QIRRERA LOVE YOU
Sepertinya aku cocok dengan untaian kata-kata qoutes ini. Dari hujan aku belajar bahasa air, bagaimana berkali-kali jatuh tanpa mengeluh pada takdir. Tegar!!. Itu yang tersemat dalam pikiranku. Aku merasa sedikit sombong ketika bisa melewati setiap cobaan yang bisa kulalui atau setiap perasaan luka yang menderaku. Semua aku terima dengan lapang dada serta berharap derita berhenti mendekatiku. Semenjak aku tahu diriku seorang anak haram dan menjadi anak angkat di keluarga kaya, hidupku berubah 180 derajat. Sikapku yang biasa manis berubah menjadi dingin. Ntah kenapa aku merasa tidak nyaman dengan keluargaku sekarang ini.
Sekarang umurku sudah delapan belas tahun masih belia tentunya, kata mama sudah pantas aku mengetahui siapa sebenarnya diriku sebelum aku mendengar dari orang lain. Malam itu kami lima bersaudara berdiri mengitari mama yang sedang sakit. Mungkin mama sudah punya pirasat buruk sehingga dia membuka rahasia tentang diriku. Kami di pinggir pembaringan menunggu mama, ada 0m Herman dan Tante Yeny serta Chery sepupuku duduk di sofa menjadi saksi.
Setelah dokter pribadi kami mengatakan mama sudah siuman barulah aku mendekat dengan air mata membanjiri pipiku. Tapi air mataku tambah menganak sungai ketika mama berkata dengan terbata-bata bahwa sebenarnya aku anak angkat. Aku tadinya tidak percaya, tapi setelah semua kakakku mengangguk aku merasa kehilangan keseimbangan. Aku menatap kakak satu persatu. Aku baru merasa berbeda, mereka berambut hitam sedangkan aku agak kemerahan. Kakak Perempuanku keduanya cantik, tapi tidak bisa mengalahkan kecantikanku yang berwajah bule. Disitu aku baru merasa sangat berbeda.
Saat aku tahu bahwa diriku hanya anak angkat yang hanya menumpang seperti benalu, aku tiba-tiba merasa down dan krisis kepercayaan. Rasa sombongku sirna dan saat ini aku merasa bahwa aku tidak punya apapun selain ilmu dan wajah blasteran bule. Kata mereka aku keturunan dari papa Jepang dan ibu blasteran Inggris Indonesia. Seharusnya aku bangga dengan tubuh Sexyku yang tingginya 172 dan berat badanku 55 kg. Ntahlah....
"Tidak ada perbedaan setelah kamu tahu siapa dirimu, kita tetap menyayangimu seperti dulu dan kamu tetap bisa bermanja-manja dengan kami. " kata kakak perempuanku yang tertua mengelus rambut blondeku.
Walaupun aku tinggal di Los Angeles bila musim dingin aku pasti pulang ke Bali untuk berlibur. Hubungan kami sangat erat dan kakak selalu memanjakan aku. Bahasa sehari-hari kami di rumah adalah Inggris bercampur Indonesia. Maklumlah saudaraku semua bergelut di pariwisata yang terbiasa memakai bahasa Inggris.
"Siapa orang tuaku?" tanyaku tidak bergairah. Aku melihat tatapan mengejek dari Chery sepupuku yang selama ini merasa tersaingi oleh ke cantikanku.
"Apakah kamu ingin menemukannya?" tanya kakak hati-hati sambil menatap wajahku. Aku langsung menggeleng sambil menghapus air mataku dengan kasar.
"Tidak ada keinginanku untuk menemuinya, dari hamil orang tuaku sudah tidak mengharapkanku dan berusaha aborsi dan ingin membunuhku dengan segala cara, jadi mengapa tiba-tiba aku mencarinya?. Aku tidak mau merendahkan diriku dengan cara apapun supaya diakui oleh mereka. Tidak terbesit dalam pikiranku memohon belas kasihan mereka, sekalipun aku tidak berdaya." sahutku tegas.
"Qirrera.. ..semoga apa yang kamu ketahui saat ini tidak menyurutkan niatmu untuk menjadi orang sukses. Semua orang punya masalah, bagaimana kita menyikapi dan berusaha keluar dari masalah itu." kata Om Herman ikut perihatin.
"Terus terang aku merasa down dan malu kepada diriku. Aku banyak berhutang budi kepada keluarga ini. Kalian sangat baik, terutama mama. Kalian tidak pernah mengeluh akan sikapku yang kadang-kadang konyol." kataku lirih.
"Makanya jangan banyak bertingkah, ingat dari mana asalmu." celetuk Chery membuat aku kesal. Mata coklatku menatap tajam menembus jantung Chery. Dia menjebikan bibirnya tanda mengejek.
"Chery, I don't feel ashamed of being an illegitimate child. My destiny is like this. I would be ashamed if I became a bad boy." sahutku memakai bahasa Inggris. Aku memang agak susah memakai bahasa Indonesia disaat marah, karena dari kecil aku tinggal di Luar Negeri dan hidup dengan mama Stevany.
"Elehh... You bad boy, hidup di barat dengan pergaulan bebas." sahut Chery tidak mau kalah.
"Apa yang kalian bicarakan, setiap bertemu pasti kalian berdebat. Tidak adakah perbincangan lain yang membuat hati kami sejuk mendengarnya." kata Om Herman memandang kami silih berganti.
"Sudah-sudah... kalian itu bersaudara, Chery tidak boleh ngebuly Qirrera.." kata kak Maya memandang Chery.
"Itu kenyataan kak Maya, dia itu anak haram yang tidak diharapkan oleh orang tuanya. Bisa saja Tante sakit gara-gara dia yang membawa karma buruk." sahut Chery tidak mau mengalah. Dia sangat benci melihatku yang sangat cantik dan pintar. Apalagi semua orang selalu memuji dan mengagumiku. Dasar landak. bathinku kesal.
"Aku tidak butuh belas kasihanmu kalau kamu benci padaku silahkan. Semua orang bebas bersikap. Aku senang atas sikapmu yang terus terang membenciku, daripada kamu baik di depanku tapi di belakangku menusuk." kataku tenang menatap Chery.
"Kalian berdua tidak punya rasa impaty sedikitpun atas musibah yang kita alami saat ini. Mama tergeletak sakit, kalian disini saling menyebarkan kebencian. Apa kalian tahu bencana apa yang kita hadapi kedepannya?, kita ini sudah bangkrut. Mama sakit karena kena tipu." kak Leon yiba-tiba mendelik berkata gusar. Dia kakakku yang paling keras dan sering marah padaku.
Kami semua diam, aku sendiri tidak tahu apa yang harus aku bicarakan. Disamping aku belum tahu pasti kondisi ekonomi orang tuaku, aku juga baru kemarin datang dari Los Angeles. Aku meraba pikiran kakakku bahwa dia ingin supaya aku atau kakak lainnya membantu ekonomi keluarga.
"Qirrera... kamu adalah anak bungsu mama, menurut peraturan adat, kamulah yang harus mengajak mama dan bertanggung jawab terhadap semua kewajiban keluarga." tiba-tiba Tante Yeny ikut berkomentar. Aku terperangah dibuatnya. Tidak tetlintas sedikitpun dalam benakku kewajiban apa yang di maksud.
Tante Yeny adik Mama ku satu-satunya yang super cerewet dan judes. Sebagai adik yang sudah menikah sering sekali dia ikut campur urusan keluarga besar kami. Apalagi mama sekarang sakit dan sulit bicara, Tante Yeny pasti menjadi diktator di keluarga kami. Kakak lelakiku paling hormat dan menuruti semua kemauan Tante Yeny. Kadang kami sebal dibuatnya.
"Maaf Tante, Qirrera anak perempuan, mana ada aturan begitu. Yang harus mengajak mama dan bertanggung jawab semuanya adalah Leopard, karena dia satu-satunya anak lelaki." tungkas kakak Selvi memandang Tante Yeny. Kakak keduaku ini sangat tegas dan keras. Bicaranya kadang menohok.
"Semasih mama Jaya kalian semua seperti benalu, ketika mama bangkrut semua tanggung jawab kalian serahkan kepada aku. Aku baru menikah dan tidak mau mengurus semua ini, kemampuanku tidak ada. Tapi kalau mengurus mama, aku bersedia asal semua biaya dilimpahkan kepada Qirrera." sahut kak Leon tegas.
"Qirrera masih muda, dia baru lulus kuliah. Rencananya minggu depan dia harus ke Abu Dhabi UEA, untuk melanjutkan treaningnya. Mama sudah menyiapkan semua biayanya." kak Maya membelaku.
"Bacalah ini, semua yang tertulis disini adalah persetujuan mama. Ini ada tanda tangan perangkat Desa sampai pengacara." sahut kak Leon menyodorkan sebuah map biru yang berisi tiga lembar kertas.
"Bacalah, anggap itu surat wasiat dari mama." sahut Tante Yeny tersenyum.
Kakak selalu di bela oleh Tante, karena dia satu-satunya anak lelaki. Di lingkungan kami anak lelaki adalah raja dan penerus trah dari marga kami. Kebetulan kami dari keluarga ningrat yang menjunjung tinggi adat istiadat dan gugon tuwon tentang leluhurku.
Kak Maya dan kak Selvi mulai membaca sambil mengerutkan keningnya. Dia seolah tidak percaya dengan tulisan yang dibacanya. Isi surat itu adalah pembagian waris, hak dan kewajiban. Itu lebih tepatnya. Disini ditulis kak Maya mendapat rumah mewah dan satu mobil Portuner yang berada di Legian. Kak Selvi juga satu rumah mewah dan mobil Freed di Kuta. Sedangkan Kak Leon mendapat rumah mewah dan sebuah mobil Alphard di Seminyak. Aku mendapat rumah tua yang berada di Denpasar dan mobil Mini cooper.
Sedangkan Hotel, Villa, kost-kost-an dan tiga aset yang berbentuk tanah di tiga tempat menjadi milik kakak Leon. Sedangkan utang di tanggung bersama, tapi kewajiban bermasyarakat dan beryadnya adalah tanggung jawabku. Atas biayaku karena aku mendapat warisan rumah di atas tanah warisan leluhur.
Aku jadi berpikir ada kelicikan disini, sepanjang aku mengenal Mama, tidak pernah dia berbicara tentang masalah ini. Seolah ada campur tangan tante Yeny disini. Tapi aku diam, sekarang mulutku rajin tertutup setelah tahu statusku sebagai anak haram.
Di kertas ini dicantumkan Qirrera berhak mendapatkan sebuah rumah di atas sebidang tanah yang berukuran 100 are atau satu hektar. Bangunan utama yang berdiri di atas tanah itu sekitar lima ratus meter persegi, isinya lengkap kolam renang, tempat nge gym, tempat yoga. Bangunan kecil ada lima buah, garasi untuk lima mobil, Tempat suci. Pokoknya, sangat lengkap dan mewah. Rumah berbentuk Spanyol dan memakai konsep arsitektur yang paling modern.
*****
QI
QIRRERA BINAR KENZO
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Wira Astuti
gadis cantik
2022-05-10
3
🐰Far Choinice🐰
semangat Qirrera... duh, namanya kece..
2022-05-09
5
Serry (Я люблю тебя) нилетто
nyimak
2022-05-09
5