"Oh gitu, menurut gue coba jalani dulu Var. Siapa tau hubungan ini membawa kebahagian kan buat lo, dan siapa tau bisa bertahan sampek lo tua nanti.” usul Kevin, setelah berpikir panjang.
Mendengar usulan Kevin, lantas Varo terdiam. "Bener tuh kata Kevin. Jalanin aja dulu, siapa tau calon lo cantik. Kan lumayan bisa cuci mata tiap hari!” sahut Andrean, langsung mendapat tonyoran dari Kevin.
“Sa ae lo kambing congek!" ucap Kevin. Perdebatan singkat itu membuat Varo tersenyum tipis. Varo sedikit merasa tenang, setelah bercerita kepada kedua sahabatnya itu.
Ketiganya mengobrol sampai lupa waktu. Kopi di gelas pun sudah kosong. Malam pun semakin petang dan akhirnya mereka memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing.
...----+++----...
Pagi telah tiba, Varo dan keluarganya tengah menikmati sarapan bersama. Tidak ada satupun suara yang terdengar. Masing-masing makan dengan khidmat.
“Varo, nanti pulang agak cepat ya! kita akan pergi makan malam bersama sahabat bunda, sekaligus ketemu sama calon kamu!” ucap Anggi dan Varo mengangguk singkat.
Setelah berpamitan, Varo menjalankan motornya menuju ke sekolah. Jarak rumah dan sekolah tidak terlalu jauh. Hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit saja. Sesampainya disekolah, Varo segera memarkirkan sepeda motornya dan berjalan menuju kelasnya yang berada dilantai dua.
Saat Varo menaiki tangga, ia berpapasan dengan Vanka. Varo melirik sekilas, sedangkan Vanka membuang muka. "Sialan!! ngapain gue ketemu dia lagi " batin Vanka kesal. Yang pada akhirnya mempercepat langkah.
...----+++----...
Jam istirahat pun dimulai, seperti biasa Vanka dan kedua sahabatnya pergi ke kantin sekolah. Untuk memberi makan cacing-cacing yang ada diperut mereka.
“Kalian mau apa biar gue yang pesen.” Vanka menawarkan diri. Yang justru membuat Hana dan Sherly shock berat.
"Tumben lo mau mesenin. Biasanya ogah-ogahan ngantri!“ cibir Hana heran. Begitu juga dengan Sherly, setuju dengan ucapan Hana.
Vanka mendengus, “kalo nggak mau ya udah, gue duduk lagi!” ucap Vanka. Hendak memegang kursi dan ingin duduk kembali.
“Eh jangan!! gue nasi goreng sama es jeruk!” Refleks Sherly berteriak kencang, mencoba menghentikan pergerakan kawan lamanya itu.
Mata Vanka menajam, ingin rasanya Vanka menyumpal mulut toa Sherly sekarang. "Nggak usah teriak-teriak bego. Malu tau di jadiin pusat perhatian kek gini!“ lanjut Vanka, tatkala mendapati seluruh penghuni kantin menjadikan mereka pusat perhatian.
Sherly terkekeh, “sorry refleks.” malunya seraya menunjukkan dua jari.
Vanka memutar bola matanya malas, “seseneng lo aja deh Sher. Kalo Lo, mau pesen apa Han?“ kini pandangan Vanka beralih pada gadis berkaca mata yang duduk manis di kursi sembari fokus membaca novel.
“Samaain aja Van, biar lo nggak kesusahan!“ jawab Hana, tanpa mengalihkan pandangannya dari novel yang sedang dia baca. Vanka mengangguk.
"Bentar ya, Vanka yang cantik dan baik hati ini akan mengantri!" ucap Vanka alay. Sherly yang mendengar itu ingin muntah rasanya.
“Gaes, ke mall yuk!“ ajak Sherly. Sudah lama mereka vtidak hangout bareng. Vanka dan Hana selalu sibuk. Dan pada akhirnya Sherly selalu berbelanja sendiri.
"Gue sih mau-mau aja, tapi jangan Lama-lama ya gaes. Nanti malam gue ada acara soalnya!" sahut Vanka menanggapi.
“Kalo lo Han?" Sherly menghentikan pergerakannya. Menatap Hana penuh harap. "Gue ngikut aja." jawab Hana menyetujui. Tak ingin sahabatnya kecewa.
...----+++----...
Pulang sekolah Vanka dan kedua temannya mengunjungi mall terdekat. Disana mereka bergegas mengambil troli. Cepat-cepat mengambil semua barang yang mereka butuhkan, terutama barang yang sedang diskon besar-besaran.
Selama dua jam lebih, mereka mengitari mall tersebut dan menyudahinya kala mendapati troli mereka penuh dengan berbagai macam barang.
Sesudah membayar, Vanka menelpon Satya agar datang menjemputnya. Hari ini, Vanka tak membawa sepeda motor karena sepeda motornya harus diservis di bengkel.
“Van, lo beneran gak papa nih kita tinggal?“ tanya Sherly. Tak enak hati jika pulang dan meninggalkan Vanka sendirian.
“Iya, nggak papa kok Sher. Lagian bang Satya udah otw ni!” lanjut Vanka meyakinkan.
Setelah sedikit berdebat dengan Vanka, akhirnya Sherly mengalah dan pergi meninggalkan Vanka sendirian. Tentunya bersama dengan Hana juga, mengingat rumah mereka searah. Sebenarnya Sherly juga ingin mengantarkan Vanka. Tetapi Vanka menolak dan berkata jarak rumah mereka sangatlah jauh.
...----+++----...
Tak lama setelah itu, Satya tiba di mall tersebut. Melihat mobil kakaknya, Vanka kegirangan dan buru-buru masuk kedalam.
"Lama banget sih bang!" sentak Vanka marah. "Macet adek sayang!" jawab Satya cengengesan. Satya menekan pedal gas, mulai melajukan mobilnya.
Di sepanjang perjalanan keduanya bersenda gurau tak terkecuali menggibah. Vanka dan Satya memanglah dekat. Mengingat keduanya merupakan saudara satu-satunya.
Sesampainya di rumah Vanka, langsung masuk kamar dan merapikan barang-barang belanjaannya tadi. Menatanya rapi, sesuai dengan tempatnya masing-masing.
"Kak, bunda udah nyiapin dres buat dipakai acara nanti malam!" Tiba-tiba Dina masuk kedalam dan mengajak Vanka bicara di tengah-tengah pekerjaannya itu.
“Kenapa harus pakek dress si bun?” tanya Vanka heran denga dahi terlipat. "Biar kamu kelihatan cantik sayang," jawabannya.
“Yaelah bun, Vanka pake baju apa aja juga kelihatan cantik kali.“ pedenya dan langsung mendapat tonyoran dari sang bunda di detik yang sama.
“Bunda nggak peduli, pokoknya kamu harus pakek dress ini. Kalo enggak, bunda bakal potong uang jajan kakak selama seminggu!!“ ancam Dina sebelum berlenggang keluar.
Vanka menghela napas. Susah sekali menjadi seorang putri. Mau tidak mau, Vanka harus menuruti kemauan sang ibu ratu. Jika tidak, uang jajannya yang terkena imbas.
...----+++----...
Malam itu, Vanka menuruni tangga dengan memakai dress selutut yang disiapkan bundanya tadi. Dipadukan dengan flat shoes bewarna senada. Vanka memoles sedikit make up, hal itu membuatnya semakin terlihat cantik.
“Cantik banget anak bunda!” puji Dina. Berjalan mendekat lalu mencium puncak kepala Vanka. Dina senang putrinya menurut.
“Hehehe masih cantik bunda kok." ucap Vanka balik memuji. Sungguh Vanka, malu di puji-puji seperti ini.
“Ayo berangkat.“ ajak Danu- ayah Vanka. Mereka pun masuk kedalam mobil dan pergi ke restoran yang sudah di reservasi.
Sepanjang perjalanan Vanka diam tak bergeming. Terkadang memainkan ponselnya dan sesekali menguping pembicaraan orang tuanya.
Saat tiba di restoran, mereka langsung masuk kedalam dan duduk di ruangan privat yang mereka pesan. “Bunda, bang Satya nggak ikut?” setelah terdiam cukup lama, Vanka akhirnya membuka suara. Menanyakan keberadaan sang kakak tercinta.
Lantas Dina menoleh, lalu menggelengkan kepalanya tiga kali. "Abang mu sibuk!" Satya pergi bersama dengan teman-temannya untuk mengerjakan tugas kuliah. Ya, walaupun sudah pasti, mereka bukan hanya bekerja kelompok melainkan mampir di sebuah kedai kopi. Vanka mengangguk-angguk. Mengerti. Ia kembali memusatkan perhatian pada layar handphonenya.
5 menit berlalu. Yang di tunggu-tunggu telah tiba. Dua orang paruh baya masuk kedalam ruangan mereka. Di tambah dengan seorang anak kecil yang menggemaskan, membuat Vanka ingin melahap nya sekarang.
"Maaf ya jeng, kami terlambat. Tadi jalanan macet banget.” jelas seorang wanita paruh baya. Wajahnya terlihat sedih sekaligus menyesal.
“Nggak papa kok jeng! lagian kita juga baru dateng.” Dina memaklumi. Tidak ingin sahabat lamanya bersedih.
“Oh ya, ini putriku. Namanya Vanka,“ lanjut Dina, mengenalkan Vanka pada sahabat karibnya, Anggi dan Johan.
Vanka tersenyum tipis, "halo! Om, tante!“ sapanya, sembari mencium punggung tangan mereka secara bergantian.
“Cantik banget ya anaknya, pa.” puji Anggi membuat, Vanka tersipu malu. "Iya!" jawab Johan sejujurnya.
“Makasih tante!” sahut Vanka malu-malu.
“Oh ya, anakmu gak ikut?” tanya bunda Vanka. celingukan karena tak melihat anak laki-laki dari sahabatnya ini.
Baru Anggi ingin membuka mulutnya, sebuah suara menyanggah pembicaraan mereka. "Maaf, saya terlambat!” semua orang mendongak, menatap kearah sumber suara kecuali Vanka. Gadis itu sibuk berkutik dengan handphonenya.
“Baiklah sekarang kita makan terlebih dahulu, sebelum membahas hal yang menjadi tujuan kita berkumpul.” ucap Johan dan semua orang menyetujuinya.
...----+++----...
Semua orang menikmati hidangan yang di sajikan. Tak terkecuali Vanka. Namun, anehnya gadis itu tak menyadari sosok pemuda yang duduk di sampingnya.
Selesai dengan kegiatan makan malam. Semua orang kembali fokus pada permasalahan. "Vanka, ayah ingin mengatakan sesuatu!"
"Apa yah?"
“Kami akan menjodohkan kalian berdua!” Danu menunjuk Vanka dan Varo lewat isyarat mata.
“Apa perjodohan!!!“ teriak Vanka kaget.
makasih udah mau mampir kesini 🙏☺️
jangan lupa like,coment dan vote ya☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
U2N NAYAH
cemumut Thor,, 💪💪
2021-12-29
0
hiatus
aku lanjut baca thooor
2021-08-29
3