"Pak, apa anda sudah siap?" tanya Daniel pada Pras.
"Sudah.. Ayo!" Pras dengan gagahnya bangun dari kursinya
dan berjalan menuju kearah pintu kamar hotelnya.
Daniel membukakan pintu untuk Pras.
Mereka pergi meninggalkan hotel menuju kantor pusat perusahaan asuransi milik Manda, yang kini telah di akusisi oleh Pras dan sepenuhnya menjadi milik Pras.
Tak butuh waktu lama, mereka telah sampai di kantor.
Pras. disambut oleh para manager perusahaan dari semua divisi di depan pintu masuk kedalam kantor.
Mereka menyambutnya dengan hangat dan penuh hormat.
"Selamat datang kembali, Pak!" sahut seorang pria paruh baya di hadapan Pras dengan sedikit membungkuk kan badannya. Ia mengulurkan tangannya dan tersenyum ramah.
Pras menerima uluran tangan para manager.
"Mohon kerja samanya." ucap Pras dan dengan segera masuk kedalam kantor.
Semua para pegawai menundukkan kepalanya tanda memberi hormat pada Pras sang CEO baru di Insurance Life, Corp.
-
"Dir.. Indiraaa!" teriak Lani pada temannya, Indira. Yang baru saja datang.
Indira tersenyum.
"Ada apa?" tanya nya heran pada Lani yang terlihat antusias.
Lani menghampirinya setengah berlari.
Lani mengatur nafas nya.
"Dirrr... Dengerin gue baik-baik. Kiiitaaa berduaa di mutasi ke kantor pusat. Hebat kann kita, Dir?" ucap Lani sumringah.
"Apaaa? Kantor pusat?" tanya Indira terkejut.
"Hmmmm..." Lani menganggukkan kepalanya tersenyum.
"Di Jakartaa kan?" tanya Indira lagi meyakinkan.
"Iyaaa... Kita bakal ke ibu kotaa.." Lani mengoyang-goyangkan bahu Indira yang terlihat ambigu.
"Terusss, ibu guee gimana?" gumam nya bertanya entah pada siapa.
Lani menatap nya bingung.
"Kann ada kakak lu Dir?" ucap Lani.
"Hmmm.. Ada siihh.. Cuma, lu tahu sendiri gimana kakak gue. Dia selalu gak ada dirumah."
Indira melanjutkan langkah kakinya menuju meja kerjanya.
"Hmmm iyaa sih.. Tapi kan sayang, Dir. Kalo gak kita ambil. Kapan lagi kita bisa masuk ke kantor pusat. Gaji kita pun naik lagi. Semua akomodasi ditanggung perusahaan. Pokoknya kita tinggal berangkat Dir." rayu Lani yang ikut duduk disampingnya.
"Hmmm.. Iyaa sihh Lan.. Coba nanti gue bicarain sama ibu dulu dehh.. Mudah-mudahan ibu kasih izin.." ucap Indira penuh harap disorot matanya.
"Okee.. Baiklah. Semoga saja begituu.. Ini kesempatan emas buat kita naik jabatan, Dir." Ucap Lani kembali menyemangati Indira.
"Hmmm.." Indira tersenyum.
-
Setelah mendapatkan izin dari sang ibu untuk pergi merantau. Akhirnya Indira dan Lani berangkat menuju ibukota dari kota Surabaya.
Mereka berangkat menggunakan kereta api.
Setelah tiba diibukota, mereka di jemput oleh seorang supir dari perusahaan dan mengantarkan mereka menuju hotel, tempat mereka menginap sementara.
Mereka diperkenankan mencari sebuah rumah kontrakan untuk mereka tinggali dan nanti dibayar oleh pihak perusahaan.
Mereka menginap di hotel yang tak jauh dari kantor pusat perusahaannya.
Mereka telah sampai di kamar hotel.
"Waaahh kamarnya bagus yak, Dir? Walau disuruh tinggal selamanya disini pun gue gak akan nolak kayaknya." ucap Lani berseloroh sambil merebahkan badannya diatas kasur yang empuk.
Indira yang melihatnya, tersenyum.
"Siapa yang mau bayarin luu selamanya? Ema bapak lu?" Sahut Indira tertawa.
"Hmmmm... Iyaa jugaa yakk.." Lani pun ikut tertawa.
Indira segera mengeluarkan kebutuhan mandinya.
Ia merasa sangat lengket setelah seharian berada di perjalanan. Ia memilih membersihkan diri terlebih dahulu.
Sedangkan Lani yang sangat kelelahan langsung tertidur setelah ditinggal Indira ke kamar mandi.
Indira yang baru saja keluar dari kamar mandi, menggelengkan kepalanya melihat Lani yang mendengkur dengan posisi tidur tangan terlentang memenuhi seluruh permukaan kasur.
"Lann... Bangun.." ucapnya perlahan membangunkan Lani.
Lani tidak bergeming.
"Laaannn... Banguunn.. Lann.. Sudah malam.." ucap nya agak keras.
Masih belum juga ada tanda-tanda kehidupan dari Lani.
Dan akhirnya, Indira memukulnya dengan handuk ditangannya.
"Wooooiii banguunn.. Kebakaran... Kebakaraannn... Kebakaraaannn..." Indira meneriaki Lani tepat ditelinganya.
Sontak membuat Lani terbangun meloncat dan berlari kesembarang arah.
"Dimanaaa... Dimanaa.. Kebakarann.... Kebakarann..." teriaknya sambil berlari-lari.
"Hahhahahaaahhhaaa..." Indira tertawa keras.. Ia benar-benar tak menyangka harus membangunkan temannya itu dengan cara yang seperti itu.
Setelah capek berlari mengitari isi kamar. Lani baru tersadar bahwa dirinya dikerjai oleh Indira yang saat ini sedang menertawakan kekonyolannya.
Lani menghampiri Indira dengan wajah yang ditekuk sempurna.
Ia malu betul, sekaligus geram pada Indira yang sampai hati mengerjainya seperti itu.
"Dirrrrraaaa.... Luu tegaa banget. Jantung gue mau copot inii..." teriaknya memukul lengan Indira.
Indira yang lemas sebab tertawa, kesulitan mengatur nafasnya. Bahkan ia sampai mengeluarkan airmatanya.
"Hahhaahha.. Lagiann luu dibangunin dari tadii gak bangun bangun.. Jadi gue teriakin dehh..." ucap Indira menahan tawanya yang belum mereda.
"Massssaaa? Emang iyaa?" Lani bertanya tak percaya.
"Tau ahh.. Udah sono mandi. Kita turun makan malam. Perut gue udah keroncongan nih!" Indira memdorong Lani dari atas kasur.
"Iyaaa.. Iyaaa.." Lani beranjak dari kasur menuju kamar mandi.
Indira tersenyum. Ia masih teringat ekspresi Lani saat tadi berlarian dengan mata terpejam.
Lani masuk kedalam kamar mandi.
"Emang iyaa Dira bangunin gue dari tadi?" gumamnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments