Tujuh bulan kemudian…..
Aku terbangun kemudian mengambil ponsel dari atas nakas dan melihat jam dari ponsel ku,masih pukul 03.00 tetapi aku sudah terbangun karena tiba-tiba aku merasakan perutku sangat sakit,aku berusaha tenang dengan mengambil nafas dalam-dalam dan kemudian membuangnya melalui mulut,tak lama kemudian rasa sakit di bagian perutku sudah tak terasa lagi.
Aku turun dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi,karena kandunganku yang sudah mendekati hari lahiran dan karena kandunganku sudah besar maka aku lebih sering merasakan ingin buang air kecil. Setelah selesai buang air kecil dan saat ingin menyiramnya betapa terkejutnya aku ada bercak darah di dalam air,aku berpikir sejenak apa sudah saatnya aku melahirkan? Atau ada kemungkinan yang lainnya.
Aku bergegas menuju tempat tidur dan membangunkan Bagas,
“yank bangun,ada bercak darah saat aku p*p*s yank” aku membangunkan Bagas dengan panik,
Bagas yang masih setengah mengantuk terlonjak kaget “ha?apa? Apa ada yang terluka?” Tanya Bagas bergegas mengambil posisi duduk dan mencoba membelai perutku,
”sepertinya aku mau melahirkan yank” jawabku sambil sedikit mendesis karena rasa sakitnya mulai terasa kembali,
“melahirkan? Terus gimana sekarang?” Tanya Bagas kebingungan dan segera bergegas berdiri,
“yank coba hubungi dokter Manda dulu tayakan gejala ini dulu,apa kontraksi palsu atau memang harus segera kerumah sakit yank” jawabku menjelaskan pada Bagas untuk menghubungi dokter Manda,dokter kandunganku.
Setelah berhasil menghubungi dokter Manda dan mendapatkan penjelasan Bagas bergegas mengganti pakaian dan mengambil tas perlengkapan bayi kami yang sebelumnya sudah aku persiapkan,untuk berjaga-jaga jika kejadian mendadak aku harus melahirkan seperti saat ini. “Yank kata dokter Manda kita harus ke rumah sakit supaya lebih jelas sudah pembukaan berapa” kata Bagas menjelaskan,
“Ya udah aku ganti pakaian dulu ya yank” jawabku sembari berjalan menuju lemari pakaian dan mengganti pakaianku.
Pukul 04.00 kami sampai di Rumah Sakit Ibu dan Anak, Bagas turun dari mobil dan menuju Customer Service dan menjelaskan keadaanku, sedangkan aku masih menunggu di dalam mobil karena rasa sakit diperutku kembali datang.
Sepuluh menit kemudian Bagas datang bersama dua orang suster dan membawa kursi roda,
Bagas membuka pintu mobil ku “yank masih sakit ya?” Tanya Bagas sambil membelai perutku “yuk turun dulu yank,sudah ditunggu suster itu” kata Bagas melanjutkan “atau mau aku gendong aja?” Tanya Bagas,
“Gak usah yank aku naik kursi roda aja,biar kamu gk capek” jawabku.
Aku didorong menuju ruangan dan mulai di chek tekanan darah dan lain-lain,dan suster mulai mengechek sudah pembukaan berapa saat ini, dan ternyata aku sudah pembukaan tiga,dengan rasa sakit yang semakin terasa,dan darah mulai banyak yang keluar. Sedangkan Bagas sedang mengurus administrasi untuk keperluan ku melahirkan.
Setelah selesai mengurus administrasi Bagas menyusulku ke ruangan,melihatku yang mengerang menahan sakit Bagas mulai cemas dan bertanya pada suster yang memeriksa ku,
“Suster istri saya gak pa pa ini?” Tanya Bagas Khawatir
“gak pa pa pak,ini wajar kok nanti saat pembukaan semakin banyak maka rasa sakitnya akan semakin intens pak” jawab suster menjelaskan
“berapa lama lagi ya sus sampai persalinan?” Tanya Bagas
“belum bisa di pastikan pak,tergantung cepat atau tidaknya peningkatan pembukaannya”
“Baik sus”
“baik pak,saya permisi dulu kalau begitu,jika memerlukan sesuatu bisa tekan tombol ini saja pak” jawab suster sambil menunjukan pada tombol yng berbentuk seperti microphone kecil
“Iya sus”
Pukul 14.00 saat sudah menjelang pembukaan sempurna yakni pembukaan sepuluh,dan rasa sakit sudah teramat sangat tak mampu aku tahan.
Bagas yang menemaniku dari awal tak meninggalkanku,sedangkan ke dua orang tuaku dan Bagas menunggu diruang tunggu.
Aku tak mampu menahan rasa sakit saat kontraksi ini,Bagas yang menemaniku saja entah berapa kali aku pakul,bajunya yang aku tarik-tarik karena aku melampiaskan rasa sakitku.
Dokter masuk keruangan bersalin dan mengatakan,
“Hallo mbak sudah siap ta?” Tanya dokter
“Iya dokter,cepet dokter gak kuat sakitnya” kataku setengah marah
“Yuk dihitung sampe tiga,ambil nafas terus hembuskan sambil mengejan ya mbak” kata dokter menjelaskan
“Huuf…huuf…huuf…” aku hanya mampu menghembuska nafas melalui mulut saja untuk mengurangi rasa sakitku
“Satu… Dua….. Tiga….. Ambil nafas dalam terus mengejan mbak” dokter memberikan aba-aba dan aku berusaha mengikuti,walaupun tak langsung berhasil
“Ayo mbak sekali lagi,ini sudah di ujung kepala anaknya” kata dokter memberi tahu ku
“Satu..Dua..Tiga..Ambil nafas hembuskan sambil mengejan mbak” dokter kembali memberikan aba-aba
“Hoooeeekkkk Hoooooeeekkk” akhirnya suara bayi kami terdengar
Tetapi semenit kemudian aku mulai tak sadarkan diri,mungkin karena bius yang diberikan saat dokter aka menjahit robekan jalan melahirkan,atau karena aku terlalu lelah saat proses kontraksi hingga melahirkan,sehingga membuat aku tak sadarkan diri.
Dua jam setelah melahirkan aku baru tersadar dan sudah berada di ruang rawat inapku. Ku edarkan pandanganku menyusuri ruanganku berada saat ini,aku melihat Bagas tertidur di sofa panjang dan ada box bayi di sebelah ranjang ku saat ini, aaahhhh betapa bahagianya aku saat ku tatap wajah putra ku, tampan seperti papanya,putih dengan rambut yang hitam legam dan lebat.
Giovano Samudra itu adalah nama putra kami,nama pemberian dan kesepakatan ku dan Bagas.
Vano memberikan warna tersendiri di kehidupanku,membuatku selalu punya alasan untuk tersenyum dan bahagia.
***
Sepulangnya kerumah setelah tiga hari di rumah sakit,aku sangat bersemangat merawat Vano. Aku tidak mau ada yang membantu ku merawat Vano walaupun Bagas sudah beberapa kali menawarkan padaku untuk di bantu asisten saja untuk merawat Vano,tetapi aku langsung menolaknya,karena aku ingin menikmati waktu-waktuku bersama Vano sebelum nantinya Vano beranjak dewasa.
Aku mencuci baju Vano, memandikan, mengganti popok,semua aku kerjakan sendiri. Hanya saja saat ini ada si embak yang membantu membersihkan rumah,tetapi untuk memasak tetap aku yang mengerjakan sendiri,karena Bagas gak mau makan kalau bukan masakanku.
Menjadi ibu membuatku merasakan bagaimana mencintai walaupun belum pernah bertemu. Membuatku menjadi orang yang lebih tidak egois lagi,mengesampingkan semua keinginanku demi Vano. Ya, menjadi seorang ibu membuat aku menjadi seseorang jauh lebih baik lagi menurutku.
Tetapi…..
Aku salah, terlalu fokus pada Vano membuat aku sedikit mengesampingkan penampilanku,mengesampingkan perhatianku untuk Bagas,membuat penampilanku nampak lusuh,bahkan mungkin tak nyaman dipandang Bagas karena aku hanya menggunakan daster saja sepanjang hari dirumah,karena menurutku itu pakaian ternyamanku.
Bersambung……
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Tha Ardiansyah
pasti Bagas balik lagi sama Putri
2021-11-23
0