"Siapa kalian yang berani mengatur kehidupan ku!"
"Kami adalah keluarga mu!" Shinta membentak Kaynara dengan penuh geram. Ia tak bermaksud untuk berbicara dengan nada tinggi dengan Kaynara, namun ia tak punya pilihan lain. Kaynara pun membungkam, ia melihat Shinta dan Caca secara bergantian. Lagi-lagi melihat Caca ia seperti melihat Elsa. Kaynara begitu sangat terluka dan semakin membenci Caca. Kaynara tahu, itu bukan lah kesalahan Caca, Namun apa ada nya. Kaynara hanya lah manusia biasa.
"Baik lah, aku akan tinggal bersamamu," Kaynara menunjuk ke arah Shinta. Walau pun Caca sedih karena sepupu nya belum bisa menerima diri nya. Setidaknya Caca sangat lega. Sebab, Kaynara berada di tempat yang aman bersama Shinta. Ia percaya Shinta akan menyayangi dan melindungi kaynara seperti adik nya sendiri.
"Baik lah, aku harap suatu saat nanti. Kau mau ikut bersama ku," ucap Caca. Tanpa melihat ke arah Caca, Kaynara langsung berjalan melewati Caca dan Shinta.
"Jangan khawatir, aku akan menjaga nya. Dan membuat Kaynara untuk mengerti dan tidak akan melibat kan diri mu lagi," ucap Shinta yang berusaha menghibur Caca.
"Tapi,"
"Kaynara hanya butuh waktu, Ca," sambung Revan dan Arvan pun menyetujui ucapan Revan.
"Ayo masuk," ajak shinta kepada Kaynara. Kaynara hanya diam dan melihat seluruh rumah Shinta dan Revan.
"Seperti nya ini rumah suami nya," batin Kaynara. Ia berharap sekali bisa bertemu dengan Ibu dan Ayah sudah berbaik hati dulu membawa nya pulang kerumah dan memberikan cinta kasih yang tulus pada nya.
"Kenapa?" Shinta membuyar kan lamunan Kaynara.
"Ti-Tidak!"
"Apa kau merindukan Ibu dan Ayah?"
"Cukup! aku sudah lelah dengan omong kosong mu! Jika kau terus-terusan memaksa ku untuk mengakui hal yang sebenarnya aku tak tahu, sebaik nya aku pergi aja!"
"Jangan, Kay. Maaf kan aku ya," ucap Shinta mengalah, Revan pun sangat geram dengan tingkah Kaynara yang tidak sopan. Bagaimana pun, Shinta lebih tua dari diri nya. Seharusnya, wanita itu menghargai isterinya bukan malah bersikap sesuka nya.
"Ayo, masuk lah!" ajak Shinta, Kaynara pun mengikuti langkah Shinta yang masuk ke dalam rumah.
"Mama," teriak Syifa yang langsung berlari mendekati Shinta dan memeluk nya penuh hangat, Shinta pun membalas pelukkan Puteri nya dan menciumi seluruh wajah syifa dengan penuh kasih. Begitulah Shinta, kasih sayang nya terhadap Syifa tak akan berkurang meski ia sudah memiliki anak. Syifa menatap ke arah Kaynara dengan penuh sidik.
"Mama, siapa tante ini?“
"Hei! jangan panggil aku Tante! aku bukan Tante mu!" bentak Kaynara pada Syifa yang membuat Syifa menangis. Darah Shinta mendidih. Shinta melepas kan pelukkannya pada Syifa dan meminta Syifa untuk masuk ke dalam kamar. Setelah Syifa berlari ke kamar, shinta berdiri dan menatap tajam Kaynara.
"Aku tau apa yang kau alamin bukan lah hal yang mudah, tapi bukan berarti kau bisa sesuka mu di sini! Dia anakku, dan aku tak suka jika ada seorang pun yang membentak nya seperti tadi. Apa kau mengerti!" ucap Shinta penuh penekanan.
"Kau yang membawa ku kesini, bukan aku yang mau. Jadi, untuk apa aku harus mendengar kan ucapan mu,"
"Karena ini rumah ku, dan kau tidak berhak untuk membentak anak ku seperti itu!"
"Jika kau tidak suka, kau bisa menyuruh ku pergi dari sini," tantang Kaynara. Ia percaya bahwa Shinta tak akan mengusir nya, namun dugaannya salah. Shinta mencengkram tangan Kaynara dengan kuat. Ia membawa Kaynara keluar dari rumah nya dengan perasaan yang murka. Shinta akan menjadi wanita yang sangat kejam jika itu berurusan dengan anak-anak nya. Apalagi jika ada yang sampai menyakiti anak-anak nya. Shinta menghempas kan tubuh Kaynara keluar dari rumah nya.
"Pergi lah! aku tidak butuh wanita yang tidak bisa menjaga perasaan seorang anak kecil!"
"Ada aku saja kau berani membentak Puteri ku. Bagaimana jika tidak ada aku dan suami ku, apa kau akan membalas kan dendam rasa sakit hati mu kepada keluarga ku?" teriak Shinta. Kaynara tidak percaya bahwa Shinta bisa semarah ini pada diri nya.
"Kenapa kau memarahi ku? apa yang aku katakan pada anak mu itu benar kan?"
Caca yang baru sampai kerumah Shinta pun merasa heran, mengapa Shinta semarah itu pada sepupu nya Kaynara. Ia turun dari mobil bersama Arvan. Caca mendekat ke arah mereka, Kaynara yang melihat wajah caca merasa sangat muak
"Ada apa ini?" tanya Caca kepada Shinta.
"Ta, ini ada apa? mengapa kau sangat marah?" Caca tidak pernah melihat kemarahan Shinta sebesar ini
"Tanya kan saja pada wanita tidak tahu diri ini!" Shinta pun berlalu pergi meninggal kan mereka yang ada di luar. Revan mengikutin isteri nya ke dalam
"Ada apa ini, Kay?" tanya Caca dengan lembut pada Kaynara. Bukan nya menjawab pertanyaan dari Caca, Kaynara malah pergi begitu saja meninggal kan Caca dan Arvan. Caca yang merasa begitu bingung melihat ke arah suami nya seakan meminta jawaban. Namun, Arvan mengangkat bahu nya.
"Ayo, kita masuk dan tanya kepada Revan," ajak Arvan. Caca pun mengikuti suami nya dan masuk ke dalam rumah Shinta. Terlihat shinta yang duduk di sofa dengan wajah yang tak bersahabat
"Dasar tidak tahu diri! memang nya siapa dia, cih!" umpat Shinta. Revan pun mencoba memenangkan Shinta
"Tenang lah dahulu, Sayang!"
"Bagaimana aku bisa tenang,"
"Van, Ta. Sebenarnya, ada apa ini?" tanya Caca.
"Duduk lah kalian dulu," Revan mempersilah kan Caca dan Revan duduk. Setelah Caca dan Arvan duduk di harapan Revan dan Shinta. Revan pun menjelaskan semua nya kepada Caca dan juga Arvan. Caca menghembus nafas nya dengan frustasi
"Ini semua salah ku," ucap Caca bersalah, Shinta melihat wajah Caca yang murung. Shinta membuang nafas nya dengan kasar, ia berdiri mendekati Caca dan duduk di sebelah nya.
"Ini semua bukan salah kamu kok, memang dia aja yang enggak tahu diri,"
"Enggak, Ta. Ini semua karena aku, karena mama aku. Kaynara harus menderita dan menghadapi ini semua,"
"Enggak! Iya aku akuin, ini semua karena ulah mama mu. Tapi, ini bukan lah salah mu, Ca. Stop! berhenti menyalah kan diri kamu sendiri! Aku bosen ya! Aku bosen denger kamu selalu menyalah kan diri kamu atas kejahatan yang udah di buat oleh mama kamu,"
"Tapi aku anak nya, Ta. Kesalahan mama aku juga kesalahan aku."
"Enggak! Kamu bukan penyebab dari ini semua," Shinta mendekap Caca yang menangis di dalam pelukannya. Caca mengerat kan pelukkan itu. Caca tak tahu apa yang harus ia lakukan, di satu sisi kondisi Elsa saat ini sangat sekarat dan satu sisi ada wanita yang tak berdaya menderita akibat ulah dari ibu nya. Caca semakin terisak di dalam pelukkan Shinta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Freen 🐰
next
2021-06-25
1