Persiapan

Hari demi hari setelah acara pertunangan usai, aku lewati dengan hati berdebar.

Rasa cemas, grogi, dan rasa takut berlebihan pun tak jarang kurasakan.

Dari hari pertunangan sampai nanti menikah, aku dan mas dayat tak diperbolehkan bertemu, karna dalam adatku yang notabene orang jawa asli, masihlah kental dengan adat nenek moyang, orang sering menyebutnya dengan "di pingit" atau dilarang bertemu sebulan sebelum pernikahan, kecuali bila ada sesuatu yang berkaitan dengan pernikahan, baru diperbolehkan untuk bertemu pun hanya sekedar menemani seperti fitting baju pengantin, atau lain sebagainya.

Juga calon pengantin diwajibkan berpuasa seminggu sampai tiba hari-H, karna diyakini bisa menolak bala, dan agar ketika pengantin dirias, riasannya bisa membuat "_Pangling atau Terpana_" orang yang melihatnya.

Selain untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, juga agar kedua mempelai bisa saling memupuk kepercayaan terhadap pasangan masing-masing, kami hanya diperbolehkan bertemu via "video call" atau telekomunikasi jarak jauh.

Handphoneku berdering tanda panggilan masuk, dilayar tertera nama "Calon Imam", siapa lagi kalo bukan mas Dayat.

" Assalamu'alaikum calon istriku".

"Wa'alaikum salam calon suamiku, ciieee".

Mas dayat pun tersenyum lebar menanggapi celotehku, ada semburat merah terlihat dipipi mas dayat, dia tersipu malu.

"Lagi ngapain yank? Mas kangen nih."

Aku jadi ikut tersipu.

"Lagi rebahan aja nih mas, dikamar, bingung mau ngapain, tugas rumah juga udah selese ri tadi."

"Mas Dayat sendiri lagi apa?"

"Mas belum pulang kerja?"

"Belum nie yank mas masih dikerjaan, tugas lagi numpuk banget, bikin pusing."

"Tuh liat", seraya memutar kamera memperlihatkan laporan yang menumpuk.

"Sabar yah mas, moga cepet kelar kerjaanne, mas udah makan kan? Awas loh, jangan sampe lupa makan, ntar mas bisa sakit."

"Iya yank, tenang aja, mas udah mam kok tadi, masa iya mas mau jatuh sakit, kan bentar lagi kita mau menikah, sudah pasti mas akan jaga diri dan jaga kesehatan mas baik-baik."

"Sayang juga mesti jaga kesehatan sayang terus loh disana."

"Iya-iya mas, mas tenang aja, Kiran bakalan baik-baik aja kok disini."

"Hmm, jangan cuma aja kesehatan aja mas, mas juga mesti jaga hati loh disana, ngga boleh nakal."

Mas Dayat tertawa mendengar godaanku.

Aku juga ikut tertawa.

Obrolan kami berlanjut lumayan lama, dari membahas soal pekerjaan sampai persiapan menikah nanti, juga dekorasi dan baju pengantin yang akan dipakai.

"Ran ,besok bersiaplah, tadi mba Cika (Dukun Pengantin) bilang, besok kita mesti kesana untuk fitting baju yang mau kita pakai".

"Kiran tak perlu berdandan terlalu cantik, karna kiran memang sudah cantik alami dari sananya."

Lagi-lagi mas Dayat menggodaku.

"Terserah mas ajalah, Kiran nurut, takut yee Kiran diambil orang?"

"Hehe, iya dong yank, ntar kalo sayang direbut pria lain, mas nanti menikah sama siapa?"

Mas Dayat tak berentinya mengajakku mengobrol ditelepon. Mungkin dia tak rela obrolan kami berakhir dengan cepat.

"Oke mas, besok Kiran tunggu dirumah yah".

"Siyap sayang..."

Obrolan kami pun terhenti sampai disitu.

***

Esok harinya, mas Dayat benar datang kerumah, setelah berbasa-basi sebentar dengan Abah dan Umi, dan makan beberapa cemilan yang memang tersedia dimeja, kamipun berpamitan dan segera meluncur ke rumah mba Cika.

Sepanjang jalan mas Dayat tak hentinya mengungkapkan rindunya padaku karna baru bisa bertemu kembali.

Mungkin memang terdengar lebay, tapi aku memang bahagia hanya mendengar ucapan mas Dayat begitu.

Karna setelah acara pertunangan, hati benar-benar diliputi kebahagiaan, tak sedetikpun aku tak ingat dengan mas Dayat.

Wajahnya langsung menghiasi tiap hari demi hari yang kulewati, tentu dengan perasaan yang terus berdebar.

Sesampainya dirumah mba cika, dia pun langsung membawa kami ke ruang kerjanya, ruangan yang cukup lebar, dengan banyaknya lemari pakaian yang hampir memenuhi seluruh ruangan tersebut, terlihat banyak accesories pengantin berjejer rapi disana dengan berbagai bentuk serta model ,berbagai baju pengantin dari yang modern sampai adat pun tersedia lengkap disana.

Mba Cika menyuruh kami untuk memilih gaun mana yang sesuai kriteria kami.

Aku dan mas dayat pun mencoba beberapa stel pakaian sesuai selera kami.

Tersedia banyak warna serta model disana, sesuai paket pengantin yang kami pilih, tepat hari-H nanti aku diharuskan berganti pakaian 4x dalam sehari ,untuk acara akad nanti ,aku memilih kebaya dengan motif sederhana berwarna putih, lalu untuk prosesi setelah akad, aku memilih warna hitam kesukaanku tentu dengan model yang berbeda dari sebelumnya, terlihat elegan dan anggun, untuk selanjutnya sesi foto bersama keluarga ,sahabat, dan rekan kerja baik dari pihakku maupun mas Dayat kami memilih warna merah terang favorit mas Dayat, sedang untuk baju terakhir, kami sepakat memilih warna pink soft, pun kami meminta agar dicarikan model yang lebih sederhana karna hanya untuk acara penutup saja ,jadi tak mau yang terlalu ribet dipakai.

Setelah hampir setengah hari mencoba pakaian pengantin, kami pun berpamitan pulang pada mba Cika.

Mba Cika mengantar kami sampai depan rumah, juga tak lupa mengingatkan kami untuk berpuasa selama 7 hari sebelum hari-H.

Kami mengangguk patuh.

Mas Dayat kembali menembus jalan raya yang tengah ramai lalu lalang kendaraan.

Tak lupa sebelum pulang mas Dayat mengajakku makan dulu dicafe langganan kami, katanya sekalian melepas rindu, karna sudah setengah bulan kami berdua tak bertemu.

Akupun setuju, perutku juga rasanya sudah keroncongan sedari tadi minta diisi, juga tak lupa mas dayat pesankan pula makanan yang dibungkus buat dijadikan oleh-oleh untuk Abah dan Umi dirumah.

Sembari menunggu makanan siap, kami berbincang sebentar.

"Mas, mas Dayat sudah benar-benar mantap kan memilih Kiran jadi pendamping hidup mas?"

"Kiran tak mau nantinya mas menyesal karna sudah memilih Kiran."

"Mumpung semua masih belum terlambat, pernikahan kita belum terjadi. Jadi Kiran ingin tau perasaan mas yang sebenarnya."

"Buat apa sayang bertanya lagi, tentu mas sudah siap sayang menjadi pendamping hidup selamanya."

"Apa sayang masih meragukan cinta mas?"

"Kita sudah hampir menikah yank, mas rasa sudah tak perlu lagi membahas masalah ini."

"Mas mohon, hilangkan semua prasangka buruk sayang terhadap mas."

"Tapi mas..."

"Sudah yah yank, cukup, mas ngga mau membahas pertanyaan tak penting begitu.

"Tuh lihat pesanan kita sudah hampir datang."

Setelah pesanan datang ,kami berdua makan dengan lahap, terutama mas Dayat, dia terlihat lapar sekali, maklumlah dia pasti sangat lelah sedari pagi, belum lagi karna jarak rumahku dan mas Dayat memang lumayan jauh , sekitar satu jam perjalanan. Dan setelahnya mas Dayat langsung mengantarku pulang kerumah.

Terpopuler

Comments

syafridawati

syafridawati

💕💕

2021-08-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!