"Kamu!!!" wajah Tia mulai memerah.
Laki-laki itu bingung, ia hanya tersenyum.
"Maaf, kita pernah bertemu?" tanya laki-laki itu.
Ting.
Pintu lift sudah terbuka di lantai 3.
Tia keluar dengan hati dongkol dan emosi.
Tapi, mendekati ruang interogasi, Tia mencoba mengatur emosinya.
Sebuah tangan terlebih dahulu membuka pintu ruangan itu, dan saat ia melihat, lagi-lagi dia adalah orang yang sama, saat di dalam lift, dan orang yang sama, ketika mengeluarkan kacang dari mulutnya mengenai kening Tia.
"Kamu lagi! Mau apa kamu mengikuti saya?" tanya Tia emosi.
Laki-laki itu tampak kebingungan.
Tapi, ia masuk tanpa memperdulikan emosi Tia.
"Tia, kemari." panggil om Andi.
Tia tersenyum melihat om Andi, dan duduk di sebelah om Andi.
Ternyata, di depan Tia, laki-laki tadi pun duduk.
"Maaf, pak. Kenapa laki-laki ini, duduk di sini juga? Apa kepentingannya di sini?"
"Tia, sopan sedikit. Kita sedang di ruangannya"
"Apaaa??" mulut Tia seketika ditutup oleh om Andi.
Untuk beberapa saat, Tia terdiam mendengarkan om Andi dan Kapten Rio.
Ternyata nama lelaki itu Rio Adinata.
Tia mengetahui nama itu, setelah lelaki itu memakai pakaian dinasnya.
Gagah juga kalau sudah begini. Heh, Tia, apa-apaan kamu. Dia sudah membuat kamu emosi dari tadi. Dasar.
Batin Tia berteriak, ia menggelengkan kepalanya, saat om Andi mengajaknya kembali ke kantor.
"Tia.. kamu gak mau balik ke kantor?" tanya om Andi.
"Eh, apa om?"
"Kamu, gak mau balik ke kantor? Mau disini saja sama pak Rio?" om Andi tertawa melihat kelakuan Tia.
"Eh, aku, aku balik kantor dong om. Dari pada di sini sama orang yang tidak tau cara meminta maaf" ucap Tia ketus, dan ia keluar dari ruangan itu mendahului om Andi.
Andi tersenyum kecil sambil menggelengkan kepalanya.
"Baik, kapten. Kita akan membahas masalah ini lagi. Terima kasih atas waktunya" om Andi dan Kapten Rio berjabat tangan, sebagai tanda perpisahan.
"Kami kenal dengan kapten Rio?" tanya om Andi saat mereka sudah duduk di dalam mobil om Andi.
Tia menggelengkan kepalanya.
"Lalu kenapa kamu menuduh kapten Rio bersalah dan harus minta maaf sama kamu?" tanya om Andi.
"Sudahlah om, cerita yang gak penting, tapi cukup membuat Tia emosi" saat tidak ada siapa-siapa, Tia memanggil om Andi dengan sebutan om, tapi, saat ia sedang berada di depan orang lain, ia tetap memanggil om Andi dengan sebutan bapak.
"Dia masih bujang loh, Tia" sambung ok Andi sambil membuka layar handphonenya.
"Apa hubungannya dengan Tia, om." Shyntia makin kesal dengan godaan om Andi.
Shyntia, kembali ke mejanya.
"Kenapa muka kamu?"
Tia menggeleng pelan, sambil terus melanjutkan pekerjaannya.
Drrttt
Tia melirik ke arah ponselnya.
"Hallo"
"Tia, kamu belum membayar biaya kamar kos kamu. Ibu butuh uang sekarang, kamu kalau tidak bayar sekarang, silahkan cari tempat tinggal baru. Masih banyak yang mau menyewa kamar kamu itu!"
tut.tut.tut.
"Hallo, Bu.. Bu..." Tia meletakkan kasar ponselnya di atas meja.
"Kenapa?" tanya Ami.
"Ibu kosku" jawab Tia segera merapikan meja, ia hendak pamit duluan, karena ia harus kembali ke kontrakannya.
"Tia.. Tia.. " panggil Ami, tapi ia sudah keburu keluar dari kantor itu.
Tia berlari menuju tempat perhentian angkot.
"Astaga" berulang kali ia mengumpat dirinya, Karena keteledorannya, ia lupa untuk membayar biaya kamar kos.
Benar saja, sampai di depan kos-kosan itu, barang-barang Tia sudah dikeluarkan dari kamarnya.
Ia menata barang-barang dan mengemasnya ke dalam tas.
Ia terduduk lemas. Kemana ia harus tinggal malam-malam seperti ini.
Mama..
Ya.. Mama..
Tia menekan nomor mamanya.
"Hallo sayang.. Tumben telepon mama. Kangen?" suara lembut itu terdengar.
"Hehe.. iya ma, Tia kangen mama."
"Ada apa, sayang?"
"Ma, waktu itu, mama bilang, apartemen Tante Aisyah kosong ya?"
"Hm.. iya.. Kenapa? Kamu mau tinggal di sana? Kenapa?"
"Gak ma, Tia lelah kalau harus bolak balik jauh dari kampus, di sana kan dekat dengan kampus Tia" Tia beralasan. Ia tidak tahu lagi harus kemana malam ini.
"Baik, sebentar. Mama telepon Tante Aisyah. Sabar ya sayang."
Dan pembicaraan itu terputus sementara.
Tia berjalan lunglai menuju mini market, yang tidak jauh dari kos-kosan. Kemudian duduk di depannya.
Wajah Tia sangat sedih.
Namun, tak lama, ia tersenyum kembali.
Ia segera mencari ojek online, dan tak lama ia sudah berlalu menuju alamat yang diberi oleh mamanya.
**
Hi.. Hi...
Apa kabar semua..
Semoga sehat terus ya..
Stay health..
Jangan lupa untuk memberi tanda keberadaan kalian ya..
Aku tunggu🤗🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments