Hari ini adalah hari yang di tunggu-tunggu. Hari pernikahan Varo dan Vanka. Acara pernikahan itu di langsungkan di hotel milik papa Varo. Acara tersebut di adakan secara tertutup, agar tidak ada yang tahu tentang hubungan Varo dan Vanka.
Bukannya malu, namun kedua insan itu masih bersekolah dan sama-sama duduk di kelas 3.
Karena itu acara tersebut di hadiri oleh keluarga besar dan beberapa rekan kerja papa Varo. Tak terkecuali sahabat Varo dan Vanka.
"Cantik banget temen gue!" puji Hana, mencubit pipi Vanka gemas. "Iya nih, cantik banget! gue nggak nyangka lo bakal nikah di usia muda!" cibir Sherly ikut menyahuti.
"Iri bilang bos!" Hana menyanggah, faktanya Sherly
ingin berada di posisi Vanka sekarang. Menikah dengan orang tampan. Bukan berarti, Sherly jatuh hati pada Varo.
“Sudah selesai mbak!" perias tersebut menyuruh Vanka berkaca. Sontak Vanka terdiam, mengagumi kecantikannya sendiri.
"Ini aku?"
"Bukan, tapi setan!" malas Sherly. Sontak seluruh penghuni kamar tertawa lepas.
"Udah, sekarang kita turun. Mempelai prianya udah nungguin dari tadi. Kasihan!" mbak-mbak perias itu menyanggah.
Tepat setelah Vanka melewati pintu, mereka berpapasan dengan Anggi dan Dina. "Baru aja mau di jemput!" seru Anggi tergelak kecil.
Dan setelah itu Dina dan Anggi menggiring Vanka turun. Langkah demi langkah Vanka ambil. Bersamaan dengan jantungnya yang berdetak kencang. Vanka gugup.
Disisi lain, Varo mendongakkan kepala. Menatap Vanka tanpa berkedip. Dengan kebaya full payet buatan sang mama, Vanka terlihat sangat cantik.
“Sabar bro, habis ini udah sah kok!“ goda Andrean, menyenggol bahu kanan Varo. Tentu laki-laki itu langsung salah tingkah.
“Saudara Varo apakah sudah siap?” tanya pak penghulu. Varo mengangguk mantap.
Varo mengucapkan ijab qobul dengan lancar dan lantang. Begitu terdengar kata dah, Varo dan Vanka lega. Entahlah, tetapi Vanka merasa terharu.
"Sekarang pasangkan cincin di jari satu sama lain, di mulai dari mas Varo!" Pak Penghulu memberi arahan.
Varo menatap Vanka sebentar, sebelum akhirnya menyematkan benda bulat tersebut ke jari manis Vanka. "Sekarang giliran mbak Vanka!"
Ragu-ragu Vanka meraih cincin tersebut. Dan secara perlahan disematkannya cincin putih itu ke jari manis Varo. Seperdetik kemudian, suara ricuh terdengar ke seluruh penjuru ruangan. Lataran semua orang bertepuk tangan dan mengucapkan selamat pada kedua mempelai tersebut.
"Sekarang, Mbak Vanka cium tangan mas Varo. Dan mas Varo cium kening mbak Vanka!" lagi-lagi kedua mempelai tersebut melakukannya dengan terpaksa. Namun tak bisa di pungkiri, masing-masing menikmati perlakuan tersebut.
...----+++----...
Resepsi pernikahan Varo dan Vanka tengah berlangsung sekarang. Tepatnya setelah ijab qobul selesai. Varo dan Vanka duduk di atas pelaminan dengan ekspresi berbeda.
Vanka dengan senyum palsunya dan Varo dengan wajah datarnya. Sungguh pasangan yang serasi.
"Lo capek?"
"Menurut lo?" jengah Vanka. Jelas-jelas dia berdiri menyalami para tamu sedari tadi. sudah pasti Vanka lelah, pakek nanya lagi.
Padahal setahunnya, tamu undangan terlihat sedikit tadi. Tapi, kenyatannya cukup banyak sampai pergelangan kakinya lecet terkena sepatu heels.
"Kalo capek duduk aja, nggak ada yang ngelarang!" Vanka memicingkan mata, memang tidak ada yang melarang. Tapi lihat tatapan bundanya, seolah akan menikamnya jika Vanka duduk.
"Nggak! gue nggak mau duduk. Tamu masih banyak, nggak sopan banget kalo gue duduk dan nggak peduliin mereka!" dalih Vanka, sesekali melirik kearah antrian tamu itu.
Tuhan, kapan nih acara selesai. Gue capek, pengen tidur. batinnya memelas.
Varo tersenyum tipis melihat wajah kecut Vanka. Lalu menyapukan pandangan, mencari minuman. Saat melihat pelayan membawa satu nampan penuh berisi sirup. Lantas Varo berjalan mendekat.
Varo mengambil dua gelas sirup dan satu piring camilan. "Ambil!" titah Varo datar. "Apa nih?" bodohnya Vanka bertanya, padahal jelas-jelas itu makanan.
"Makanan!"
"Gue tahu itu makanan, maksudnya buat apa?" tanya Vanka heran, mungkinkah masih ada tradisi lagi. Semacam ciuman kening setelah ijab qobul tadi.
"Ya buat lo makan, bego banget sih!" kesal Varo dan menyodorkan makanan tersebut, agar Vanka meraihnya.
"Wah, tumben lo baik!" Vanka menatap makanan dan minuman itu dengan penuh minat. Akhirnya, dia bisa mengisi perutnya sekarang.
"Gue tahu lo belum makan sejak tadi!" ungkap Varo seraya menyeruput sirup jeruknya. Sedikit terenyuh tapi bukan berarti Vanka jatuh cinta.
"Terimakasih, suami!"
Deg.. jantung Varo berdetak tidak karuan. Panggilan Vanka barusan membuatnya kaget sekaligus salah tingkah. Hatinya senang, mendengar panggilan Vanka barusan.
Sementara Vanka makan dan Varo duduk di sampingnya. Menemani gadis yang menjadi istrinya beberapa jam lalu. Sesekali melirik, menertawakan Vanka yang makan dengan lahap.
...----+++----...
Tamu sedikit berkurang, mengingat hari memasuki tengah malam. Tinggal sahabat Varo dan Vanka saja yang belum menghampiri pasangan pengantin baru itu.
"Dimana Sherly sama Hana!" gumam Vanka menanyai dirinya sendiri. Celingukan kesana-kemari, mencari keberadaan kedua sahabatnya itu.
"Lo nyari kita?" Tiba-tiba Sherly muncul di hadapan Vanka disusul Hana dengan ekspresi datar. Apa-apaan ini, Vanka bahkan hampir berteriak barusan. Mereka benar-benar menakutkan.
"Lo mau gue kena serangan jantung mendadak, segala pakek ngagetin lagi!"marah Vanka seraya menghadiahi kedua temannya tonyoran lemah.
"Peace, sorry!" sherly mengangkat dua jarinya. "Serah lo!" Vanka menghempas tangan Sherly.
"Btw samawa ya Van. Nggak nyangka gue, lo udah jadi bini orang."ucap Sherly, kemudian memeluk Vanka sikat.
"Selamat ya Van, nih hadiah dari gue sama Sherly!" Hana menyerahkan kado tersebut dan melakukan hal yang sama seperti Sherly. Yaitu memeluk Vanka.
"Makasih udah nemenin gue seharian ini!" tersenyum tipis lalu memeluk kedua sahabatnya kembali.
“Sama-sama, kalo Varo nyakitin lo. Bilang sama gue. Biar gue gorok tuh leher, sama teman-temanya sekalian. Biar dia kapok!"
"Bukan hanya kapok Sher, tapi raga mereka juga ikut tenang. Karena lo ngirim mereka ke sisi Tuhan!" ketiganya tertawa lepas, tak menyadari tiga laki-laki berdiri di belakang dengan ekspresi datar.
“Ngeri banget mbak!" Kevin menyahut. "Tau tuh, dasar sikopat!"
"Psikopat!" teriak mereka berempat, membenarkan ucapan Andrean. "Santai bos!" andrean mengangkat kedua tangannya ke udara. Bergerak seolah menghentikan sesuatu.
“Btw, selamat ya Var. Lo udah punya bini sekarang, bakal susah ni kalo diajak ngumpul!” seru Kevin, menaik turunkan alisnya.
"Makasih!" balasnya singkat, padat, dan jelas.
“Cie yang bentar lagi mau bercocok tanam. Jangan kasih kendor tuh si Vanka. Semangat bestie!” ceplos Andrean, langsung mendapat tatapan tajam dari Varo.
“Kalau begitu, kita pamit ya. Udah malem nih, nyokap kita udah pada nyariin!" ujar Hana berpamitan.
"Tapi gue masih kepengen sama kalian!" seru Vanka. Berusaha menghentikan kepergian sahabatnya.
"Yaelah Van, lebay banget sih. Nanti juga ketemu kali. Udah ya, kita pamit dulu. Nanti kita hangout bareng!" Sherly mengedipkan sebelah matanya.
"Beneran?"
"Iyalah!"
"Oke Hati-hati!" Vanka pun tak mempermasalahkannya lagi.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
ani nurhaeni
next
2021-12-16
0