Buka matamu!

"Aqila, tolong kamu buatkan kopi untuk kami semua karena semua orang terlalu sibuk hingga tidak sempat membuat kopi sendiri. ruang pantry ada di sudut timur sana!" Nina mengarahkan telunjuknya pada ruangan pantry yang berada di sudut sebelah timur dari tempat duduknya berada saat ini.

Aqila langsung beranjak dari tempat duduknya dan langsung melaksanakan perintah dari pegawai senior yang bernama Nina tersebut. "Baik, Nona Nina. Saya akan segera membuatkan kopi untuk semua orang."

Dengan tergesa-gesa Aqila melangkahkan kakinya untuk menuju ruang pantry, mungkin karena terburu-buru Aqila tidak sengaja menabrak Arya yang baru keluar dari dari ruang pantry membawa gelas yang berisi kopi. Seketika gelas yang berada di tangan Arya jatuh ke lantai dan pecah berkeping-keping, sepatu mengkilat milik Arya menjadi korban kecerobohan Aqila karena terkena tumpahan kopi yang jelas saja mengotori sepatu mahalnya.

Dengan muka merah padam Arya menatap tajam Aqila serta mengeluarkan kata-kata pedasnya untuk memarahi kecerobohan pegawai baru yang baru bekerja satu hari di sana.

"Dasar bodoh! Apa kamu tidak punya mata haah! Bukankah tadi aku sudah bilang padamu untuk bekerja dengan baik? Baru satu hari bekerja di sini saja kamu sudah membuat kekacauan. Apa kamu mau dipecat haah!"

Raut gugup serta ketakutan terpatri jelas di wajah polos Aqila, dengan menundukkan kepala tidak berani menatap atasannya yang sedang di liputi kemarahan. "Ma-maafkan saya, Pak Arya. Saya tidak sengaja. Biar saya yang bersihkan sepatu, Bapak."

Aqila buru-buru mengambil kain lap yang ada di pantry lalu duduk berjongkok membersihkan sepatu Arya yang terkena tumpahan kopi. Dengan sangat berhati-hati, Aqila mengelap sepatu mahal milik pria yang saat ini tengah berdiri menjulang di hadapannya.

Sedangkan Arya yang masih berdiri tak bergeming dari tempatnya, membiarkan Aqila membersihkan sepatunya. Perlahan dia menundukkan kepalanya memperhatikan Aqila yang masih fokus berkutat membersihkan sepatunya. Lalu ia mengeluarkan kata-kata kasarnya kepada Aqila.

"Apa kamu tahu harga sepatuku ini? Gaji satu bulanmu saja tidak akan cukup untuk membeli sepatu ini,buntung saja tadi aku membuat kopi tidak terlalu panas. Karena kecerobohanmu ini bisa-bisa kulitku yang bagus ini bisa melepuh terkena kopi panas. Lain kali kalau berjalan itu pakai mata kamu, jangan pernah lagi mengulangi kecerobohan mu! Apa kamu mengerti?"

"Me-mengerti Pak Arya, lain kali saya akan berhati-hati. Ini ... sepatu Bapak sudah selesai saya bersihkan. Sekali lagi saya minta maaf Pak Arya."

Dengan posisi masih berjongkok di bawah kaki Arya, Aqila berbicara dengan masih menundukkan kepalanya karena tidak berani menatap wajah atasannya yang berdiri menjulang tinggi di depannya.

Karena merasa sangat kesal dengan kecerobohan pegawai baru yang masih berada di bawahnya dengan menundukkan kepalanya, Arya tidak menanggapi permintaan maaf Aqila.

"Cepat kamu bereskan pecahan kaca ini, jangan sampai ada yang tertinggal karena saya tidak mau ada salah satu pegawai saya yang terluka gara-gara terkena pecahan kaca ini! Jangan lupa kamu buatkan kopi dan bawa ke ruangan saya, saya tidak suka manis jadi jangan buat kopi terlalu manis untuk saya!"

Arya lalu berjalan meninggalkan Aqila tanpa mau mendengarkan jawaban dari pegawai barunya tersebut. Sedangkan Aqila kini tengah membersihkan pecahan kaca tersebut dengan mengambil sapu yang ada di sudut ruang pantry.

Setelah merasa lantai sudah bersih dari pecahan kaca, Aqila mulai membuat kopi.

Tak butuh waktu lama untuknya membuat kopi, kini tangannya terlihat sedikit kerepotan karena membawa nampan yang berisi banyak kopi, dengan sangat berhati-hati Aqila menyerahkan satu-persatu kopi yang di bawanya ke meja para pegawai yang terlihat sibuk berkutat dengan pekerjaannya di depan komputer. Ucapan terima kasih dari para senior membuatnya merasa senang karena dirinya merasa telah di hargai.

Nina yang dari tadi memperhatikan Aqila di marahi oleh Arya segera menghibur perempuan yang baru memberinya kopi.

"Ucapan Pak Arya tadi jangan di ambil hati, meskipun sebenarnya Pak Arya orang yang pemarah tapi sebenarnya dia itu orangnya baik. Mungkin karena dia adalah type laki-laki yang selalu menyukai kesempurnaan, makanya dia selalu memarahi semua orang yang di anggapnya tidak sesuai dengan ekpektasinya. Semua orang disini pernah mendapat omelan dari Pak Arya, jadi kamu jangan mengambil hati semua kata-kata pak manager oke!"

"Iya nona Nina, saya akan mengingat kata-kata dari Anda. Kejadian tadi memang mutlak adalah kesalahan saya, jadi wajar saja saya kena marah oleh pak Manager. Sekarang saya mau mengantarkan kopi ini pada Pak Arya dulu, mungkin dia akan marah bila saya terlambat mengantar kopi untuknya. Saya permisi dulu Bu Nina!"

"Baiklah, segera antarkan kopi itu pada Pak Arya, jangan membuatnya terlalu lama menunggu!"

Aqila berjalan meninggalkan Nina setelah mendapat respon anggukan dari seniornya tersebut menuju ruangan Arya. Saat ini Aqila berdiri di depan pintu, sejenak dia pun menetralkan nafasnya dan mencoba menekan kegugubannya karena akan memasuki sebuah ruangan yang di anggapnya persis seperti sebuah ruang eksekusi.

Perlahan tangannya terangkat ke atas untuk mengetuk pintu, setelah mendengar sahutan dari dalam, Aqila pun membuka pintu lalu beranjak masuk ke ruangan Arya. Tidak ingin mengulangi kesalahannya, dengan hati-hati Aqila meletakkan gelas yang berisi kopi di meja kerja managernya yang terlihat masih fokus menatap dokumen di meja kerjanya.

"Ini kopinya, Pak Arya. Silakan diminum.

kalau ada yang kurang pas,nanti saya buatkan lagi untuk Anda."

Tanpa memandang wajah Aqila, Arya mengibaskan tangannya tanda mengusir Aqila yang masih diam di ruangannya.

Memahami perintah dari atasannya tersebut, Aqila segera keluar dari ruangan managernya dengan wajah sedikit di tekuk karena merasa di abaikan oleh laki-laki yang berhasil membuatnya jatuh cinta. Dengan lemas dia berjalan menghampiri meja kerjanya dan duduk di kursinya sambil membenamkan wajahnya di antara kedua tangannya di atas meja.

"Ada apa denganku? Kenapa aku bisa jatuh cinta pada cowok arogan seperti Pak Arya? Tidak ... tidak! Apa salahnya dengan cintaku? Cinta datang secara tiba-tiba tanpa memperdulikan keburukan dari orang yang di cintai karena cinta selalu menerima kekurangan masing-masing dengan besar hati."

"Meskipun aku sadar aku tidak akan mungkin bisa mendapatkan cinta Pak Arya karena pasti pria itu mempunyai kriteria wanita idaman yang pastinya mempunyai fisik dan sifat sempurna seperti dirinya. Mungkin cintaku akan selamanya bertepuk sebelah tangan karena aku hanya bisa menyimpannya di dalam hati.

"Pak Manager bagaikan langit tinggi yang tidak akan mungkin bisa aku raih dengan kedua tanganku, tapi aku bisa mencintainya secara diam-diam di dalam hatiku. Tidak ada yang tahu siapa jodoh kita, mungkin aku hanya perlu menunggu kapan jodohku akan tiba." Aqila hanya bisa menyimpan perasaannya tanpa berniat mengungkapkannya kepada Arya.

"Aqila tolong kamu copy berkas ini lalu kamu berikan kepada pak Arya ya!" Santi menghampiri Aqila dan menepuk bahu Aqila. "Kamu sakit Aqila?"

Aqila mengangkat kepalanya lalu merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. "Aah ... tidak. Saya hanya sedikit bosan karena tidak ada pekerjaan seperti yang kalian kerjakan."

"Kamu tenang saja Aqila, sebentar lagi kamu akan kewalahan dengan pekerjaan kamu karena kamu akan mulai sibuk setelah semua orang mulai menyelesaikan satu persatu berkas mereka masing-masing! Untuk saat ini lebih baik kamu copy berkas ini dulu, lalu berkas yang asli nanti kamu serahkan pada pak Arya, sedangkan berkas yang sudah kamu foto copy nanti kamu serahkan padaku!"

"Baik, Nona Santi. Saya akan segera meng-copy berkas ini."

Dengan bersemangat Aqila membawa berkas yang di serahkan Santi padanya, dia pun mulai menyelesaikan tugasnya. Setelah itu Aqila beranjak pergi ke ruangan manager untuk menyerahkan berkas asli kepada Arya untuk di periksa dan di tanda tangani.

Setelah mengetuk pintu, Aqila masuk ke dalam ruangan Arya. Terlihat Arya telah melepaskan jasnya dan hanya memakai kemeja putihnya dengan lengan sedikit di gulung sampai ke siku. Seolah terpesona dengan makhluk ciptaan Tuhan yang terlihat sangat sempurna berada di depannya, Aqila menelan salivanya sambil menatap wajah tampan di depannya yang masih serius memeriksa dokumen di atas mejanya tanpa menghiraukan dirinya yang tengah menatapnya.

Pak manager sangat terlihat seksi saat sedang serius dengan pekerjaannya. Astaga... kenapa dia terlihat sangat tampan dan gagah sekali saat ini ,batin Aqila.

Perlahan Arya mengalihkan pandangannya dari dokumen yang ada di mejanya beralih memandang Aqila yang masih asyik menatapnya dengan tatapan penuh takjub. Arya pun mulai berdehem dengan keras untuk menyadarkan Aqila yang masih menatapnya.

"Ehem ... apa yang kamu lakukan di situ? Apa kamu mau berdiri disana sampai besok? Kenapa kamu terus menatap wajahku, apa aku terlihat sangat tampan hingga matamu tidak bisa berhenti menatapku?!"

Aqila langsung terkejut dengan suara keras dari Arya. Tanpa sadar dia pun menganggukkan kepalanya mendapat pertanyaan tiba-tiba dari managernya. Setelah kesadarannya mulai terkumpul sempurna, Aqila mulai menyadari secara tidak langsung dia menunjukkan kebodohannya di depan pria yang telah membuatnya salah tingkah itu. Dengan terbata dia pun mencoba mengklarifikasi anggukannya yang membuatnya nampak bodoh di hadapan sang manager.

"Ti-tidak, Pak!"

Arya yang mendengar Aqila menjawab tidak, langsung merah padam wajahnya. Dia pun bangkit dari posisinya duduk untuk berdiri dan melangkah melewati meja kerjanya menghampiri Aqila yang masih terdiam di posisinya. Kini, ia telah berdiri di depan Aqila dan hanya berjarak beberapa centi hingga terlihat jarak keduanya semakin terkikis saat Arya mendekatkan wajahnya ke wajah Aqila yang saat ini sudah merah merona karena malu atas perbuatan managernya yang mendekatinya.

"Apa kamu bilang? Tidak? Jadi kamu mau bilang kalau aku tidak tampan, begitu? Buka mata kamu lebar-lebar dan tatap aku sekarang! Apakah menurutmu, aku ini tidak tampan di matamu?"

Dengan muka masih diliputi amarah, Arya tanpa sadar mendekatkan wajahnya dan semakin mengikis jarak di antara dirinya dan Aqila. Dan Aqila yang merasa terpojok karena perlakuan Arya, mencoba memundurkan wajahnya agar tidak bersentuhan dengan wajah tampan managernya namun Arya mengikuti gerakannya dengan tetap memajukan wajahnya.

Sontak Aqila langsung kehilangan keseimbangan dan naas tubuhnya langsung terhuyung ke belakang. Namun, refleks Arya memegang dan menahan pinggang Aqila agar tidak terjatuh ke lantai. Posisi keduanya saat ini terlihat romantis seperti seorang pasangan kekasih. Netra pekat Arya saat ini tengah menatap tajam netra bening milik Aqila.

Jantung Aqila saat ini berpacu dengan sangat kencang, tubuhnya seolah lunglai mendapat perlakuan manis seperti di film-film romantis yang pernah ditontonnya.

TBC ...

Terpopuler

Comments

Wahyuni

Wahyuni

keren, ....lanjut...

2021-06-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!