BAB 2 (Revisi)

Setelah sembilan jam Vanka dan murid-murid lainnya habiskan dengan mengikuti segala macam pembelajaran. Akhirnya bel berbunyi, menandakan waktu pulang baru saja di mulai.

Bergegas Vanka mengambil sepeda motornya dan meninggalkan sekolah dengan perasaan bahagia. Vanka lelah, ingin segera menghempaskan tubuhnya ke ranjang empuk miliknya.

"Sher, Han, gue duluan ya!" seru Vanka saat melihat kedua sahabatnya menunggu jemputan di depan gerbang. Dan kedua temannya mengangguk seraya menyuruhnya berhati-hati di perjalanan.

Setengah jam Vanka mengendarai motor maticnya. Akhirnya Vanka tiba di rumahnya. Ia memarkirkan motornya dihalaman depan rumah. Dengan ekspresi santai, Vanka masuk kedalam rumah.

“Assalamuaalaikum, Vanka pulang!“ teriaknya begitu melewati pintu. Satya yang tadinya asik tiduran di sofa ruang tamu langsung terperanjat. Terkejut dengan teriakkan adiknya.

“Gak usah teriak-teriak Jamal. Lo pikir ini hutan apa?” ketus Satya setelah menjawab salam adiknya.

“Mulut-mulut gue, kenapa lo yang sewot?“ jawab Vanka tak kalah ketus. Dina yang mendengar perdebatan kecil anak-anaknya pun langsung datang.

“Sudah-sudah, seperti anak kecil saja berantem mulu,” marah Dina berkacak pinggang. Satya dan Vanka hanya menyengir tanpa dosa.

”Vanka kamu mandi dulu gih! terus bantuin bunda nyiapin makan malam.” perintah Dina. "Okeh!"

Vanka berjalan menaiki tangga, buru-buru ia membersihkan diri dan memakai pakaian rumahan. Barulah ia pergi membantu bundanya.

...----+++---...

Disisi lain seorang pemuda tengah tertidur pulas, lelah dengan kegiatan sekolahnya. Dia adalah Alvaro Ravindra Abraham. Pemuda tampan yang menabrak Vanka pagi tadi.

“Varo bangun, ayo makan dulu!” ucap Anggi- mama Varo, mencoba membangunkannya dengan cara mengguncang kecil tubuh Varo.

Varo yang terganggu mulai mengerjapkan mata. Lalu, menyuruh mamanya itu turun dan menunggunya di ruang makan saja.

Barulah setelah mamanya keluar, Varo pergi mencuci muka. Setelah merasa lebih segar, Varo pergi ke ruang makan. Ia duduk di depan mamanya.

“Varo, setelah makan malam temui papa diruang keluarga, ada yang mau papa omongin sama kamu!” ucap Johan- papa Varo.

Varo mengernyit, “kenapa nggak disini aja sih pa?” tanyanya malas.

Ketika Johan hendak menjawab, tiba-tiba mama Varo memotong pembicaraan, “sekarang waktunya makan, bicaranya nanti saja!” ucap Anggi garang seraya menyuapi adik Varo yang berusia dua tahun. Avian.

Varo dan johan kembali fokus pada makanannya masing-masing. Suara dentingan sendok dan garbu mendominasi ruangan itu. Tidak ada pembicaraan lagi setelah Anggi menegur ayah dan anak itu.

...----+++----...

20 menit berlalu, acara makan malam telah selesai. kini, ketiga orang itu duduk manis saling berhadapan di ruang keluarga.

“Papa mau bicara apa?” tanya Varo datar, Anggi dan Johan saling menatap. Hening sejenak, sebelum akhirnya Johan menceritakan semua perjanjiannya dengan perjanjian sahabatnya di masa lalu.

“Jadi intinya, papa sama mama ingin menjodohkan kamu dengan anak sahabat papa!” lanjut Johan begitu selesai bercerita.

Varo terdiam, sedikit terkejut dengan ucapan sang papa. Namun, dengan cepat Varo mengubah raut wajahnya menjadi datar kembali.

“Tapi Varo masih sekolah pa, masa iya udah nikah aja.” protes Varo, berusaha menolak secara halus.

“Ini demi kebaikan kamu nak, mama tidak ingin kamu terjerumus kedalam pergaulan bebas di luaran sana.” Anggi ikut menjelaskan. Varo kembali membisu. Tidak tahu harus menjawab apa.

Setelah berpikir lama Varo memutuskan untuk menyetujui keputusan orang tuanya. Ia tidak tega melihat wajah sedih sang mama dan percaya bahwa semua ini sudah ditakdirkan.

"Oke, terserah kalian. Varo, ngikut!"

Begitu mendengar persetujuan Varo, Anggi langsung bersorak bahagia. Bersamaan dengan itu, Varo keluar tanpa berpamitan.

“Tuh anak mirip siapa si, dingin banget. Bikin kesel aja!” keluh Johan, kala melihat putranya pergi tanpa mengucapkan sepatah kata ataupun berpamitan.

“Ya mirip kamu lah, kan kamu yang buat!” sahut Anggi kemudian ikut pergi meninggalkan ruang keluarga, karena mendengar suara tangisan Alvian.

"Kok aku!"

...-----+++----...

Makan malam berakhir, Vanka menemani bundanya mencuci piring. Bukan karena Vanka tidak ingin membantu. Namun, sang ibu tidak membiarkannya mengambil alih. Alhasil, Vanka duduk di sebelah bak cuci piring dan memakan snack yang Satya belikan tadi pagi.

“Kak, besok malam ikut bunda sama ayah ya!” ucap bunda Vanka, sambil membilas piring-piringnya.

“Kemana bunda?” tanya Vanka, menatap kepo kearah sang bunda.

“Makan malam sama sahabat bunda,” jawab bundanya. Vanka memicingkan mata, menatap bundanya dengan tatapan penuh curiga.

"Ngapain ngajak Vanka?"

“Udah ikut aja, gak usah banyak tanya. Kayak dora aja deh, tanya terus,” sewot Dina. Jengah mendengar pertanyaan-pertanyaan yang terlontar dari bibir putrinya.

Vanka memutar bola matanya malas dan pergi meninggalkan sang bunda yang sudah selesai mencuci piring. Vanka masuk kedalam kamar dan membaringkan diri diatas kasur. Ia meraih ponselnya membalas pesan temannya dan kemudian tertidur karena kelelahan.

...----+++----...

Keluar dari ruang keluarga Varo, pergi ke kamarnya dan tiduran diatas ranjang. Ia menatap langit-langit kamar. Perasaan bimbang datang menghampiri. Varo ragu dengan keputusannya sendiri.

“Apa gue bisa jadi suami yang baik nanti. Arghh! sialan!” gumam Varo, mengacak rambutnya kasar.

Varo meraih ponselnya membuka aplikasi whattsap. Terlihat beberapa nomor tidak dikenal mengirim pesan padanya, namun Varo mengabaikannya.

Triotamvan

Dreanjing : p

Kevin: p

Dreanjing: ngumpul yuk

Kevin: kemana nyet?

Dreanjing : cafe biasanya

Dreanjing : @alvaro~ ikut nggak

...otw...

Dreanjing : oke

Kevin: 2in

Setelah membalas satu persatu pesan teman-temanya. Varo memakai jaket kulitnya dan mengambil kunci motor. Laki-laki itu pergi menuju cafe yang biasa mereka pakai untuk bersantai. Di sana Varo bisa mengobrol dengan kedua Sahabatnya. Kevin dan Andrean.

...----+++----...

10 menit berlalu, Varo sampai di cafe tujuan. Dengan langkah tegas dan gaya sok coolnya, Varo masuk kedalam cafe tersebut. Terlihat Andrean dan Kevin tengah berbincang-bincang sembari meminum kopi.

“Akhirnya datang juga lo!“ Seru Andrean, saat melihat Varo berjalan mendekati mereka.

Tidak ada jawaban, Varo mengabaikan pertanyaan tidak penting itu. Seketika Andrean mendengus kesal, merasa dongkol telah menanyai es batu itu.

“Oh ya Var, dua minggu lagi kita tanding basket sama anak sekolah sebelah. Gimana kalo besok kita mulai latihan?” usul Kevin. Dia mengatakan hal tersebut pada Varo karena Varo merupakan ketua basketnya.

"Ya, bilang sama anak-anak!" jawabnya acuh tak acuh. “Oke entar gue bilangin sama anak-anak.” ucap Kevin bersemangat.

"Lo kenapa sih Var, dari tadi bengong mulu?” tanya Andrean. Merasa Varo tengah memikirkan sesuatu.

“Gue dijodohin!” jawab Varo to the point.

Kevin dan Andrean terdiam sejenak, sebelum akhirnya tertawa lepas. Tidak percaya dengan jawaban sahabatnya itu.

“Halu aja lo nyet!” kata Andrean, masih tertawa kecil. “Gue serius, anjing!“ kesal Varo, membuat kedua temannya itu langsung diam tak berkutik.

Varo menceritakan semuanya dari awal dan alasannya menerima perjodohan konyol itu. Kevin

"Ya, seperti itulah. Sebentar lagi gue nikah!"

terima kasih yang udah mau mampir 🙏

jangan lupa like, komen dan vote ya☺️

Terpopuler

Comments

Fitri Yunelti

Fitri Yunelti

novel author yang ini kata katanya kasar banget, jadi gak enak di baca..kalau novel author yang lain aku dah baca cuma masih bisa di tolerir kata kasarnya..kalau yg ini gak cocok banget bahasanya sama aku..

2021-12-30

0

Hanif.na

Hanif.na

baru baca nih thorr kyknya seru

2021-09-10

1

marita✨

marita✨

mampir ya thor⚡🔨
semangat

2021-08-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!