"222..." gumam Tia sambil menekan nomor password pintu apartemen itu sambil melihat layar ponselnya, mamanya mengirim password pintu apartemen itu melalui WhatsApp.
Dan saat pintu itu terbuka, ada perasaan lega.
Ia melihat sekeliling rumah itu.
"Katanya rumah ini kosong, tapi rapi sekali. Pasti mereka membayar petugas kebersihan untuk merapikan ruangan ini" lirih Tia sambil melihat perabotan yang jauh dari debu.
"Aku harus tidur dimana?" tanyanya lagi.
Setelah meletakkan tas di sisi sofa.
Ia terus berkeliling. Namun matanya sangat lelah.
Lelahh. Lelahhh..
Hatinya lelah, pikirannya lelah, badannya lelah.
Ia meratapi nasibnya sendiri, menangis sendiri. Ia tidak mungkin menceritakan semua kepada orang tuanya. Ini adalah konsekuensi dari apa yang sudah ia putuskan.
Ia membaringkan tubuhnya di atas sofa, sambil menyalakan televisi. Dan seperti suara mendayu, membawa Tia ke alam mimpi.
Entah baru saja dia memejamkan matanya, tubuhnya berguncang. Samar-samar ia mendengar suara.
"Hei.. bangun.. bangun.."
Ahh.. hanya mimpi, begitulah pikiran Tia, ia melanjutkan mimpinya kembali.
"Hei.. bangun.. Siapa kamu?"
Tapi, suara itu sangat jelas terdengar di telinga Tia, dan akhirnya Tia bangun dengan mata yang masih menutup, dan rambut yang berantakan menutupi sebagian wajahnya.
"Hah.. ngapain kamu!" spontan Tia kaget, melihat sosok laki-laki menyebalkan muncul di hadapannya.
"Kamu? Kamu ngapain di sini?" laki-laki itu tak kalah kagetnya.
Tia menutup tubuhnya dengan tangan dan bantal yang ada di sampingnya, sambil melipat kakinya.
"Siapa kamu? Kenapa kamu ada di sini?" tanya Tia yang sudah dengan wajah ketakutan.
"Kamu ! Kamu.. Ini rumahku, kenapa kamu di sini?"
"Apa? Rumahmu? Tidak.. Kata mama, apartemen ini kosong. Tante Aisyah sudah memberi izin untuk aku tinggal di sini?" jawab Tia
"Mama? Tante Aisyah? Kenapa kamu kenal dengan mama?" tanya Rio.
"Hah.. Apa? Sebentar.. Sebentar.. Aku mau telepon mama dulu" Tia mencari ponselnya yang ada di dalam tasnya.
Rio bersedekap tangan.
Dan akhirnya memutuskan untuk menelpon mamanya juga. Ia menuju dapur yang tidak jauh dari ruang tengah itu.
"Apa?"
"Apa?"
Suara mereka hampir bersamaan, dan mereka saling pandang.
"Kenapa mama tidak bilang? Astaga ma, Tia dikira pencuri yang masuk ke dalam rumah ini" Tia menepuk keningnya.
"Hm.. Baiklah ma. Terserah mama saja. Baik ma." wajah Rio datar. Menerima perintah dari mama yang sangat ia sayangi.
"Ini.. mama mau bicara" Rio menyerahkan ponselnya kepada Tia.
"Mamaku juga mau bicara" Tia menyerahkan ponselnya kepada Rio.
Mata mereka beradu,
"Baik Tante. Saya akan menjaganya" ucap Rio diakhir pembicaraan itu.
"Ya Tante, terima kasih."
Tia menatap Rio, dan menyerahkan. ponselnya.
Mereka duduk bersamaan di atas sofa itu.
Entah apa yang dibicarakan mama mereka masing-masing, membuat mereka tidak dapat berkata-kata lagi.
Sesekali mata mereka beradu, tapi sesaat kemudian, menatap layar televisi lagi.
Rio mengambil remote televisi itu, dan mematikan siaran yang entah mereka tonton atau tidak.
"Aku lelah, aku mau tidur" ucap Rio bangun dari sofa itu.
"Di sana kamarmu." ucap Rio lagi sambil menunjuk sebuah kamar. Ia berjalan menuju kamarnya.
"Eh.eh.eh.. Kalau aku di sana, kenapa kamu jalan kesana? Dasar polisi mesum!" teriak Tia.
Tapi Rio seakan tidak mendengar, dan ia menunjuk kamar sebelahnya,
"Kamu tidur di sini, dan aku di sini" tunjuk Rio, kemudian masuk ke dalam ruangan tempat tidurnya.
Tia mendorong tas dan mengangkat barang-barang yang ia bawa tadi ke dalam kamar yang ditunjuk oleh Rio.
Lampu kamar Rio sudah dimatikan.
Tapi suara-suara dari kamar sebelah membuat ia kesal.
"Ngapain sih bocah itu?" lirih Rio kesal.
Ia menutup telinganya dengan bantal. Tapi tetap saja terdengar. Ia akhirnya memutuskan untuk melihat Tia.
"Kamu ngapain sih malem-malem?" teriakan Rio mengejutkan Tia yang sedang menata tasnya di atas lemari, dan ia terjatuh.
"Aaaaa"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments