...Waktu tak menyembuhkanmu,...
...Ia hanya membuat mu melupakan.....
...Kau tak sembuh,...
...Kau hanya sedang lupa....
...-...
Pras berdiri di depan jendela kamar hotel nya.
Ia menggenggam sebuah botol soft drink.
"Lama aku tak kembali,
Dan disaat aku kembali, manusia pertama yang aku lihat adalah dirimu.
Mengapa takdir terus membuatku mengingatmu.
Bahkan setelah selama ini.
Seolah sengaja, membuat usaha ku selama ini menjadi percuma."
gumam Pras mengingat dua orang yang ia lihat di pantai tadi saat sedang makan malam.
Yaaahhh... Wanita yang dulu sangat ia cintai, bahkan sampai saat ini cinta nya belum juga padam. Wanita yang dulu mengisi hatinya kini telah hidup bahagia dengan pria pilihannya.
Pras memejamkan matanya.
Dan tiba-tiba ia mengingat kejadian di restoran tadi.
Ia mengingat kembali anak kecil yang menangis tadi.
Ia mengambil ponselnya dan menghubungi Daniel.
"Niel, tolong cari tahu anak kecil yang tadi coklatnya terinjak oleh saya di resto hotel. Tolong kau belikan coklatnya dengan yang sama persis dalam jumlah yang banyak. Bilang itu sebagai permohonan maaf saya padanya." ucap Pras dalam sambungan telepon nya.
"Baik, Pak!" sahut Daniel di seberang telepon.
Pras kembali menatap kearah pantai yang sedang di hiasi cahaya bulan.
Dan Pras juga mengingat kejadian di lift tadi.
Ia refleks memegang sudut bibirnya.
"Siapa wanita tadi? Ia menjadi orang pertama yang menyentuh bibirku!" gumamnya tersenyum penuh arti.
Membayangkan wajah Indira yang pucat karena ketakutan.
Yahh lelaki yang bersitegang dengan Indira itu adalah Pras.
-
Pagi-pagi sekali, Indira dan Lani telah bergegas berangkat menuju kantor barunya tanpa melewatkan sarapan di resto hotel.
Mereka telah sampai didepan kantor pusat.
Gedung tinggi yang menjulang dengan logo IL, Corp.
"Waaaahhh.. Gue gak nyangka, Dir. Kita bisa bekerja disini. Gedungnya mantap. tiga kali lipat dengan kantor cabang di kota kita." oceh Lani merasa takjub.
"Hmmm..." Indira menganggukkan kepalanya tersenyum.
Mereka meneruskan langkah nya menuju ke dalam area kantor.
Mereka dengan sigap menunggu atasan barunya.
Pak Gery atasan barunya yang menjabat sebagai Direktur Keuangan, SDM dan Operasional, memberi tahukan posisi mereka saat ini yang masing-masing mengisi kekosongan jabatan sebagai kepala divisi yang saat ini juga di mutasi ke berbagai kantor cabang yang berada di seluruh cabang kota.
Lani mengisi jabatan sebagai kepala bagian Humas dan Customer Care.
Sedangkan Indira menjabat sebagai kepala bagian Keuangan dan akuntansi.
Mereka dengan cermat menerima materi berkas berkas pelimpahan dari kepala divisi yang lama.
Indira dan Lani yang menduduki jabatan yang berbeda namun sama rata, merasa cepat beradaptasi dengan kantor baru dan jabatan baru nya.
Mereka yang dulu hanya menjadi asisten kepala divisi, kini menjadi kepala divisi di kantor pusat.
Mereka bekerja dengan penuh semangat, karena ingin memberi kesan yang terbaik dihari pertama mereka bekerja.
-
Pras telah sampai di kursi kebesarannya.
Ia sedang membaca indeks saham di perusahaan pertambangan miliknya.
Yak, Pras yang sudah miliki harta yang melimpah, tidak ingin melewatkan kesempatan saat ada yang menawarinya perusahaan pertambangan yang sedang collapse tersebut.
Ia mulai mengumpulkan aset miliknya dan menjualnya demi membeli perusahaan pertambangan itu.
Dan genap dua tahun, perusahaan itu di akusisi olehnya.
Dan benar saja, dalam waktu itu ia telah mengembalikan modal yang ia keluarkan untuk membeli perusahaan tersebut.
Kini, ia bukan hanya menjadi CEO di Insurance Life, Corp. cabang Jakarta dan Singapura. Tapi menjadi CEO di perusahaan pertambangan miliknya di Indonesia bagian timur.
Daniel memasuki ruangannya.
Ia menyerahkan beberapa file berkas.
"Pak, ini CV para pegawai yang dimutasi dari kantor cabang. Silakan di pelajari. Jika ada yang kurang berkenan dalam penempatan posisi, silakan dikonfirmasi kepada saya." ucap Daniel.
"Baik. Terimakasih." Pras melihat sekilas berkas yang diberi oleh Daniel. Ia kembali fokus pada ponsel pintar nya.
"Saya permisi, Pak!" Daniel pamit.
Pras menganggukkan kepalanya. Daniel pun berlalu dari ruangan Pras.
Setelah selesai dengan ponsel pintarnya, Ia membuka berkas file yang di berikan oleh Daniel.
Ia baca dengan seksama satu per satu profil para pegawai yang menempati posisi strategis di kantornya itu.
Ia terhenti di salah satu profil yang menurutnya wajah di foto profil tersebut tidak asing di matanya.
Ia terus menatap wajah dalam foto profil tersebut.
Seolah mencoba mengingat wajah itu.
"Diaaaa...." gumam Pras.
"Indiiiraa.." gumamnya lagi.
Pras tersenyum penuh arti.
"Jadi nama nya Indira." batin Pras.
🍁🍁🍁
Terimakasihh Kakak-kakak readers yang telah membaca Karya ku dan mengapresiasi nya dengan Like, Comment and Vote nya..
Jika Kakak semua penasaran kisah masa lalu Pras, maka boleh di baca terlebih dahulu novel Celz sebelumnya. Dengan judul karya,
"Penantian Terakhir".
Happy reading....
Terimakasih....
💘💘💘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments