5: Paman Pengkhianat

Tepat di tingkat 43, tingkat paling tinggi, Perusahaan Albican's.

"Aku ingin kau turuti perintahku atau satu pilihan yang harus kau jalani," jeda sejenak, "penyiksaan."

Salah seorang pria berpakaian formal tengah berdiri di hadapan dinding kaca. Kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana. Dia melihat pemandangan kota di bawah langit gelap tanpa banyaknya mobil-mobil terlintas. Terutama pada bangunan-bangunan disusun balok yang baru mencapai 24 tingkat–dulu termasuk perusahaan saingannya. Jalanan sana sudah sepi senyap, toko-toko yang telah tutup kecuali supermarket kecil, dan bar-bar bertambah banyak manusia tidak tahu diri. Tetapi, seorang pengidap insomnia seperti dirinya, tidak merasakan kantuk.

Di ruangan itu, terdapat meja kantor bertapak kayu, keempat tangkai besi sebagai penyangga. Alat-alat tulis dalam satu kaleng warna hitam, tiga folder penting saling menimpa, dan folder lainnya di dalam rak meja itu. Di sisi lain ruangan, juga terdapat rak buku. Buku-buku tertata rapi dan rapat-rapat. Ada buku tebal, tipis, besar, kecil, dan ukuran lainnya. Pertengahan ruangan tersedia meja kaca persegi panjang dan empt sofa kulit hitam yang mengitari meja. Dua sofa panjang saling berhadapan. Dua sofa kecil yang cukup diduduki satu orang saja, juga saling berhadapan. Lantainya dilapisi karpet hitam.

"Perintah?" tanya seorang pria berpakaian formal yang sedang duduk di sofa. Wajahnya tersentak kaget, matanya membulat, dan mulutnya tidak tertutup rapat. Pria ini tahu bila dia melanggar atau salah menaati perintahnya, satu hal yang harus ia jalani adalah penyiksaan.

"Iya, perintah. Kau tidak dengar ucapanku?" jawabnya. "Aku akan membayarmu berapa pun yang kau mau."

Dia tahu pria yang duduk di sofa seorang pecinta uang. Bila disodorkan 1 koper uang warna merah, maka dia akan seperti seekor anjing jinak dan pasti, dia akan menekuni perintah majikan.

"Satu koper kesayangan ada di hadapanmu," perkataan itu dilontarkan bersamaan meja di hadapan pria di sofa, masuk ke dalam lantai. Kemudian, keluarlah satu meja kecil berbentuk lingkaran yang terdapat koper kantoran hitam di meja. Cantolan koper otomatis terbuka. Koper berisi banyak lembaran uang, membuat pria itu meraba atas uang itu. Dia mencium aroma khas uang asli.

"Apa perintahmu?" tanya pria itu setelah pikirannya terhipnotis oleh satu koper lembaran uang warna merah.

"Nara. Aku ingin tahu pesan-pesan dan data-data dari handphone-nya dan kau juga harus turuti semua perintahku," jawab pria itu. Dia tahu bahwa pria penggila uang memiliki otak cerdik. Pria itu bisa menyadap telepon orang dan juga melacak. Dia yang memberikan perintah itu, cukup pandai pikirannya. Dia juga tahu pria yang dia perintahkan adalah paman kandung Nara dan lebih cepat mengetahui informasi tentang hidupnya.

"Baiklah, Tuan. Aku akan memenuhi perintahmu." Bodoh, dia berani menjawab seperti itu. Apa dia tidak memiliki pikiran normal lagi?

"Nara, dia adalah sasaranku," gumamnya. Dia tersenyum miring atas keberhasilannya menemukan seseorang.

-oOo-

Burung-burung berkicau riang, menghancurkan kesepian pada saat matahari terbit dari ufuk Timur. Punggung jari telunjuk mengucek-ngucek mata walaupun tidak gatal.

"Huam," dia menguap seraya melayangkan kedua tangan ke udara. Ditambah lagi suara alarm yang telat berbunyi membuat tangannya menekan tombol mati. Mata kecoklatannya pun terlihat ketika katup matanya terangkat.

Ketukan pintu rumah tidak sabaran itu memecahkan keheningan di dalam ruangan kamar. "Iya, siapa itu?" sahut Nara sambil turun dari kasur dengan kaki telanjang yang menginjak ke lantai marmer hitam.

Alis Nara mulai mengerut ketika tidak ada sepatah kata pun jawaban di balik pintu rumah. Dia berdecak menjadi agak ragu untuk membuka pintu setelah dia telah berada tepat di belakang pintu.

Suara ketukan tidak bersabaran terdengar lagi dan Nara yakin bahwa ini merupakan orang yang ingin menemuinya. Tangannya pun menarik pintu gagang anti karat ke bawah serta menarik pintu tersebut sehingga terdapat sedikit cela untuk melihat orang di balik pintu. Perlahan demi perlahan, cela pintu tersebut melebar hingga Nara mendongak, melihat jelas seorang pria berpakaian formal dengan sepatu kantor hitam kilat serta rambut jet dilapisi minyak rambut. Tubuh tegap ditambah wajah tidak bersalah, membuat kenangan tidak diinginkan Nara kembali.

"Nara," panggil pria itu. Kepala pria itu sedikit menunduk, menatap mata kecoklatan Nara yang pupilnya tiba-tiba membesar akibat ketakutan. Nara perlahan memperkecil cela pintu, tetapi tangan besar yang punggung tangannya terlihat urat-urat, menahan pintu Nara agar tidak tertutup. Senyuman miring jelas-jelas terlihat di mata kepala Nara.

"Sudah lama kita tidak berjumpa dan hari ini kamu berhadapan denganku," ujar pria itu. Nara berjalan mundur sampai dia meninggalkan daun pintu terbuka. Mulut Nara menempel erat-erat, tidak berani menjerit maupun membentak sang pria. Jantung Nara pun berlari secepat mungkin ketika pria mengusik kenangannya menutup rapat daun pintu sehingga sejajar dengan dinding.

"Kamu ingat aku? Viore Adjentus? Aku Paman tercintamu, Sayang," kata pria itu. Langkah Nara terhenti ketika pria itu merangkul pinggangnya. Wajah Nara memutih, warna bibirnya berubah pucat.

"Biar aku menyambut hari pagimu," katanya.

Parfum khas pria yang baru saja terbawa angin ke dalam penghirupan Nara, membuat dia ingat jelas-jelas kejadian di mana pamannya mengkhianati keluarga kecil Nara.

Tangan besar bersuhu hangat itu menyentuh pipi Nara ditambah bibirnya mendekat ke kening Nara. Beberapa detik dilaluinya hingga pria itu menjauhkan bibirnya dari kening Nara.

"Bagaimana kabarmu? Apa kamu baik-baik saja?" Pria itu bertanya kepada Nara yang sedang terpaku menatap pria itu.

"Kau tambah cantik. Pasti kamu baik-baik saja sekarang, tapi kamu tidak akan baik-baik saja mulai dari hari ini sampai esok hari karena aku akan memperkenalkanmu dengan seseorang yang sangat berharga nanti," kata pria itu.

Nara yang mendengar ucapan itu, kakinya langsung bergetar hebat dan melemas seketika. Perangkap apalagi yang disusunnya setelah aku berhadapan dengan Pak Adam? tanya batin Nara.

"Kenapa wajahmu berubah?" tanya pria itu seraya menjauhkan keningnya.

"Nara... aku sebagai pamanmu sangat menyanyangimu. Kamu tidak lupa, kan, atas keburukanku? Sekarang juga. aku akan membuat kenangan itu abadi," jeda sejenak, "oh, ya, kamu kerja hari ini. Jadi sekarang, alangkah baiknya bila kamu pergi bersiap-siap dan aku akan mengantarmu ke Perusahan Albican."

Pria tersebut menjauhkan tangannya dari wajah Nara, melepaskan rangkulannya serta berjalan mundur satu langkah. Nara tidak kunjung melangkah, membuat pamannya sehingga pamannya tersenyum tipis.

Bagaimana dia bisa tahu semua tentangku? Aku tidak percaya, batin Nara.

"Mau Paman yang mandikan? Aku akan melakukannya dengan senang hati." Mendengar ucapan itu, Nara beranjak melangkah cepat menjauhi pria tersebut tanpa berkata sepatah kata pun.

Tatapan pria itu tertuju kepada Nara yang berjalan menuju kamar mandi di sebelah pintu kamar Nara.

Pria itu tersenyum sinis tanpa sepengetahuan Nara dan dia berkata dengan suara kecil, "Pekerjaanku adalah mengawasimu, Nara. Kamu adalah calon istri sang pria kaya raya dan aku telah menjodohkanmu diam-diam."

Dia berjalan ke kursi sofa dan duduk menyilangkan kakinya.

Pria bernama Viore Adjentus berstatus tamatan S1 jurusan teknologi, ber-IQ tinggi, dan pria penggila uang. Sudah lama Nara memutuskan hubungan dengan pamannya karena jika berada satu rumah dengan paman, siap-siap kehilangan uang tiap harinya. Nara menganggapnya sebagai seorang penggila uang. Pamannya dendam karena orang tua Nara tidak mau memberikan harta kepadanya. Nara sudah berpindah kota tanpa diketahui Pamannya dan Nara sudah hilang kabar selama bertahun-tahun, tapi pamannya masih bisa menemukannya.

"Jadi, kau sudah siap? Sudah mandi?" pria itu bertanya. Tatapan pria itu fokus ke Nara yang menggenakan kaos biru bergaris-garis, jaket hijau dengan bau parfum khas Dosen menyelimuti tubuhnya, dan celana panjang hitam. Dia sedang berdiri mematung. Rambut panjang bergelombangnya dibiarkan tergerai. Tas selempang kecil menyilang di badannya.

Nara pun mengangguk. Pria itu berhenti menyilangkan kaki kemudian berdiri dengan kaki masih dilapisi sepatu kantor menghampiri Nara. Dengan sengaja pria itu merangkul pinggang Nara sambil berjalan keluar dari pintu terbuka lebar. Nara hanya bisa pasrah dalam keadaan yang menenggelamkan keberaniannya. Pintu rumah tertutup sendiri dan otomatis terkunci.

"Ingat, aku akan menjemputmu tepat jam 9 malam."

-oOo-

Bertelepon.

"Tuan, dia sudah sampai di perusahaanmu. Tadi aku mengantarnya. Kabar baik, Tuan. Rencana kita berjalan dengan baik," kata pria itu seiring membelokkan setiran. Dia cukup berbicara saja karena monitor di pertengahan jok mobil, terhubung ke telepon genggamnya.

"Bagus," jawaban dari seberang sana, terdengar dari pengeras suara mobil.

-oOo-

Apa yang akan dilakukan lagi?

Terpopuler

Comments

Hesti Sagita

Hesti Sagita

Adam kah

2021-11-09

0

Amilia Indriyanti

Amilia Indriyanti

novel mah bebas 😅

2020-10-05

0

Yani mulyani

Yani mulyani

knp dosen itu mrnggila sama naaraa apa mksudnya dan knp

2020-09-30

5

lihat semua
Episodes
1 1: Corridor
2 2: Ruangan Itu
3 3: Tidak Bisa Lari
4 4: Pulang
5 5: Paman Pengkhianat
6 6: Drunk
7 7: Bersamamu
8 8: Be Yours
9 9: Take Care
10 10: Lari Darimu
11 11: Bertemu
12 12: Ingat Kata-Kataku
13 13: Perasaan Ini
14 14: Tepi Laut
15 15: Hurt
16 16: Afraid
17 17: Plan
18 18: Pelatihan Kuda
19 19: Who?
20 20: Swim
21 21: This Saturday
22 22: Menjauh
23 23: Lari
24 24: You Think You Can Run?
25 25: Pernikahan?
26 26: Mine Forever
27 27: Teman?
28 28: Nyawa atau Cerai?
29 29: Forget The Pain?
30 30: Amnesia
31 31: Hate You
32 32: Boneka?
33 33: Jatuh
34 34: Try
35 35: Hukuman
36 36: Life is a Tragedy
37 37: Being a Psycho
38 39: Meet Sarah
39 40: Meet Lorence
40 41: Hate You
41 42: Under The Bed
42 43: The Liquid
43 43: Nara in Hypnosis
44 44: Devan Einstein
45 45: The Wall
46 46: He's Protective To Nara
47 47: I Will Always Love You
48 48: Behind The Scene
49 49: Get Along With Him
50 50: Intake Form
51 51: Interview
52 52: Go Home With Me?
53 53: OK!
54 54: Hug You, Baby
55 55: Ice Cream
56 56: One Day To Live
57 57: Hypnotherapy I
58 58: Your Hero
59 59: The Misterious Man
60 60: In The Club
61 61: The Breakfast
62 62: The Photo
63 63: Man With Fedora
64 64: The Studio
65 65: In Fact
66 66: Prank?
67 67: The Other Devan
68 68: Stuck
69 69: My Perfect Hero
70 70: Longing
71 71: I Don't Like It
72 72: Cooking
73 73: Your Punishment
74 74: I Won't Leave You
75 75: Hospital
76 Sebenarnya kenapa?
77 Makasih Semua
78 76: I Will Find Him
79 77: Choices
80 78: Forgive Me
81 79: Changed
82 EXTRA PART: N & L
83 Exztra Part: Photo
Episodes

Updated 83 Episodes

1
1: Corridor
2
2: Ruangan Itu
3
3: Tidak Bisa Lari
4
4: Pulang
5
5: Paman Pengkhianat
6
6: Drunk
7
7: Bersamamu
8
8: Be Yours
9
9: Take Care
10
10: Lari Darimu
11
11: Bertemu
12
12: Ingat Kata-Kataku
13
13: Perasaan Ini
14
14: Tepi Laut
15
15: Hurt
16
16: Afraid
17
17: Plan
18
18: Pelatihan Kuda
19
19: Who?
20
20: Swim
21
21: This Saturday
22
22: Menjauh
23
23: Lari
24
24: You Think You Can Run?
25
25: Pernikahan?
26
26: Mine Forever
27
27: Teman?
28
28: Nyawa atau Cerai?
29
29: Forget The Pain?
30
30: Amnesia
31
31: Hate You
32
32: Boneka?
33
33: Jatuh
34
34: Try
35
35: Hukuman
36
36: Life is a Tragedy
37
37: Being a Psycho
38
39: Meet Sarah
39
40: Meet Lorence
40
41: Hate You
41
42: Under The Bed
42
43: The Liquid
43
43: Nara in Hypnosis
44
44: Devan Einstein
45
45: The Wall
46
46: He's Protective To Nara
47
47: I Will Always Love You
48
48: Behind The Scene
49
49: Get Along With Him
50
50: Intake Form
51
51: Interview
52
52: Go Home With Me?
53
53: OK!
54
54: Hug You, Baby
55
55: Ice Cream
56
56: One Day To Live
57
57: Hypnotherapy I
58
58: Your Hero
59
59: The Misterious Man
60
60: In The Club
61
61: The Breakfast
62
62: The Photo
63
63: Man With Fedora
64
64: The Studio
65
65: In Fact
66
66: Prank?
67
67: The Other Devan
68
68: Stuck
69
69: My Perfect Hero
70
70: Longing
71
71: I Don't Like It
72
72: Cooking
73
73: Your Punishment
74
74: I Won't Leave You
75
75: Hospital
76
Sebenarnya kenapa?
77
Makasih Semua
78
76: I Will Find Him
79
77: Choices
80
78: Forgive Me
81
79: Changed
82
EXTRA PART: N & L
83
Exztra Part: Photo

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!