada yang tidak menarik hatinya."
"Aah ... bodo amatlah! Cinta tidak pernah salah, meski cintaku mungkin tidak dibalas oleh pak Arya, biar aku simpan perasaan ini sampai aku menemukan seseorang yang mau mencintaiku apa adanya suatu saat nanti," batin Aqila.
TBC ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Wahyuni
lanjut Thor...
2021-06-28
1
eryuta
exel2🤦🤦sabar kau zelyn..kau bahkan harus mkn hati dulu..nanti lama Exel kepincut dirimu
2021-06-28
1