Pertunangan

Acara dilamar semalam oleh mas Dayat masih begitu membekas dalam ingatanku.

Bagaimana tidak, momen itulah yang aku tunggu setelah sekian purnama kami lewati bersama.

Hari ini, acara pertunangan akan segera dimulai, pihak mas Dayat pun sudah datang sedari tadi, begitu pula kedua orang tuanya yang turut serta menambah kemeriahan acara.

Kedua orang tuaku pun sibuk mengatur ini itu untuk lancarnya pertunangan hari ini. Ada sekitar 25 orang dalam ruang tamuku hari ini, 15 orang dari pihak mas Dayat yang terdiri dari orang tuanya ,kakak beradiknya, ketua rt dan rw dari pihak mas dayat dan beberapa kerabat serta teman yang diikut sertakan sebagai saksi pertunangan kami.

Pertama kalinya pula bagiku melihat sosok calon kakak dan adik iparku.

Pastilah begitu mendengar kabar, mereka langsung bergegas kesini.

Sedang 10 orang lainnya terdiri dari sanak saudaraku, dan ketua rt/rw sebagai perwakilannya.

Acara tak berlangsung begitu lama, karna memang hanya acara pertunangan saja.

Alhamdulillah, pertunangannya berjalan lancar tanpa kendala apapun.

Hanya saja kedua orang tua mas Dayat sudah berpesan bila nanti kami menikah ,maka aku diharuskan tinggal dengan mas Dayat dirumah kedua orang tuanya.

Sebagai calon menantu yang baik, tentu saja aku harus mengiyakan pesan tersebut, walopun ada sesuatu yang terasa mengganjal dihati.

Aku ingat teman-teman seperjuanganku dulu dibangku sekolah dan telah menikah duluan selalu mewanti-wanti apabila kelak aku menikah, jangan pernah mau dekat dengan pihak mertua. "Nggak enak" katanya!.

Dan kata-kata itu terus terngiang dalam fikiranku. Lalu, bagaimana sekarang?

Aku gamang, kedua orang tua mas dayat telah memberikan wanti-wanti untuk kami usai menikah nanti, apa yang harus kami lakukan?

Aahh, entahlah lihat saja nanti bagaimana kedepannya, semoga ini memang hanya firasat burukku saja.

Setelah bertukar cincin tunangan, orang tua kami juga langsung mencari hari yang baik untuk kami segera melangsungkan pernikahan.

Tanggal pernikahan kami akhirnya juga telah ditetapkan.

Tepatnya awal tahun baru esok, atau sekitar satu bulan lagi. Rasanya tak sabar menunggu hari penyatuanku dengan mas dayat tiba.

Setelah acara pertunangan selesai, dilanjutkan acara perjamuan makan untuk para tamu yang datang, hidangan yang disediakan orang tuaku pun bermacam-macam, maklumlah, sebagai anak tunggal tentu orang tuaku inginkan yang terbaik untuk aku sebagai anak satu-satunya, apalagi untuk acara sepenting ini.

Walopun sebenarnya orang tuaku tak pernah sekalipun mengajariku untuk bersikap manja, malah sebaliknya aku dididik dengan keras, dan dituntut untuk mandiri, supaya nanti ketika sudah menikah, aku tak lagi kaget dengan kehidupan baru yang akan aku jalani.

Karna tentu saja ,setelah menikah ,hidup pasti banyak berubah. Sudah bukan sebagai tanggungan kedua orang tua lagi.

Nasihat orang tua kuingat baik-baik, Umi terutama. Beliau berpesan setelah menikah nanti, banyak ujian yang akan kami hadapi dalam berumah tangga, nantinya harus perbanyak sabarnya ,ujian bisa berasal dari mana saja entah dari ipar, ekonomi yang kurang, atau lain sebagainya.

Sebagai anak satu-satunya aku juga tak ingin mengecewakan Abah dan Umi. Makanya nasihat apapun dari orang tua pasti akan aku ingat dengan baik. Mas Dayat juga diberikan arahan, tentu agar setelah menikah nanti bisa menjadi imam yang baik, jadi keluarga sakinah ,mawaddah ,warohmah, dan tak boleh sekalipun berlaku kasar pada istri.

Aku lihat mas dayat mendengarkan petuah dengan baik.

Orang tuaku lebih banyak memberikan masukan, sedang orang tua mas dayat lebih banyak diam.

Baik calon kakak ipar maupun adik iparku juga sama sekali tak mengeluarkan suara.

Tapi aku sendiru maklum, karna kami memang belum dekat.

Apalagi memang ini juga pertama kalinya kami bertemu.

Calon mertuaku juga mungkin tak pernah bercerita apapun mengenai aku.

Jadi suasananya menjadi sedikit canggung.

Setelah acara benar-benar usai , rombongan dari pihak mas Dayat pun pamit pulang, karna bagaimanapun acara pernikahan nanti hanya berjarak satu bulan saja dari pertunangan kami hari ini, tentu banyak berkas dan hal lain sebagainya yang harus segera diurus.

Setelah rombongan mas Dayat pergi Umi langsung menggodaku begitu juga Abah.

Kata mereka : "Uluh uluh anak Umi ini akhinya dilamar juga sama Dayat yah, Bah."

"Lihat tuh, sepanjang hari wajahnya tah henti-hentinya merona."

"Apaan sih Mi? Jangan ngegoda Kiran gitu ah, Kiran kan jadi malu",

ucap Abah ikut serta menggodaku.

"Hehe', Kiran jelas bahagia donk Bah, Mi, kan bagaimanapun Kiran akan menikah dengan mas Dayat!"

"Doain Kiran terus yah Bah, Mi, biar nanti acaranya bisa lancar sampai hari-H."

"Doain Kiran juga semoga mas Dayat memang ditakdirkan jadi jodoh Kiran selamanya."

"Maafin Kiran karna menolak perjodohan yang Abah tawarkan sama Kiran."

"Kiran berterima kasih karna Abah maupun Umi selalu mendukung Kiran, apapun yang Kiran ingin lakuin."

"Tak pernah memaksa Kiran melakukan sesuatu yang tidak Kiran sukai."

Aku memeluk kedua orang tuaku bergantian sembari mengecup pipi mereka.

Abah, Umi jadi terharu dengan tingkahku.

"Sudahlah Ndo', kok malah jadi melo gitu ngomongnya."

"Kamu kan anak kami, tentu kami sebagai orang tua sampai kapanpun akan mendukung semua keputusanmu, asal itu memang yang terbaik."

"Kami percaya, kamu sudah dewasa, sudah bisa memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk."

"Abah serta Umi tak akan berhenti mendoakan segala kebaikan untukmu, Ndo."

"Umi doakan, semoga pernikahan yang akan kalian jalani selalu diliputi kebahagiaan."

"Jadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warohmah."

"Ingat yah ndo, bila kalian sudah menikah nanti, apapun kekurangan suamimu, kamu sebagai istri wajib menutupi aib keluarga kalian sendiri."

"Jangan pernah menceritakan aib suami kepada orang lain, berdosa Ndo."

"Dan ingat kalau suatu hari nanti ada masalah dalam biduk rumah tanggamu, kamu mesti banyak bersabar, istighfar, segala sesuatu sudah Alloh rencanakan."

"Kita sebagai makhluknya hanya harus mengikuti skenarionya."

"Hidup berumah tangga tak seperti yang orang bayangkan Ndo"

"Jadi bila Gendo sudah siap menikah, pasti sudah mempersiapkan diri untuk segala rintangan yang ada kedepannya toh?"

"Tenang saja Ndo, apapun yang terjadi jangan pernah merasa sendirian."

"Kami selalu ada disini untuk membantu Kiran, oke nak?"

Aku menangis mendengar penuturunan Abah dan Umi.

Begitu beruntungnya aku terlahir dikeluarga ini.

"Makasih Bah, Mi, semua petuah Abah dan Umi akan Kiran ingat baik-baik."

"Aahh, Kiran sedih menikah nanti Kiran tak lagi bisa tinggal disini nemenin Abah, Umi."

Aku memeluk manja orang tuaku.

Mereka secara berbarengan mengelus kepalaku lembut.

"Tak apa-apa Ndo, yang penting kamu jaga diri baik-baik disana."

"Asal kamu sehat, kami juga sudah merasa tenang, yang penting bila sudah menikah nanti, sering-sering main kesini, atau sering telfon umi."

"Bila ada apa-apa kabari kami yah Ndo, jangan lupa!"

Setelah itu orang tuaku langsung beranjak dari duduknya, menuju kekamar, mungkin hendak membahas persiapan pernikahanku.

Aku juga ikut serta masuk kekamarku sendiri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!