Perasaanku sedikit lega ketika bisa keluar dari ruangan Tuan Brata. Banyak karyawan yang memandangku, mungkin mereka berpikir bahwa aku kepergok dengan pacar Tuan Brata dan terjadi pertengkaran. Aku langsung keluar dari Toko meninggalkan mobilku.
Aku memesan jasa mobil online untuk mengantar ke Bank Swasta Daerah. Tidak begitu lama mobil datang, aku naik cepat. Sampai di Bank, aku langsung mengambil antrean, untungnya tidak begitu ramai.
"Siang Nona, apa ada yang bisa kami bantu." sapa Customer Service Bank dengan ramah, aku duduk di depannya sopan.
"Siang mbak, aku ingin bertemu dengan bagian kreditnya." jawabku langsung ke tujuan.
"Silahkan anda ke lantai dua, katakan ingin bertemu dengan Bapak Budi."
"Baik mbak, trimakasih." sahutku beranjak dari ruangan Customer Service menuju lantai dua. Aku mencari ruangan kredit dan mengetuk pintu dengan pelan.
"Masuk." sahutnya. Aku masuk dan tersenyum ramah.
"I can not speak English." katanya terbata-bata, dia lalu memanggil temannya.
"Aku mengerti bahasa Indonesia." sahutku.
Tanpa dipersilahkan duduk aku langsung duduk. Mereka berdua memandangku naik turun. Aku mengeluarkan ponselku dan memperlihatkan detail utang-utang mamaku. Mereka berdua saling pandang.
"Aku bisa memenjarakan kalian yang ikut membantu Tuan Brata untuk.merampas hartaku." kataku mulai membuka percakapan.
"Kita disini tidak ada menipu, mama Nona yang memberi anggunan sebuah sertifikat dan meminjam kredit 1miliar."
"Saya mengerti Pak, itu hutang mama saya pertama dengan anggunan sertifikat Villa, walaupun saya masih meragukan, karena dalam kurun waktu 2 tahun tidak ada perubahan di Villa kami. Dan yang saya herankan pada saat itu kami mempunyai uang."
"Tapi Nona Capela benar meminjam uang koq, dia kesini bersama adiknya dan iparnya."
"Okelah Pak, utang pertama mungkin benar. Saya bepikiran uang itu dipinjam untuk adiknya, itu bisa jadi. Tapi setelah utang pertama kenapa kalian memalsukan tanda tangan mama saya sebelum utang pertama jatuh tempo. Dan disini terlihat penambahan utang secara drastis, kemudian anggunan di tambah. Utang membengkak menjadi 20 miliar. Tolong jelaskan!"
"Waktu itu mama Nona yang datang kesini lagi, dan menambah utang." sahut Pak Budi dengan keringat segede butiran jagung.
"Maaf Pak Budi, seorang pembinis tidak sembarangan meminjam uang, dan mama mempunyai anak. Jadi itu hal yang mustahil kalau mamaku meminjam uang tanpa sepengetahuan anaknya."
"Apa sih sulitnya kalau berhutang tinggal bayar, jangan berkelit. Banyak orang seperti Nona yang berusaha melepas tanggung jawab."
"Bagaimana kalau saya memanggil beberapa wartawan untuk meliput Bank ini dengan tuduhan tanda tangan palsu. Dan persekongkolan di bagian kredit."
"Jangan gegabah nona, ada praduga tidak bersalah. Jangan main tembak begitu."
"Ketemukan saya dengan lawyer Bank ini." kataku memaksa. Mereka kembali saling pandang dan Pak Budi terpaksa mengangguk.
"Silahkan anda ke Jalan Gajah Mada no.xx, beliau juga sebagai saksi." sahut Pak Budi sambil menghapus keringatnya.
"Trimakasih atas kerja samanya, mungkin dari dulu anda suka memalsukan tanda tangan. Saya bisa melemah, kalau Pak Budi bisa diajak kerja sama, tapi kalau Pak Budi keukeuh akan kebohongan Pak Budi terpaksa saya memanggil seorang Polisi."
"Ini masalah utang piutang, bukan hukum pidana." sanggah Pak Budi.
"Memang Pak Budi, tapi bagaimana kalau mama saya meninggal gara-gara disodorkan surat utang yang diluar dugaan. Bukankah ada pemicunya yang membuat mama saya sakit, bisa saja ini termasuk percobaan.pembunuhan." kataku mencoba menakutinya.
Itulah perbincanganku saat ini dengan kepala kredit. Jam sudah menunjukan pukul 12.30 siang, aku harus mengisi perutku. Tapi aku tidak tahu dimana ada Restoran. Aku kembali mencari jasa grabb untuk mengantarku. Sebuah mobil Ayla putih sekarang membawaku keluar dari Bank.
"Kemana saya antar Nona?" tanyanya sopan.
"Terlebih dahulu aku mau ke Restoran cepat saji, kita drive thru saja." sahutku duduk disamping sopir.
Aku ingin menikmati pemandangan kota Denpasar yang super sibuk. Aku mengeluarkan.ponsel mama, ternyata semua kakakku khawatir dan bertanya aku berada dimana.
"Aku mau makan." tulisku pendek kepada kak Maya. WA yang lain aku abaikan, aku tidak mood untuk membalas satu persatu basa basi mereka.
"Maaf bisa di gedean volume lagunya." kataku kepada sopir itu. Dia cuma mengangguk dan membesarkan Volume tapenya, suara James Blake dengan lagu Limit To your Love berkumandang dan membuat bibirku mengikuti lirik lagu itu.
Kami sudah sampai di drive thru Restoran cepat saji, aku memesan dua burger dan sekalian minumannya. Pada saat ngantre itu sopir itu bertanya padaku.
"What is your name." tanyanya sopan tanpa menoleh. Aku seketika menoleh, dari samping pemuda itu terlihat macho banget dan tangan yang memegang stir kelihatan otot-ototnya. Mungkin sopir ini senang olah tubuh pikirku. Dia memakai topi dan kaca mata hitam.
"Qirrera...tapi aku sering dipanggil Qirre." sahutku santai. Dia membuka kaca mobil karena pesananku sudah selesai.
"For you." kataku menyerahkan satu burger kepadanya.
"Thank you." jawabnya datar. Mobil keluar dari Restoran.
"Aku akan makan di mobil, tapi kalau kamu keberatan turunkan aku di rest area." kataku melihat tempat tunggu bis dipinggir jalan yang kosong.
"Kita akan makan diluar, aku takut mobil di cari kecoa kalau ada remah-remah makanan." katanya menepi.
Kami turun dan duduk di bangku kosong yang ada di rest area. Aku membuka burgerku dan menawarkan dia untuk mulai makan. Selebihnya aku tidak peduli dengan laki-laki itu. Aku terkesan buru-buru makan, karena pikiranku di Lawyer yang akan kutemui.
"Trimakasih burgernya." kata sopir itu setelah kita kembali berada di mobil.
"Sama-sama." jawabku ringan. Mataku lebih tertuju kepada jalan dari pada sopir di sebelahku.
Tidak begitu lama aku sampai di kantor Lawyer johnny and friends. Seorang gadis menyuruhku masuk. Sepertinya mereka sudah siap menanganiku dan terlihat wajah mereka tegang.
"Selamat siang Bapak-bapak. Tentu kalian sudah tahu untuk apa saya berada disini sekarang. Perjalanan saya cukup panjang, dari Tuan Brata, Bank, dan terakhir disini." kataku tandas. Dari lima orang yang hadir seorang Bapak botak mulai berkata.
"Maaf sekali Nona, boleh Nona curiga kepada Tuan Brata atau kepada Bank Daerah, kenyataannya mama Nona yang sudah meminjam uang kepada kami dan Nona harus legowo."
"Tidak ada pasal yang bisa menjerat Tuan Brata atau Bank, karena tanda tangan ini nyata adanya." sambungnya lagi.
"Bagaimana kalau saya mengundang seorang wartawan dan mem blow up masalah tanda tangan palsu ini?"
Nanti dulu, saya bisa memenjarakan Nona."
"Saya akan mengambil sertifikat saya yang di pakai anggunan. Apapun alasannya kalian sudah salah. Apalagi kalian lawyer."
'Aku memberi waktu tiga hari dari sekarang, aku mengakui utang pertama yang berjumlah 1m (satu miliar). setelah itu tanda tangan mama saya dipalsukan." sahutku.
Setelah perbincangan agak alot, akhirrnya di sepakati tiga hari lagi aku datang ke Bank. Hatiku sedikit lega, karena ada celah membela mamaku. Semua kejadian ini aku rekam dan transfer ke saudaraku.
Aku permisi keluar dari kantor Lawyer setelah berada didalam 45 menit. Rencananya aku akan mencari bengkel keliling untuk memeriksa mobilku. Aku merasa Tuan Brata berusaha mencegah sepak terjangku ke Bank. Tapi aku bisa menyelesaikan, walaupun lagi tiga hari apa mereka menepati janjinya atau omong kosong.
"Nona, mau pulang." sebuah suara mengagetkanku. Ternyata sopir grabbnya.
"Kenapa kamu masih disini?" tanyaku ingin tahu. dia tidak mungkin menungguku bukan?.
"Aku menunggumu, aku ingin mengantar kamu pulang."
"Oh...kalau begitu antar aku ke toko oleh-oleh. Aku mau mengambil mobilku."
"Baik Nona."
"Kenapa kamu menungguku, harusnya kamu bisa mengambil penumpang lain."
"Masalahnya Nona kalau bayar banyak, jadi eman melepasnya." sahut sopir itu membuatku tertawa.
"Kamu masih kuliah?"
"Sudah semester akhir, saya ngumpulin uang untuk wisuda."
"Bagus kamu giat bekerja, aku salut melihat kamu jadi sopir, tidak malu dengan pekerjaan apapun."
"Trimakasih."
Mereka kembali satu mobil menyusuri jalan By Pass ngurah rai. Terdengar suara DJ Tonjelava Hawallian - Tauke you deserve to be my wife siren tonight. Badanku bergoyang mengikuti alunan lagu.
Sampai di tempat parkir toko oleh-oleh, bengkel keliling yang dia panggil sudah duluan berada disana.
"Maaf Pak saya baru datang." kataku menghampiri mereka yang akan mengurus mobilku. Sopir grabb ikut turun dan menawar harga.
"Kenapa kamu ikut turun, jalan aja aku bisa sendiri." kataku sibuk membalas chat dari kakakku.
"Kamu belum bayar jasaku." kata sopir itu hampir bsrbisik. Aku seketika tertawa.
"Maaf ya, untung kamu mengingatkan." kataku membayar lebih.
"Aku minta nomer whatsapp mu."
"Tidak, ini ponsel mamaku."
"Saya ini tukang antar gas elpiji, aqua dan apapun yang Nona mau saya bisa antar."
"Begitukah, mana nomer ponselmu aku miscall aja." sahutku.
"Trimakasih kamu mau berteman denganku, kalau ada kerusakan apa-apa boleh hubungi ponselku." katanya tersenyum. aku baru memperhatikan senyumnya manis juga.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
lid
wkwkkw judulnya finish to ceritanya lanjut ya ka ayum....tenang adang abnag gnteng qi....
2022-05-09
2
Mas Adam
semangat
2021-11-07
2
Leonor Sofia
seru
2021-10-08
2