Seolah terjadi pada cerita drama Korea, Rio dengan sigap menangkap tubuh Tia yang hampir bersentuhan dengan lantai.
Mata mereka beradu, dan saat tersadar, Rio meletakkan tubuh Tia di lantai dengan pelan.
"Makanya, hati-hati" ucap Rio tegas.
"Kamu.. Kamu yang buat aku jatuh. Kenapa juga teriak-teriak" tatapan mata Tia seperti vampir yang hendak menghisap darah mangsanya.
"Lagian, bisa besok kan beres-beres. Ini sudah malam, saya mau istirahat. Kalau begini, kamu mengganggu waktu istirahatku"
Merasa terpojok, dengan ucapan Rio, Tia menatap wajah itu dengan sendu.
"Aku akan keluar dari sini, kalau aku sudah menemukan tempat tinggal. Aku janji tidak akan lama tinggal di sini. Tapi, izinkan aku untuk tinggal di sini malam ini. Aku janji. Tidak akan beraktifitas lagi. Kamu bisa istirahat dengan tenang." jelas Tia pelan.
Rio keluar dari kamar itu dengan rasa penyesalan. Ia tidak bermaksud mengatakan hal itu, tapi, Tia keburu menjawab pernyataan Rio. Ada rasa penyesalan di hati Rio, tapi, sudahlah. Ia akhirnya kembali ke kamarnya, dan mematikan lampu kamarnya.
Matanya mengantuk, tapi, ia mengingat wajah Tia yang sedih.
Bau harum masakan masuk tanpa permisi ke Indra penciuman Rio.
Perutnya keroncongan, minta diisi.
Ia turun dari tempat tidurnya, dan keluar dari kamarnya.
Benar saja, Tia sudah menyiapkan 2 piring nasi goreng dan 2 gelas teh.
Mata Rio berkeliling, kemana wanita itu perginya.
Rio melangkah menuju balkon, dan melihat Tia yang sedang menjemur pakaian.
"Hebat juga perempuan ini, sepagi ini, ia sudah menyelesaikan tugasnya" batin Rio.
"Kau sudah bangun?" tanya Tia yang mendapati wajah Rio sudah ada di kaca pintu.
"Hm.."
"Maafkan aku, bila aktifitasku mengganggu tidurmu. Aku akan merapikan barang-barang ku nanti. Hari ini setelah aku pulang dari kantor, aku akan mencari tempat tinggal" Tia mengelap tangannya yang basah.
"Tidak usah, kamu bisa tinggal di sini. Aku juga jarang pulang, sesekali saja kalau aku bisa pulang. Aku akan tinggal di mess saja." ucapan Rio itu membuat hati Tia sedikit bahagia.
"Benarkah? Kamu tidak main-main kan? Kamu mimpi apa semalam, kok jadi baik?" Tia mendekati Rio dan memegang kedua lengan Rio dengan spontan.
Rio yang kaget mendapat perlakuan itu hanya bisa diam, dan menatap Tia.
"Oh.. eh.. maaf" Tia melepaskan tangannya di lengan Rio.
"Ayo kita sarapan, aku sudah membuatkan kamu sarapan" ajak Tia dengan serba salah.
Rio duduk di meja makan dengan tenang.
Tia menyiapkan sendok dan garpu untuk Rio.
Rio mulai menyuapi makanan itu ke dalam mulutnya.
"*hm.. not bad*" gumam Rio dalam hati.
"Aku tidak pulang malam ini. Setelah pulang nanti, pastikan semua pintu terkunci. Aku tidak mau terjadi sesuatu di rumah ini. Jangan membawa teman masuk ke rumah ini. Jangan membawa hewan peliharaan masuk ke sini juga, karena aku alergi bulu hewan. Aku minta, rumah ini tetap rapi, dan tidak ada pemindahan barang." pinta Rio.
Tia mendengarkan dengan sesekali mencibir.
"Baik pak kapten" jawab Tia seadanya, dan ia melanjutkan makannya sampai tidak ada sebutir nasi pun tersisa di piring itu.
Rio keluar kamarnya dengan pakaian yang rapi, sambil menjinjing tasnya, ia berpamitan kepada Tia.
Tia yang hanya mendengar dari dalam kamar hanya tersenyum dan ia pun dengan tergesa-gesa keluar dari apartemen itu.
Ia terlambat. Pasti om Andi akan marah, setelah kemarin ia pergi tanpa pamit kepada om Andi.
Rambut Tia yang tadinya dibiarkan terurai, kini ia kuncir ke belakang. Sambil merapikan sepatu, yang talinya ia injak, ia menunggu di pinggir jalan. Menanti sopir pribadi, alias babang driver online yang baru ia pesan.
Tapi, tiba-tiba ia kesal. Pesanannya di tolak, karena jarak jemput yang masih jauh.
"aaahhhhh... mati dah" wajah kesal itu sangat terlihat.
Mobil yang dikendarai Rio baru saja lewat.
"Dasar laki-laki kaku!" umpat Tia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments