Aku memeluk mama sambil menangis, dalam doaku jangan sampai mama pergi meninggalkan aku. Apapun tanggung jawab yang dilimpahkan padaku aku terima dengan ikhlas, tidak ada alasan untuk menolak. Selama ini Mereka sangat baik padaku, rasanya aku tidak tahu diri apabila aku mecampakkan harapan kakak. Aku punya modal ilmu dan akal, aku akan mulai dari bawah untuk melakukan sesuatu dengan pertimbangan yang matang.
"Mama, aku sangat sayang padamu, cepatlah sembuh." bisikku sambil mencium pipi mama. Aku menghapus air mata yang mengalir dari sudut mata mama. Saat ini mama mengalami stroke dan tidak bisa berbicara. Aku hanya bisa menangis dan berdoa, sedangkan uang yang disiapkan untuk treaning ke Abu Dhabi sebanyak seratus lima puluh juta aku akan masukan ke kas perusahaan, untuk mengumpulkan uang dua puluh miliar ( 20 M ) bagiku sangat sulit.
"Jangan hanya menangis sedih, kamu harus bergerak dan berpikir untuk melunasi hutang mama. Kakak capek tiap hari di telepon dan di maki oleh Om Brata yang dipinjami uang oleh mama." kata kak Leon tiba-tiba nongol di kamar.
"Maaf kak, kenapa selama ini aku tidak tahu mama punya hutang sebanyak itu? biasanya mama selalu terus terang. Aku tidak percaya mama punya hutang, selama ini mama bukanlah orang gegabah. Setidaknya kita pasti dikasitahu." sahutku sambil menghapus air mataku.
"Mungkin karena kamu anak haram jadi tidak dikasitahu, sekarang saatnya kamu membalas hutang budi kepada keluarga kami. Kita harus menjaga nama baik keluarga." kata kak Leon memandang keluar jendela. Aku tidak tersinggung dikatakan anak haram, karena itu sebuah kenyataan. Malah aku merasa iba kepada kak Leon, dia adalah anak laki-laki satu-satunya, yang biasanya manja dan serba ada, sekarang menerima kabar buruk ini dia merasa tertekan.
"Aku akan berusaha membantu mama dengan ilmuku, dengan cara bekerja di sebuah hotel. Atau aku bisa bekerja di konsulat Jepang atau Amerika."
"Mencari uang dua puluh miliar sangat sulit dalam waktu cepat, kecuali kamu mau menikah dengan seorang konglomerat tajir. Atau meloby Om Brata, siapa tahu dia tergoda denganmu. Di Bali banyak Crazy Rich, pilih salah satu dari mereka dan menikahlah."
"Kakak, aku merasa terhina kalau kamu mengatakan itu. Aku akan membantu kalian dengan caraku sendiri." kataku meninggalkan kak Leon dengan kesal.
Mulai sejak itu perubahan sikap kak Leon yang biasanya manis menjadi kasar, dia mulai gampang main tangan dan mencarikan aku seorang jodoh. Kakak perempuanku mulai jarang datang karena kak Leon selalu minta uang kepada mereka. Tinggalah aku memeras otak untuk mencari uang.
Aku menghubungi mama Stevany di Los Angeles minta pertimbangan dan apa yang aku harus lakukan. Tapi usulnya kembali membuat aku menggeleng cepat, karena dia menyarankan aku menerima tawaran sebuah agency model di Los Angeles.
"Aku tidak mau meninggalkan mamaku, saat ini beliau dalam keadaan sakit."
"Aku tidak bisa memberi saran yang lebih bagus, pulanglah ke Los Angeles, disini kamu akan lebih baik. Aku juga Ibumu yang memeliharamu dari umur 3 tahun."
"Jangan mengacaukan pikiranku, kalian berdua adalah mamaku dan aku sangat menyayangi kalian, tapi saat ini aku tidak akan pergi dari mamaku ini, aku harus melakukan sesuatu supaya bisa meringankan beban orang keluarga disini."
"Aku tidak bisa memberi masukan lagi, berusahalah sesuai keinginanmu. Semoga Tuhan selalu memberkatimu." kata Mama Stevany istri kedua Papaku yang mengajak aku tinggal di Los Angeles.
Otakku terasa mumet memikirkan solusi yang paling cepat untuk mendapatkan uang. Umurku baru 18 tahun tidak mungkin aku di terima di sebuah perusahaan. Tapi aku lulusan terbaik dari sekolah Luar Negeri dan aku punya skill. Dan aku juga mempunyai sedikit modal bisnis, karena aku kuliah dibiayai pemerintah dan dikasi uang saku. Selama ini uang saku tidak pernah aku sentuh karena aku invest saham.
Matahari sudah condong ke barat ketika aku turun ke lantai bawah untuk menengok mama. Di ruang keluarga aku melihat kak Leon sedang berbincang-bintang dengan seorang wanita setengah baya dan seorang pemuda yang matanya berbinar melihat kedatanganku.
"Qirrera ini tante Lina dan ini Agung Mahesa." kata kak Leon memandangku dengan senang. Hatiku mulai tidak enak dengan situasi ini. Tante Lina menatapku dari ujung kaki sampai ujung rambut.
"Senang bertemu dengan kalian, bagaimana kabarnya tante?" tanya ku memakai bahasa Indonesia patah-patah.
"Baik sayank, katanya kamu akan menetap di Bali dan bekerja di Hotel, benarkah itu?" tanya tante Lina dengan gaya ramah yang dibuat-buat. Otakku menangkap persekongkolan maut untuk menjebakku. Seketika aku muak dengan tingkah tante Lina dan anaknya yang terus menatapku.
"Mungkin saya menetap di Bali untuk sementara, setelah mama sembuh saya mungkin balik ke Los Angeles, disana mama sendiri tidak ada yang menjaga."
"Lebih baik kamu di Bali saja, bekarir di Bali, sekalian belajar bermasyarakat. Apalagi kamu sudah dibagikan warisan, kamu tidak bisa pindah. Berani menerima warisan berarti sudah siap bertanggung jawab. Ada hak dan kewajiban. Tapi Kamu termasuk anak beruntung, semua sayang padamu dan mendapatkan warisan. Kalau gadis lain belum tentu dikasi warisan sama keluarganya." ucap tante Lina.
"Aku bertrimakasih sama mamaku dan keluarga disini, cuma kalau warisan aku sepertinya kurang pantas menerimanya. Aku ingin supaya kakak Leon mengambil warisanku."
"Jangan takut menerima warisan, asal kamu mengelola tanggung jawab keluarga dengan ikhlas dan lapang dada. Makanya tante mengajak Agung kesini sebagai teman sharing. Berdua kalian belajar mandiri." celetuk tante Lina menatapku.
"Tante, Qirrera baru datang dari Los Angeles, aku merasa dia harus banyak belajar tentang adat istiadat, atitude dan kewajiban yang di bebankan kepadanya. Aku sebagai kakaknya akan mengajarkan seluk beluk apa yang seharusnya dia tahu." kakak Maya tiba-tiba nongol menolongku dari tekanan tante Lina.
"Kak Maya jangan selalu membelanya, biarkan dia membalas budi, mama sudah capek membiayainya dari bayi."
"Leon, berbicaralah seperti orang ninggrat yang beradab, simpan pikiran busukmu itu. Tunjukan bahwa kamu pernah mengenyam bangku kuliah yang punya pikiran bijak."
"Terserahlah, asal ingat bayar utang mama." sahut Leon ketus.
"Aku mau menemani mama malam ini." ucapku lalu masuk ke kamar utama. Perasaanku teriris melihat mama tergolek di tempat tidur. Wajahnya terlihat sangat tua dengan garis-garis keriput yang nyata. Aku sangat bangga kepada mama, dia sangat ulet dan tabah ketika diselingkuhi oleh papa. Begitu pahit hidupnya sampai aku sangat mencintainya.
"Mama I love you, get well soon." bisikku di telinga mama. Tidak ada reaksi apapun dari mama, dia terdiam dengan mata tertutup. Sesekali aku melirik selang infus yang menempel di tangan mama, takut infusnya sudah kosong. Kakak Maya masuk ke kamar diikuti oleh tante Lina dan Agung Mahesa.
"Qirrera, kakak mau pulang, kamu jaga mama malam ini, gantian dengan kak Leon besok kakak Selvi. Ingat infus cepat diganti kalau sudah kosong. Kabari kakak kalau terjadi sesuatu, kita sama-sama berdoa semoga mama cepat sembuh." kata kak Maya menepuk pundakku. Dia lalu mencium pipi mama lalu keluar dari kamar.
"Siap kak... " sahutku pendek.
"Tante juga mau pulang, nanti Agung akan menemanimu begadang disini. Itung-itung kalian saling mempererat hubungan." kata tante Lina membuat hatiku tidak enak.
Aku memang dibesarkan di luar Negeri, tapi hidupku berkutat dengan buku dan selalu bersekolah yang ada asrama putrinya. Jadi aku jarang berinteraksi dengan teman lelaki. Lagi pula aku di dokterin oleh mamaku supaya bisa menjaga diri. Disamping itu aku mengambil kelas Wushu untuk prisai diri.
"Qirrera tante pamit ya, titip Agung." sambung tante Lina mencoel tanganku.
"Ya tante, trimakasih atas kunjungan tante." sahutku kurang gairah.
Aku melihat kilatan mata Agung, tante Lina berniat bermanis-manis padaku, supaya anaknya yang bernama Agung bisa membuat hatiku berpihak.
"Kamu harus tabah sayank, semua akan baik-baik saja. Tante dan Agung akan selalu menemanimu."
"Trimakasih tante atas perhatiannya." sahutku pendek. Ntah kenapa aku merasa tante Lina sengaja mendekatiku karena aku banyak punya warisan. Semoga pikiran burukku tidak menjadi kenyataan.
Sebenarnya aku belum banyak mengenal keluarga besar papaku, setiap berlibur ke Bali aku malah menemani mama di Hotel sekalian belajar bekerja, hitung-hitung menambah ilmu.
Sepeninggal tante Lina, aku mulai berpikir untuk mencari kerja. Tentu aku akan mencari hotel lain untuk memulai debutku. Aku tidak mau berkecimpung di hotel keluarga karena aku merasa ilmuku kurang. Paling banter aku akan mencari hotel bintang empat.
Sedang asyik-asyiknya aku mencari lowongan kerja Agung tiba-tiba duduk di sampingku. Sangat pongah tidak tahu aturan. pikirku.
"Sibuk mencari berita apa?" tanyanya ketika aku tidak merespon dirinya. Aku malas menoleh dan juga malas menjawab.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
🐰Far Choinice🐰
Lanjutt lagii.. tabah Qiii
2022-05-09
4
Serry (Я люблю тебя) нилетто
jahat amat tuch si leon
2022-05-09
5
🔥⃞⃟ˢᶠᶻ🦂⃟ᴘɪᷤᴘᷤɪᷫᴛR⃟️𝕸y💞hiat
semuanya pada baik karna ada maunya
2022-05-09
5