Tak terasa waktu berlalu begitu cepat.
Tenggang waktu yang kuberikan nyatanya berhasil membawa sedikit perubahan.
Ya, calon mertuaku mulai sedikit terbuka padaku.
Walaupun sedikit tapi itu lebih baik ketimbang aku yang dulu selalu diabaikan tiap dibawa mas Dayat berkunjung ke rumahnya.
Sejak terakhir kali aku berargumen dengan mas dayat, dia pun tak pernah berubah, tetap sabar menghadapi kepribadianku, aku sangat bersyukur.
Meski orang tuanya mulai berubah, namun entahlah, dalam pandanganku orang tuanya tentu belum bisa sepenuhnya menerimaku.
Karna perbedaan status dan harta jelas amat terlihat.
Mas Dayat adalah keluarga yang cukup mampu, ayahnya seorang pensiunan TNI sedang ibunya seorang pensiunan PNS.
Mas Dayat adalah anak lelaki satu-satunya, anak pertama bernama Yani, sudah menikah dan ikut serta suaminya dikota yang berbeda, mas Dayat adalah anak kedua, sedang yang bungsu Sofia namanya, juga seorang perempuan dan tengah bekerja diluar kota.
Sekalipun aku belum pernah bertemu dengan kakak serta adiknya.
Hanya sekilas melihat difoto keluarga mereka karna memang terpajang tepat diruang tamu.
Mas dayat bekerja sebagai manager disalah satu mall terkemuka ditempat kami.
Awal perkenalan kami pun karna secara tak sengaja. Kami bertemu dicafe tempatku mengais rejeki. Kebetulan aku bekerja sebagai kasir dicafe tersebut, dan mas dayat adalah pelanggan tetap dicafe kami. Dari situlah kami mulai akrab, dan mulai saling berbagi nomor telepon. Dan berlanjut bersahabat diluar cafe.
Lalu pada suatu hari, pada akhirnya mas dayat memberanikan dirinya menyatakan perasaannya padaku, dan akupun juga memiliki rasa yang sama untuknya.
Mas dayat orang yang loyal ,dia tak segan membawakan makanan untukku ketika bekerja, bahkan bukan hanya untukku, tapi juga untuk teman-teman kerjaku, oleh karenanya mereka pun mendukungku untuk bersamanya karna mas Dayat bukan hanya baik padaku saja. Itu pula yang membuatku jatuh hati padanya, selain sikapnya yang lembut, tutur katanya pun tak pernah menyakiti hati.
Hari ini kebetulan aku libur, mas Dayat mengajakku berkencan keluar.
"Ran, ada sesuatu yang mau mas katakan, kamu libur bukan hari ini? Mari kita bertemu, nanti lepas maghrib, bersiaplah dandan yang cantik, nanti mas jemput begitu mas selese kerja." katanya dari seberang telvon.
"Baiklah mas, Kiran tunggu yah, mas hati-hati nanti kesininya."
"iya sayang", ucapnya mengakhiri obrolan kami.
***
Bada maghrib akhirnya lewat. Aku pun sudah tak sabar menantikan mas Dayat datang, dengan make up natural, aku mematut diriku sekali lagi didepan cermin, dan berharap mas Dayat menyukai tampilanku ini.
Dengan dres putih panjang dengan sedikit manik dibagian atas dan bawah dres dengan model kerutan dibagian tengah baju, lalu kupadukan jilbab berwarna senada. Terlihat anggun dalam pandanganku.
"Tin tin", bunyi klakson diluar rumah sebagai pertanda bahwa sang pangeran pujaanku akhirnya datang juga.
Aku mematut sekali lagi diriku didepan cermin ,mengambil tas selempangku hadiah dari mas dayat dulu, lalu perlahan melangkah keluar ,menuju mas Dayat tengah berada.
Diruang tamu mas dayat rupanya sedang bercengkrama dengan ibu dan bapak, entah apa yang mereka perbincangkan, tapi dari raut kedua orang tuaku, jelas terlihat mereka amat bahagia, entah apa yang membuat mereka begitu.
Aku mulai menghampiri mereka dan langsung bertanya : "Mau pergi sekarang mas?" tanyaku.
Mas dayat menoleh, lalu memandangku dengan disertai senyum tipisnya, aahh rasanya ada yang berbeda, entahlah senyumnya hari ini terasa menawan sekali bagiku atau hanya halusinasiku saja.
"Kamu sudah siap Ran? Kalo begitu ayo kita pergi sekarang."
"Ibu dan bapak saya pamit mau bawa Kiran keluar sebentar kalo ibu bapak mengijinkan. Bolehkah?"
"Tentu ,pergilah, tapi ingat jangan pulang terlalu malam, jaga baik-baik nak Kiran ,nak Dayat, dan hati-hati dijalan tak perlu ngebut, yang penting selamat sampe tujuan."
"Baik bah, kami pergi dulu kalau begitu".
Mas Dayat berpamitan sembari mencium tangan kedua orang tuaku.
Aku juga melakukan hal yang sama.
Sepeda motor mas dayat perlahan mulai meninggalkan rumah, abah umi juga seperti biasa melambaikan tangannya.
Mas dayatpun mulai membawaku menembus gelapnya malam, ke suatu tempat yang katanya telah dia persiapkan.
"Mas kita mau kemana hari ini? Kok kayanya tadi Kiran lihat ngga biasanya abah umi terlihat begitu bahagia?"
"Apa yang mas bicarain tadi? Begitu liat Kiran keluar langsung pada diem."
"Ada yang mas sembunyiin yah? Apaan sih? Kiran jadi penasaran", tanyaku ditengah mas Dayat masih melajukan motornya.
"Rahasia atuh neng, masa mas mau bilang sekarang, nanti ngga jadi surprise dong."
"Iihh, apaan sih mas, nang neng nang neng, Kiran kan bukan gadis sunda, teh jangan dipanggil neng atuh", aku mencoba sedikit berkelakar.
Dari kaca spion mas Dayat hanya tersenyum kecil.
Dia sama sekali tak mau membahas kejutan apa yang dia telah persiapkan.
Katanya sudah memikirkannya begitu lama.
Yang aku ingat, hari ini memang tepat sekali dengan anniv kita yang ke tujuh tahun.
Sepanjang perjalanan menuju lokasi, tak berhentinya mas dayat bercerita tentang aktifitasnya hari ini, kejadian apa yang terjadi ditempatnya bekerja dan masih banyak lagi, itulah yang jadi kebiasaannya sedari dulu, selalu terbuka mengenai apapun, begitupun denganku.
Entah kenapa dari awal, hatiku merasa begitu berdebar.
Entah apa yang akan mas Dayat tunjukan padaku.
Selama ini tak pernah sekalipun dia main rahasia-rahasiaan denganku.
Aku semakin penasaran dibuatnya.
Malam ini langit juga terlihat begitu bagus, cerah.
Aku hanya berharap serta berdoa dalam hati semoga malam yang bagus ini juga membawa pengaruh yang baik padaku.
Sepanjang perjalanan aku terus memikirkan kejutan apa yang ingin ditunjukan mas Dayat padaku.
Anganku jadi melayang kemana-mana.
Ahh mungkinkah itu......
Tidak-tidak, aku mencoba menghapus fikiran itu.
Takut anganku terlalu tinggi.
Yang ada nanti malah aku jadi semakin kecewa dengan mas Dayat.
Apalagi saat sekarang ini hubunganku masih lancar-lancar saja.
Aku tak ingin bermimpi yang nantinya membuatku berpikiran yang bukan-bukan.
Aku sungguh tak sabar ingin secepatnya sampai disana.
Waktu sungguh terasa lambat berjalan.
"Apa masih lama mas, kita sampai disana?"
"Kiran sungguh sudah tak sabar"
"Sebentar lagi Ran, tenanglah, yang jelas kejutan yang telah mas siapkan pasti akan membuat Kiran bahagia."
"Sabar yah yank".
Mas dayat makin melajukan motornya dengan kencang.
Aku semakin memeluk erat pinggang mas Dayat, karena takut terjatuh.
Mas Dayat juga pasti sudah tak sabar memperlihatkan kejutan yang sudah dia persiapkan untukku.
Sungguh aneh, angin malam terasa semakin dingin, namun hatiku sendiri merasa begitu hangat entah kenapa.
Sepanjang jalan, aku berdoa semoga kejutan yang disiapkan mas Dayat benar membuatku bahagia seperti ucapannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Rachel Gifanny
percakapan nya satu² ja kak...kesan nya si Kiran nyerocos aja,
2021-08-04
1
Nandasintaa
percakapan nya terlalu membingungkan ka, kalau masih satu orang yg bicara jng di enter. cuma saran aja 🙏
2021-07-31
2
Ling Ling
nyimak dulu
2021-07-29
4