BAB 4 (Revisi)

“Apa perjodohan!!” teriak Vanka terkejut. Ini serius. Hello, Vanka masih kelas 3 SMA. Umurnya pun masih di bawah kata cukup.

"Ayah serius?" tanya Vanka memastikan. Bukan hanya Danu, tetapi Johan, Anggi, dan Dina mengangguk secara bersamaan.

Dengan perasaan gelisah, Vanka menoleh kearah samping. Matanya membulat, kala mendapati seorang pemuda yang menurutnya sangat menyebalkan.

"Lo!!” teriak Vanka lagi. Ini lebih mengejutkan, masa iya dia harus nikah dengan cowok nyebelin itu.

“Kalian saling kenal, bagus dong gak usah pendekatan lagi, langsung aja naik ke pelaminan!” usul Anggi penuh antusias. Vanka ingin pingsan sekarang, apalagi ini. Baru saja dia berdoa meminta pacar semalam. Dan dengan gampangnya Tuhan langsung memberinya seorang suami.

"Sudah pasti kenal dong jeng. Mereka kan satu sekolah.” sahut bunda Vanka.

“Apaan sih bun,Vanka nggak kenal sama nih cowok. lagian, ngapain si pakek acara perjodohan-perjodohan segala. Kayak Vanka gak laku aja deh!” ketus Vanka.

Danu menatap istrinya singkat, seakan memberinya kode agar menceritakan perjanjian itu. Dina menarik napas panjang, lalu menceritakan perjanjian yang mereka buat semasa kuliah.

"Kamu mau ya, sayang!" mohon Dina dengan ekspresi memelas. Namun, Vanka tak menjawab. Malah menundukkan kepalanya. Menahan tangis.

"Tante, Varo boleh pinjam Vanka sebentar?” izin Varo. Dan Dina mengangguk, memberi izin.

“Ikut gue!!” Varo menggenggam pergelangan tangan Vanka dan menariknya pergi dari ruangan privat tersebut.

Varo mengajak Vanka ke taman belakang restoran. Suasana sepi mendominasi, malam itu. Ya, mengingat cuaca dingin menyelimuti malam ini.

"Lo ngapain sih terima perjodohan konyol itu?" Vanka menghempaskan tangan Varo. Tidak sudi di sentuh pria se-angkuh itu.

"Gue nggak mau nikah sama lo. Gue masih mau menikmati masa muda gue yang bebas tanpa ada kekangan!!” lanjut Vanka. Melontarkan semua keluh kesahnya. Hei, Vanka tahu. Begitu dia menikah, kehidupannya pasti berubah dan dia tak bisa sebebas sekarang.

Varo menghembuskan napasnya kasar, ”Lo pikir gue mau nikah sama lo. Enggak! gue nerima karena ini permintaan nyokap gue.” jelas Varo.

“Yaudah, kalo gitu kita masuk dan bilang kita nggak mau di jodohin!!" ajak Vanka, mulai menarik tangan Varo agar mengikuti langkah kakinya.

“Kalo lo mau ngecewain perasaan orang tua lo, silahkan masuk dan gagalkan rencananya. Tapi sorry, gue gak mau."

"Kenapa?"

"Sekarang lo pikir, gimana perasaan mereka saat tahu anak yang mereka bangga-banggakan ternyata menolak keinginan kecilnya!"

Deg,,,,langkah Vanka terhenti. Tertohok dengan perkataan Varo. Vanka merutuki dirinya sendiri, bagaimana bisa dia melupakan perasaan orang tuanya.

"Gue nggak maksa, tapi kalo lo setuju. Gue nggak bakal ngelarang lo main sama temen-temen lo nanti. Asalkan lo masih tau waktu!“ lanjut Varo.

"Tapi kita nggak saling mencintai!" Vanka masih bersikukuh menolak. Varo mengangkat sebelah alisnya, lalu berjalan mendekat, "Gue bisa buat Lo jatuh cinta sama gue!" bisiknya dengan suara berat yang khas.

...----+++----...

Sedih mengingat perjodohan semalam. Vanka lebih sering melamun kini. Apa dan bagaimana kedepannya, Vanka memikirkan semua itu. Padahal baru saja penyatuan ini di tetapkan dan Vanka sudah di buat gila. Apalagi nanti setelah pernikahan.

"Van, kenapa si dari tadi lo diem mulu? kalo ada masalah cerita sama kita. Jangan di pendem sendiri. Stres baru tau rasa lo!!” celoteh Sherly. Vanka tak menjawab, namun melemparkan tatapan tajam.

"Hei, kalo di tanya itu di jawab bege. Ngapain lo mlototin gue?" kesal Sherly. Hana hanya menyimak, sesekali menertawakan kekesalan Sherly.

“Gue dijodohin!!”

Krik..krik...krik tidak ada jawaban. Masing-masing tengah mencerna perkataan Vanka barusan.

"Van becandaan lu gak lucu tau.“ akhirnya Sherly menyangga. Beranggapan semua perkataan Vanka sebuah candaan semata.

“Gue serius bambang!” malas Vanka, lalu menyeruput es jeruk manisnya. Membiarkan kedua sahabatnya itu melongo. Lebay sekali mereka.

“Kok bisa sih Van, gimana ceritanya?" beo Hana, gadis kalem itu ikut menyahut kini.

"Gue, nggak tahu harus cerita dari mana, tapi intinya ortu gue sama ortunya Varo buat perjanjian. Kalo gue sama Varo bakal di jodohin, agar hubungan persahabatan mereka berubah menjadi hubungan persaudaraan sih katanya!"

"Apa! Varo lo bilang?" kini Sherly menyanggah. "Ya, Varo! lo nggak salah denger kok!"

"Serius?" seketika tawa mereka pecah. Tak menyangka Vanka akan menikah dengan orang yang paling Vanka benci.

"Terus, acaranya kapan?"

"Satu minggu lagi!"

"Secepat itu?" kaget Sherly. Dan Vanka mengangguk santai. Entahlah, sepertinya Vanka memasrahkan diri pada takdir.

"Nanti kami datang ya!" Vanka mengangguk menyetujui. Tentu saja kedua sahabatnya harus datang. Hello ini pernikahannya, masa iya Vanka sendirian nanti.

...----+++----...

Hari ini adalah hari minggu, hari terfavorit bagi semua murid. Vanka tampak bermalas-malasan di atas ranjang, enggan beranjak dan memilih memeluk guling panjangnya.

“Vanka bangun, Varo ada di bawah. Mau ngajakin kamu cari cincin sama fitting. Siap-siap gih!"ucap Dina, membangunkan Vanka.

Vanka berdecak malas, "ganggu weekend aja deh!" gerutunya seraya mencoba mengumpulkan nyawa. Dengan langkah pelan, Vanka meraih handuk putihnya dan masuk kedalam kamar mandi. Sungguh, Vanka mager pagi ini.

Selesai bersiap-siap Vanka turun dan menghampiri Varo. "Kami pergi sebentar!" pamit Varo seraya mengulas senyum dan mencium punggung calon mertuanya.

"Hati-hati ya!" Varo dan Vanka mengangguk dan langsung keluar rumah.

...----+++----...

Keheningan menyelimuti mobil hitam tersebut. Vanka dan Varo saling membisu. Tidak ada topik pembicaraan yang mampu memupuk kedekatan mereka.

'*Anjir canggung banget*' Vanka membuang muka ke arah jendela. Mengamati jalanan kota yang di penuhi dengan berbagai macam kendaraan.

Hingga sampailah mereka di sebuah bangunan berlantai dua dengan papan nama brand terkenal yang sedang trending topik.

"Akhirnya kalian datang juga!” seru Anggi, begitu melihat anak dan calon menantunya berjalan mendekat.

“Hehehe, maaf tante. Vanka bangun kesiangan tadi!" gumam Vanka. Merasa tak enak.

"Iya nggak papa kok!" Anggi tersenyum gemas. "Ini tante, sudah menyiapkan beberapa gaun dan kebaya. Kamu coba satu-satu ya, Van!" Vanka mengangguk dan menerima tumpukan gaun tersebut. Mau mengeluh tapi tidak bisa.

Satu jam mereka merundingkan gaun dan kebaya yang akan dipakai Vanka nanti. Tentu saja terjadi sedikit drama tadi. Vanka dan Varo saling melemparkan pandangan. Terpesona akan ke rupawan satu sama lain.

"Ini cincin pernikahan kalian, mama pilihkan yang terbaik!" seru Anggi, menyodorkan kotak cincin berisi dua cincin emas putih. Namun, cincin Vanka sangatlah mewah. Di kelilingi berlian asli seharga jutaan dolar.

"Tante, bukankah ini terlalu bagus?" Vanka menggaruk tekuknya. Entahlah, tapi Vanka merasa takut memakai perhiasan semahal ini. Takut hilang dan tidak bisa menggantinya.

"Ya nggak papa, kamu tuh calon menantu mama yang pertama. Cincin ini, mama sendiri yang mendesain. Kamu suka kan?"

Tidak, Vanka merasa tertekan sekarang. Iya, Vanka akui cincinnya terlihat bagus. Tapi Vanka tidak bisa menerima semua itu.

"Bagus tante!" Vanka mengalah dan menjawab apa adanya. "Jangan panggil tante dong. Kan bentar lagi kamu nikah sama Varo!"

"Terus?" Vanka membungkam mulutnya sendiri. Sadar akan kekurangajarannya. "Panggil mama dong, ya kan Var?" menyenggol pemuda cuek itu.

"Hm!"

"Tuhkan, Varo sendiri juga setuju!"

"Eh, iya tan ma!" seru Vanka malu-malu.

makasih udah mampir 🙏☺️

jangan lupa like,coment dan vote ya☺️

Terpopuler

Comments

Shahnaz

Shahnaz

Eseh

2022-03-28

0

Niken Saskia

Niken Saskia

ker3eeen bgt critana

2022-02-09

0

Tasya

Tasya

kenapa kata katanya kasar banget,kurang suka aku

2021-08-30

8

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!